Part 4

14.2K 319 22
                                    

Hari ini promo terakhir PDF Sleeping With My Maid ya. Besok harga sudah normal 50 rb.

Yang minat gercep ya pumpung masih 45rb

Happy reading

Langkah Zea terhenti mendengar suara Aksa yang menghentikannya. Jujur ia sangat lelah dan ingin istirahat, jadi untuk sekarang ia sedang tidak ingin meladeni tingkah Aksa yang terkadang menyebalkan. Mungkin sekarang pria itu sudah dewasa, tapi Zea yakin, sikap menyebalkan lelaki itu tidak akan pernah hilang.

"Iya tuan, ada yang bisa saya bantu lagi?"

Aksa menggeram kesal mendengar kata-kata Zea. Mana penyambutan wanita itu padanya? Kenapa menyebalkan sekali. Seharusnya Zea terharu melihatnya setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Memeluknya dan menciumi pipinya,

Eh eh eh

Bukan bukan, kalau sampai seperti itu pasti akan menimbulkan spekulasi yang aneh di mata keluarganya. Ya Tuhaaan, kenapa otak Aksa kotor sekali semenjak melihat tubuh seksi Zea.

Aksa berdehem pelan, kemudian berjalan menghampiri Zea yang bergeming di tempatnya. Mereka berhadapan setelah kurang lebih 20 tahun tidak bertemu.

Aksa memperhatikan wajah cantik Zea, terutama bibir seksi wanita itu. Kenapa Aksa tidak menyadari dari dulu jika bibir Zea ternyata sangat seksi, pasti bibir itu akan sangat lembut jika di lumat. Ya Tuhaaan, sampai kapan Aksa harus menahan gairah setiap kali bertemu dengan Zea. Bahkan kini miliknya berdiri tegak meminta di puaskan hanya karena berhadapan dengan Zea.

"Kenapa kau tidak menyapaku sama sekali gajah? Kau tidak lupa padaku bukan?" tanya Aksa dengan arogan.

Ia merasa kesal setengah mati karena si gendut berlagak seolah lupa padanya. Padahal ia masih tampan seperti dulu. Tidak mungkin si gendut itu bisa lupa dengan wajah tampannya. Dan lagi, kenapa si gajah ini jadi ikut-ikutan cantik? Apa Zea iri padanya yang selalu terlihat tampan hingga nekat diet dan jadi cantik seperti sekarang.

"Maaf jika saya kurang sopan tuan. Baiklah, apa kabar tuan Aksa?" Ucap Zea kemudian. Ia tidak ingin ribut tentang sesuatu yang tidak penting dengan Aksa. Lelaki itu benar-benar masih seperti dulu. Sering mempermasalahkan hal-hal yang tidak penting.

"Kau bisa lihat sendiri bukan, aku sangat baik dan masih setampan dulu. Untuk apa kau bertanya seperti itu, hanya untuk basa-basi, dasar tidak sopan ya."

Zea menghembuskan napas kesal mendengar ucapan Aksa. Meskipun sudah sangat mengenal watak Aksa yang suka ribut, tapi di saat tubuhnya lelah seperti ini, ia sangat ingin mencekik Aksa sekarang juga.

"Baiklah, maafkan saya. Sudah lama tuan Aksa tidak pulang dan kita juga sudah lama tidak bertemu. Tuan Aksa terlihat semakin tampan saja." Ucap Zea kemudian.

Aksa tersenyum penuh jumawa mendengar perkataan Zea. Memang benar yang Zea katakan, ia memang semakin hari semakin tampan. Apalagi Zea sudah puluhan tahun tidak melihatnya. Wanita itu pasti terpesona padanya dan kagum melihat ketampanannya.

Menyadari reaksi Aksa, Zea mendengkus lirih. Tidak berubah sama sekali ternyata. Meskipun sudah dewasa, sifat narsisme dan suka mencari keributan itu tidak hilang dari tubuh pria itu. Mungkin perlu di ruwat atau di ruqyah agar Aksa normal seperti manusia pada umumnya.

"Kau benar, semakin hari aku semakin tampan saja. Teman-teman kencanku sering mengatakannya. Apalagi teman lama yang jarang bertemu, mereka selalu histeris ketika melihatku karena ketampananku semakin tahun semakin bertambah. Tidak bisa pudar sama sekali." Aksa menjeda ucapannya sambil memandang Zea intens. Perempuan itu berekspresi datar seperti biasanya. Tidak pernah berubah sama sekali.

"Oh ya, dari mana kau mengganti tubuhmu itu. Kenapa kau jadi terlihat sangat seksi. Kemana si gajah usil tukang pengadu dulu, apa kau mentransfer lemakmu pada seseorang? Atau kau memakai ilmu hitam untuk memindahkan lemak-lemak di sekujur tubuhmu?"

