PDF ready tersedia juga di aplikasi karya karsa
"Heiii, apa yang kau lakukan, itu milikku!!" Aksa terlihat sangat marah ketika Zea yang entah datang dari mana tiba-tiba merebut dan meminum jus jeruk kesukaannya.
Ia tidak habis pikir, hanya jus jeruk saja, kenapa Zea harus menyerobot miliknya. Zea tahu itu kesukaannya. Apa wanita itu masih dendam padanya hingga membuatnya sekesal ini.
"Aku haus." Ucap Zea ketus kemudian meninggalkan Aksa begitu saja yang melongo di tempatnya.
Demi Tuhan, Zea benar-benar menguji kesabarannya. Mungkin benar kata Ardi, perempuan itu kini sangat membencinya hingga jus jeruk kesukaan Aksa pun tak luput dari amarahnya.
"Ada apa?" Aksa segera menoleh menyadari keberadaan Ardi di belakangnya.
"Perempuan itu masih marah padamu?"
Aksa tidak menjawab pertanyaan Ardi dan hanya diam seribu bahasa. Ardi tergelak pelan melihatnya.
"Tapi ngomong-ngomong, dia lumayan cantik dan seksi. Pantas saja kau seperti orang gila menginginkannya naik ke atas ranjangmu."
"Hentikan omong kosongmu dan makanlah."
Aksa meneruskan makannya sambil sesekali menggeram karena Ardi terus-menerus meledeknya. Ya, gagal membawa Zea ke atas ranjang adalah aib terbesar bagi seorang Aksa. Karena untuk pertama kali dalam hidupnya, Aksa harus memutar otak untuk sekedar membaca seorang wanita naik ke atas ranjangnya.
"Hei Ardi, bagaimana kabarmu?" Keisya dengan centil menyapa Ardi dan Aksa yang tampak risih akan kehadirannya. Ia berdiri di samping Ardi dan menyapa ramah pada teman calon suaminya itu.
"Hai Kei, gimana kabar kamu? udah lama nggak ketemu ya." Sapa Ardi ramah. Meskipun Keisya itu centil dan kadang menyebalkan, namun entah kenapa Ardi gemas sendiri melihatnya. Ia heran juga, kenapa Aksa tampak begitu risih pada Keisya, padahal Keisya sangatlah cantik dan menarik dalam segi apapun.
"Aku baik, kayak yang kamu lihat sekarang. Oh ya, kalian udah selesai makan?" Tanya Keisya sambil menoleh bergantian pada Ardi dan Aksa.
"Aku baru selesai, kalau Aksa nggak bakal selesai selama stock rendangnya masih belum habis." Ardi tergelak dan Aksa mendengus sambil sesekali memasukkan rendang ke dalam mulutnya.
"Yaaah, padahal aku mau ngajak dia dansa." Ucap Keisya dengan tatapan kecewanya dan terlihat sama sekali tidak di gubris oleh Aksa. Ardi sedikit kasian melihatnya.
"Gimana kalau dansa sama aku aja?" Tawar Ardi setengah bercanda. Keisya menggeleng pelan.
"Aku nggak mau, nanti di marahi Mama."
Ardi tersenyum hangat menatap dua orang di hadapannya. Sama-sama sudah dewasa, namun tingkah mereka berdua masih seperti anak kecil. Mungkin pengaruh sedari kecil mereka tidak pernah hidup susah dan selalu di manjakan oleh kedua orang tuanya.
Keisya yang berbincang dengan Ardi sesekali melirik ke kanan dan ke kiri, mencari tahu siapa sosok pelayan yang tadi meminum jus jeruk berisi obat perangsang yang niatnya ia berikan pada Aksa. Keisya khawatir dengan pelayan itu, jangan-jangan pelayan itu nanti menyeret sembarangan orang dan berakhir hamil di luar nikah. Bisa-bisa Keisya merasa bersalah seumur hidup karena hal itu.
Sebenarnya ia bisa saja bertanya pada Aksa siapa yang sudah meminumnya jus nya tadi. Tapi Keisya tidak mau membuat Aksa curiga padanya. Jika ia sampai ketahuan, bisa di pastikan Aksa akan semakin jijik padanya.
"Kau yakin tidak ingin berdansa denganku, musiknya sangat mendukung. Jika kau menunggu Aksa, aku yakin hingga rambutmu memutih dia masih akan terus memakan rendangnya."
Perkataan Ardi menyadarkan Keisya dari lamunannya. Ia tertawa pelan mendengar ucapan Ardi. Namun melirik Aksa yang tidak bereaksi sama sekali, membuat raut wajah Keisya seketika murung.
Aksa tidak begitu mempedulikan Ardi dan bercakap-cakap dengan Keisya di sebelahnya. Ia sibuk memakan rendang sambil sesekali matanya mencari keberadaan Zea. Sejak menyerobot jus nya tadi, Zea tidak terlihat sama sekali. Kemana wanita itu? Apa Zea tidak enak hati karena sudah membuatnya kesal tadi.
Belum sempat Aksa memikirkan penyebab-penyebab lain dari hilangnya Zea, Aksa melihat wanita itu keluar dari arah dapur. Entah perasaan Aksa saja atau memang saat ini Zea terlihat sedang gelisah. Wajah wanita itu tampak memerah dan kedua tangannya saling meremas.
Apa Zea sakit?
Kalau sakit kenapa harus bekerja. Seharusnya perempuan itu beristirahat. Huuh, kenapa Zea rajin sekali seperti bi Ami.
Karena dorongan rasa kasihan atau apapun itu, Aksa meletakkan piring yang masih penuh rendang di meja dan beranjak meninggalkan tempat itu.
"Aksa, kau mau kemana?" Keisya tampak terkejut ketika Aksa tiba-tiba berhenti makan dan berniat meninggalkannya.
"Jangan menguntitku atau aku akan sangat marah!!"
Peringat Aksa dan seketika nyali Keisya langsung menciut. Aksa memang sering bersikap ketus padanya. Namun baru kali ini Keisya melihat Aksa benar-benar muram dan marah. Ada apa? Apa Aksa tahu perbuatannya? Keisya takut sendiri membayangkannya.
Keisya hendak menyusul Aksa dan mengabaikan rasa takutnya. Ia ingin tahu kenapa Aksa tiba-tiba meninggalkannya, padahal mereka belum berdansa. Namun ketika Keisha hendak melangkah, tangannya ditahan oleh Ardi. Keisya menoleh dan memandang heran pada Ardi.
"Jangan mengikutinya."
"Tapi, akuuu."
"Aku sangat mengenalnya. Dalam suasana hati seperti itu, jika kau nekat mengikutinya, ia akan semakin marah padamu dan hubungan kalian akan semakin memburuk. Jadi saranku, tetaplah di sini."
Belum sempat Keisya menjawab, Laras, ibu Aksa datang menghampiri mereka.
"Aksa mau kemana Kei, kok kayaknya buru-buru gitu."
"Katanya nggak enak badan dan sembelit tante, dia mau istirahat aja, mungkin karena kebanyakan makan rendang." Ardi menjawab pertanyaan Laras sebelum Keisya membuka mulut.
Melihat raut wajah Aksa, Ardi yakin pria itu ada urusan penting dan tidak ingin diganggu. Maka dari itu ia harus membantu sahabatnya itu. Meskipun sangat menyebalkan, tidak bisa Ardi pungkiri Aksa sebenarnya sangat baik, namun hanya sedikit aneh saja, hehehe.
"Anak itu, setiap ada rendang pasti nggak bisa ngatur pola makannya. Akhirnya malah jadi sembelit gitu. Makanya tante kesal kalau ada acara penting ngajak Aksa, terus di sana ada rendang. Pasti jadi ribet karena makannya cuma rendang sampai sembelit, nggak mau makan yang lain. Haaaah, padahal acara masih lama."
Laras menggerutu dan Keisya sedikit gelisah. Selain rencananya yang gagal total, ia sekarang juga tidak bisa berdansa dengan Aksa. Apa yang lebih mengenaskan dari hal itu. Padahal tadi ia pikir malam ini Aksa akan jatuh ke pelukannya. Tapi ternyata salah. Aksa sekarang malah pergi, meninggalkannya di pesta membosankan ini dengan sahabatnya sendiri.
**
Aksa berjalan agak cepat mencari keberadaan Zea. Entah kenapa firasatnya tidak enak. Zea terlihat tidak enak badan dan gelisah. Jangan-jangan ia sakit dan tetap bekerja karena tuntutan dari kakeknya. Tidak bisa di biarkan jika memang seperti itu.
Akhirnya setelah berkeliling rumah hingga sedikit lelah, Aksa menemukan Zea berjalan lemas di lorong menuju kamarnya. Wanita itu terlihat sesekali mencari pegangan, seperti tidak kuat menahan bobot tubuhnya. Keadaan sangat sepi, tidak ada siapapun karena semua orang sibuk di pesta.
Aksa segera menghampiri wanita itu dan memegang bahunya.
"Kau tidak apa-apa?"
Zea mendongak dan matanya berkaca-kaca mendapati Aksa berada di sampingnya saat ini. Badannya terasa panas dan aneh, baru kali ini Zea merasakan hal menyesakkan seperti ini.
"Aksa."
"Ada apa? Aku akan membantumu, katakan sesuatu, kau sakit?"
Belum sempat Aksa meneruskan kata-katanya, sebuah benda kenyal mendarat di bibirnya dan membuat Aksa mematung seketika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With My Maid (TAMAT)
Любовные романы21+ Sejak kecil, Aksa merasa sangat tidak betah di rumahnya karena anak sang kepala pelayan. Zea namanya, anak perempuan gendut yang tiga tahun lebih tua darinya itu sangat menyebalkan dan tukang mengadu jika Aksa menjahilinya. Dan alhasil, kedua or...