Part 5

14.4K 311 13
                                    

PDF ready ya tersedia juga di aplikasi karya karsa

"Permisi." Zea pergi setelah pekerjaannya melayani Damian selesai.

Semua orang di meja makan memandang geram pada Aksa yang terlihat sama sekali tidak merasa bersalah setelah mengatakan hal menyakitkan itu pada Zea.

"Aksa, kamu sudah keterlaluan." Ucap Laras setelah Zea sudah tidak terlihat lagi.

Mendengar itu, Aksa menoleh lalu memandang kedua orang tua dan kakeknya. Mereka bertiga memandang dirinya geram dan Aksa tidak tahu apa kesalahannya. Ada apa? Memangnya ada yang salah pada ucapannya.

"Emangnya kenapa Ma, apa ada yang salah. Aku bener kan? Bisa aja si gajah di cerein karena nggak bisa masak."

Laras terlihat sangat kesal, namun Darwin segera memegang tangan istrinya untuk menenangkan. Sikap Aksa sejak kecil memang seenaknya sendiri. Namun menyinggung perasaan orang lain seperti tadi, tidak bisa di benarkan sama sekali.

"Aksa, kamu sudah 26 tahun, sudah sekolah di luar negeri sampai lulus. Tapi kakek harap kamu tidak melupakan etika berbicara kepada orang lain. Bersikaplah dewasa, tidak melulu orang bisa mengerti sifatmu. Dan lagi pula, menyinggung masalah pribadi seperti tadi, itu sangat tidak pantas." Damian terlihat memandang Aksa penuh kasih sayang. Cucunya itu memang terkenal bengal sejak kecil, jadi memberi tahu kesalahan Aksa juga harus dengan cara yang halus.

"Kakekmu benar, meskipun kau sudah berteman dengan Zea sejak kecil, tetap saja kata-katamu tadi sangat keterlaluan. Kau tidak tahu masalah apa yang menyebabkan Zea dan suaminya bercerai. Dan meskipun kau tahu, itu bukan urusanmu dan tidak sepantasnya kau menjadikannya bahan gurauan." Sambung Darwin ketika Aksa terlihat sudah sedikit memahami kesalahannya.

"Jadi tadi aku sedikit keterlaluan?" Tanya Aksa kemudian. Masih sedikit bingung dengan kesalahannya.

"Bukan sedikit, tapi banyak. Minta maaflah pada Zea. Kasian dia, tidak ada perempuan yang ingin menjadi janda di usia semuda itu. Bahkan rela mengabdikan hidupnya untuk bekerja pada kita. Hargailah dia, bahkan dia sudah menjagamu sejak kecil. Pasti hatinya sangat sakit mendengar kata-katamu tadi." Ucap Darwin kemudian. Ia cukup iba melihat reaksi Zea ketika mendengar ucapan putranya tadi.

"Oke Pa, besok aku akan minta maaf pada gajah. Sekarang aku mau tidur dulu. Selamat malam semuanya."

Semua yang di meja makan hanya memandang pasrah pada Aksa yang naik ke lantai dua menuju kamarnya. Mereka semua tahu, Aksa paling susah di ingatkan mengenai kata-katanya. Aksa menganggap gurauannya itu biasa saja.

Tapi tentu saja tidak bagi Zea. Hal pribadi seperti itu pasti menyakitkan jika di umbar di hadapan banyak orang. Dan untuk yang terjadi hari ini, Aksa memang harus meminta maaf pada Zea, agar ke depannya hal tersebut tidak terulang kembali.

**

Zea berjalan menuju ke kamarnya sambil sesekali menyapa para pelayan yang melaksanakan tugas. Sebagian dari mereka sudah selesai dan akan beristirahat seperti Zea. Hari ini ia capek sekali. Selain harus mengatur pesta penyambutan Aksa, ia juga harus mengatur emosinya karena menghadapi tupai tengil itu.

Zea masuk ke dalam kamarnya kemudian mengunci pintunya rapat-rapat. Ia berjalan menuju cermin besar yang ada di kamarnya. Zea memperhatikan wajahnya sejenak. Ia tersenyum manis, kemudian setitik demi setitik air mata jatuh di pipinya.

Ucapan Aksa di meja makan tadi seolah mengorek luka lama yang di pendam Zea rapat-rapat. Tidak ada yang tahu bagaimana sakit hati dan kepedihan yang ia rasakan setelah menikah dengan mantan suaminya. Dan Zea memang berencana tidak memberitahu siapapun, terutama ayah dan ibunya. Biarlah semua penghinaan itu ia simpan rapat-rapat seorang diri.

Zea mengusap air mata yang mengalir di kedua pipinya. Ia segera berjalan ke lemari pakaian kemudian mengambil piyama untuk berganti baju. Tubuhnya lelah dan besok ia harus bangun pagi untuk memberikan instruksi pada semua pelayan di rumah ini.

Meskipun terlihat tidak capek, percayalah, Zea adalah pelayan yang paling lelah di rumah ini. Posisinya sebagai kepala pelayan mengharuskan dirinya serba bisa menangani segala masalah di dalam rumah. Mulai dari kebersihan, menu makan untuk masing-masing anggota keluarga dan masih banyak lagi seolah ia adalah manager di rumah ini.

Tapi Zea bersyukur, setidaknya dengan begitu, ibunya mau beristirahat. Sang ibu sakit-sakitan semenjak Zea di ceraikan suaminya, sedangkan ayahnya sekarang sudah tidak bekerja karena usianya dan sakit asma yang di derita sang ayah menyebabkan kekhawatiran tuan Damian. Alhasil setelah berdiskusi panjang dengan tuan Damian dan Zea, ayahnya sekarang mau beristirahat dan mengelola kebun yang ia beli sendiri dengan gaji selama menjadi sopir tuan Damian.

Ayah dan ibu Zea memang sangat berhutang budi pada tuan Damian. Dulu ayahnya seorang yatim piatu yang menggelandang di jalanan dan berjualan koran. Tuan Damian membeli koran milik ayahnya lalu bertanya tentang asal usul sang ayah. Karena iba, tuan Damian mengajak sang ayah ke rumah mewahnya dan memberi pekerjaan sebagai sopir pada sang ayah.

Sejak saat itu ayahnya menjadi sopir sekaligus tangan kanan tuan Damian. Sedangkan sang ibu tidak jauh berbeda. Ibunya seorang yatim yang bernasib apes karena nyaris di jual di tempat pelacuran oleh ayah tirinya. Ibu Zea kabur dari tempat laknat itu dan di tabrak oleh mobil tuan Damian yang di sopiri oleh ayahnya.

Tuan Damian menolong ibunya dan membawanya ke rumah sakit. Setelah sadar dan menceritakan kejadian apes yang menimpanya pada tuan Damian, lelaki itu pun membawa ibunya ke rumah dan mempekerjakan sang ibu menjadi pelayan.

Intensitas pertemuan yang sering karena bekerja di tempat yang sama, membuat ayah dan ibunya saling jatuh cinta dan menikah. Kisah cinta yang manis setelah badai dalam hidup mereka. Dan semua itu tak lepas dari bantuan tuan Damian. Maka dari itu kedua orang tua Zea mengabdi seumur hidup mereka pada tuan Damian.

Tuan Damian juga lah yang menyekolahkan Zea selama ini. Laki-laki tua sangat menyayangi Zea bak cucu sendiri. Bahkan Zea di jodohkan dengan salah satu anak rekan bisnis tuan Damian. Fardan namanya. Lelaki yang terlihat santun dan penurut.

Semula keluarga Fardan terlihat keberatan dengan perjodohan itu. Status Zea yang hanya anak pembantu seolah tak sebanding dengan mereka yang kaya raya. Namun karena segan pada tuan Damian, akhirnya Fardan dan kedua orang tuanya menerima Zea.

Pernikahan tidak semulus yang dibayangkan orang-orang. Menikah dengan ketimpangan sosial yang mencolok serta tanpa didasari cinta membuat Zea dan Fardan kesulitan beradaptasi sebagai pasangan suami istri. Alhasil pernikahan yang baru seumur jagung harus berakhir dengan perpisahan dengan alasan keluarga Fardan menginginkan penerus yang tidak bisa mereka dapatkan dari Zea. Padahal pernikahan baru berjalan satu tahun.

Ibu Zea yang syok langsung sakit-sakitan mendapati putri kesayangannya di pulangkan oleh sang suami. Namun Zea meyakinkan pada kedua orang tuanya bahwa keputusan itulah yang terbaik untuknya dan mantan suaminya. Mereka sudah tidak bisa bersatu lagi.

Sang ibu yang tidak bisa menerima keputusan itu akhirnya jatuh sakit. Dan meskipun sakit, ibunya tetap tidak mau berhenti bekerja pada tuan Damian. Hingga akhirnya terpaksa Zea mengantikan sang ibu agar wanita tua itu bisa beristirahat.

Namun alasan sesungguhnya perceraian itu tidak pernah ada yang tahu, bahkan tuan Damian sekalipun. Zea pun lebih memilih tutup mulut untuk meredam keadaan agar tidak runyam. Biarlah semuanya berlalu dan Zea ingin memulai hidup yang baru.

Maka dari itu ketika Aksa mengungkit tentang perceraiannya, membuat hati Zea sangat sakit. Namun itulah Aksa, si tengil yang tidak bisa mengontrol kata-katanya. Dan sekali lagi, Zea harus memakluminya.

Sleeping With My Maid (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang