Kuat hati bukan karena bantuan, tetapi kuat hati karena ada keyakinan.
~Gehna~
***
Siang ini Ibu Gehna akan pulang. Ia membereskan semua dagangannya dengan cepat karena ingin segera menjemput Ibu tercintanya.
"Senangnya, akhirnya Ibu bisa pulang juga. Semoga Ibu bisa sehat terus dan jangan sampai sakit-sakitan lagi," ucapnya menampilkan senyum tipis.
"Hari ini mau masak apa yah buat Ibu? Hmmm aku harus ke pasar dulu nih. Hasil daganganku hari ini juga lumayan kok. Apa aku beli daging aja yah? Ibu pasti suka kalau hari ini kita makan daging."
Gehna berjalan dengan santai sembari menghitung uang hasil dagangannya. Namun, ia tak sadar kalau daritadi ada yang memperhatikannya.
"Gehna!" Suara perempuan yang sangat melengking mampu membuat Gehna berhenti.
"Diam di situ!" perintah suara itu lagi. Gehna menegang, ia seperti familiar dengan pemilik suara tersebut.
"Oh, apa itu? Lu punya banyak uang yah sekarang? Gak bangkrut lagi? Hahaha." Langkah kaki semakin terdengar, tetapi Gehna merasa bahwa gadis itu tidak sendirian. Dia yakin ada beberapa orang sedang bersama perempuan pemilik suara melengking tersebut.
"Jangan tegang begitu!" timpal suara laki-laki tiba-tiba.
Gehna semakin merinding. Dia sadar siapa mereka sebenarnya. Yah ... teman-teman sdnya yang selalu membully Gehna di sekolah.
"Balik badan dong. Kok takut gitu? Kita 'kan gak gigit," celetuk teman satunya lagi membuat semua yang ada di sana tertawa terbahak-bahak.
Mereka berempat selalu membuat kehidupan Gehna layaknya sebuah lelucon. Entah apa yang membuat mereka senang bila mengganggu Gehna. Bahkan, mereka tanpa malu-malu menegur Gadis itu kembali setelah 6 tahun menghilang karena harus beda sekolah. Gehna perlahan berbalik badan. Tubuhnya terlihat bergetar karena takut. Hal itu membuat mereka berempat semakin senang atas ekspresi anak malang tersebut.
"Ma- mau apa kalian?" tanya Gehna ragu.
"Wah, ternyata benar, lu masih ingat aja yah sama kita?" ejek Sela- pemilik suara lengking.
"Jelas ingat dong, Sel. Dia 'kan babu kita dulu, hahaha."
"Sini bagi duit lu!" ketus Sela sembari memaksa untuk mengambil uang dari tangan Gehna.
"Ja- jangan! Ini untuk Ibu, jangan diambil!" larang Gehna mencoba mempertahankan haknya.
"Wah, berani ngelawan yah sekarang?!" bentak Dodot-teman Sela.
"Bu-bukan begitu. Tapi ... uang ini untuk ibuku. Tolong jangan diambil," jawab Gehna masih ketakutan.
"Alah bacot. Siniin gak tuh duit!" paksa mereka.
"Jangan!"
"Sini!"
"Jangan diambil, Sel."
"Bacot! Sinih!"
Mereka saling bersahutan dan beberapa kali memukul bahkan menjambak rambut Gehna agar bisa melepaskan uangnya.
"Berhenti!"
Semua berhenti ketika melihat seorang perempuan cantik dan bertumbuh tinggi menatap mereka berempat dengan tajam.
"Yuki?" Gehna terkejut ketika Yuki tiba-tiba ada di belakangnya.
"Lepasin Gehna!" perintah Yuki dengan nada datarnya.
"Cih, siapa lu? Berani banget merintah kita," sungut Sela.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diam & Air Mata Gehna [Novelet]✓
Ficção AdolescenteDunia memang sekejam ini, tetapi kita tidak layak menjatuhkan diri pada masalah yang telah berlalu. Rasa terpuruk mungkin dialami oleh beberapa orang. Tidak memandang siapapun, mulai dari muda hingga tua, mau laki-laki ataupun perempuan. Gehna-gadis...