"Jatuh cinta anak muda, ditolak sakit jiwa, diterima malah ga percaya."
***
"Bapak masuk angin lagi Bu?"
Tami melihat Eman sedang dikerok istrinya, suara sendawa juga terus bersahutan, terlihat adanya sisa kaleng soda juga yang hampir habis.
"Bapak kebiasaan deh!" omel Tami dengan sinis.
"Ssst..!" Bapak tak ingin dikoreksi soal apapun, baginya mengeluarkan angin sesegera mungkin adalah solusi terbaik, walaupun niatnya minum soda hanya ingin bisa sendawa.
Padahal Tami pernah membaca dalam artikel kesehatan bahwa mengonsumsi minuman bersoda saat masuk angin hanya akan menambah angin masuk kedalam tubuh dan menyebabkan kembung juga.
"Pak, masuk angin itu cuman perlu istirahat yang cukup, minum paracetamol kalo perlu, bukan minum soda solusinya, apalagi juga dikerok. Apa Bapak tahu kebiasaan kerokan di Indonesia itu sebetulnya sudah salah kaprah dengan mengaitkannya ke medis? Kalo dikerok artinya pori-pori kulit kebuka, abis itu angin mudah masuk, udah deh makin aja lama masuk anginnya."
Bu Eman berhenti mengerok suaminya.
"Kok berhenti?" tanya Eman.
"Kalo ibu pikir-pikir emang bener juga apa kata Tami Pak, kenapa kita justru malah sering kerokan kalo masuk angin? Padahal itu jelas nggak bagus kan ya?" Bu Eman menatap Tami.
"Karena nggak ada hubungannya ngebuka pori-pori kulit sama masuk angin Bu, apalagi kalo cuman sakit perut aja kerokan dengan alasan memperlancar pencernaan. Mitos itu!" tegas Tami.
"Tapi kita ini di Indonesia, banyak buktinya kok kerokan bikin orang yang masuk angin langsung sembuh, badan juga makin segeran, bisa langsung kerja lagi hari itu."
"Aku ora lagi ngerokin deh Pak, kulitmu juga tebel banget kayak kudanil, pegel aku setengah jam nggak beres-beres." keluh Bu Eman lekas berdiri dengan piring kecil berisi koin yang diberi sedikit minyak sayur.
"Tapi Bu inikan baru sebelah belang-belangnya, bakal aneh kalo sampe ada yang liat punggungku."
"Siapa lagi yang mau liat punggung Bapak selain ibu memangnya? Jangan bilang Bapak mau kasih liat janda di rumah sebelah gang itu ya?" goda Tami.
"Hush! Jangan dibahas lagi Tami! Ibumu bakal labrak janda itu bawa cerulit Bapak kalo kamu ngomongnya sampe dibesar-besar begitu," tegur Eman menyuruh Tami diam, bisa bahaya jika istrinya sampai mendengar.
Tami menyeringai, lalu menadahkan tangannya.
"Apa maksudnya?" tanya Eman tak mengerti.
"Uang tutup mulut Pak, Tami juga nggak minta banyak kok hari ini sekiranya cukup buat ke warnet aja."
"Ngapain ke warnet?"
"Belajar Pak, banyak tugas juga dari kampus, abis cuman Tami doang Mahasiswa yang nggak punya laptop sama printer."
Eman menghela napas, merasa iba mendengar keluhan putrinya. Tami benar, mungkin hanya dia Mahasiswa malang yang tidak punya laptop karena bernasib dilahirkan dari orang tua miskin sepertinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/317410720-288-k779701.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Family(e)man
Ficción GeneralEman hanya petani, tapi istrinya yang seorang ibu rumah tangga rupanya menyimpan rahasia soal jati dirinya, putrinya Tami berhasil kuliah keperawatan selalu terjebak dalam romansa gila, juga Cahyo putra bungsunya yang mencintai bola namun isi kepala...