Pertanyaan tidak masuk akal yang keluar dari mulut Aksa membuat Zea mendesah pelan. Sungguh jika bisa, ia ingin mencekik Aksa saat ini juga karena menanyakan pertanyaan-pertanyaan tidak masuk akal sedangkan tubuhnya sangat lelah. Dan Zea tebak, jika di ladeni, Aksa akan terus berucap tidak masuk akal dan membuang-buang waktunya.

"Anggap saja saya kurang gizi tuan." Jawab Zea singkat karena malas berdebat.

"Haaa, apa yang kau katakan? Berani sekali kau berkata bahwa keluargaku tidak memberimu makan. Kau benar-benar tidak tahu berterima kasih gajah. Aku tidak menyangka kau berkata seperti itu." Ucap Aksa penuh drama.

Ya Tuhaaan, Zea ingin menangis rasanya. Jika ingin membuat ribut, setidaknya jangan sekarang. Tubuhnya lelah dan Zea ingin segera istirahat. Kenapa tupai tengil ini terus merecokinya.

"Maaf tuan. Saya tidak akan berkata seperti itu lagi. Kalau begitu saya permisi. Jangan lupa tuan di tunggu keluarga anda di bawah untuk makan malam."

"Tunggu, hei tunggu!! Jangan pergi dulu. Beraninya kau bersikap seperti itu padaku!! Aku bosmu, kau tidak boleh bersikap tidak sopan seperti itu!!"

Zea terus berjalan dan mengabaikan teriakan Aksa. Lelaki usil itu pasti akan kambuh jika Zea meladeni keusilannya. Jujur saja ketika Aksa tiba, Zea memilih berpura-pura tidak melihat karena malas dengan tingkah Aksa yang seperti itu. Lelaki itu pasti akan jahil padanya dan mencari masalah supaya bisa ribut dengan siapapun, terutama dengannya.

Zea pikir selama ini Aksa sedikit saja bisa berubah, ternyata ia salah. Aksa masih tengil dan menyebalkan seperti dulu meskipun usianya sudah tua.

"Bagaimana Zea, Aksa sudah bangun?" tanya Laras, ibu Aksa begitu Zea tiba di meja makan untuk melayani mereka.

"Sudah Nyonya, sebentar lagi turun."

"Kamu tahu nggak Zea, tadi Aksa sampai nggak ngenalin kamu lo, kok bisa ya. Padahal meskipun bentuk tubuh kamu berubah, menurut tante kamu masih sama kayak dulu."

"Itu karena kita lihat Zea tiap hari Ma,  kalau Aksa kan memang udah lama nggak ketemu, ya jelas pangling. Zea kan dulu tubuhnya gemuk, sekarang langsing gitu. Yang nggak pernah lihat juga pasti nggak ngenalin." Sahut Darwin, ayah Aksa.

"Malam Pa, Ma, kakek." Aksa berjalan santai ke meja makan dan langsung duduk di samping kakeknya. Tempat duduk khususnya sejak kecil. Jika di tempati orang lain, Aksa pasti akan mengamuk dan menangis meraung-raung. Dan sepertinya itu berlaku hingga saat ini. Buktinya tidak ada yang menduduki tempat duduk itu semenjak Aksa pergi ke luar negeri.

Makan malam di mulai dan mereka bercanda ria membahas kepulangan Aksa. Zea masih berada di sana untuk melayani tuan Damian. Dan ketika seluruh keluarga Aksa menyuruhnya ikut makan, Zea selalu menolak. Wanita itu akan memilih makan di di dapur bersama para pekerja yang lain.

"Tahu nggak Pa, kata Zea waktu aku tanyain kenapa kok bisa kurus, dia bilang kurang gizi. Nyebelin banget deh Ma."

Zea langsung melotot ke arah Aksa begitu mendengar celotehan tidak berguna lelaki itu. Astagaaaaa, bisa-bisanya Aksa usil di tengah suasana makan malam seperti ini.

"Aksa, jangan mulai deh." Laras yang menyadari keusilan sang putra yang membuat Zea terlihat tidak enak hati segera menghentikan ocehan tidak berguna putranya.

"Emang bener kok." Ucap Aksa sambil makan, merasa tidak bersalah sama sekali ketika ucapannya membuat Zea tidak enak hati.

"Sup ini enak banget Ma, siapa yang masak? yang jelas pasti bukan gajah kan. Kalau gajah bisa masak seenak ini, dia nggak mungkin di cerein sama suaminya."

Ucapan Aksa langsung membuat semua orang di meja makan tersedak seketika.

Sleeping With My Maid (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang