2. Tami si ahli Manipulatif.

13 0 0
                                    

"Jatuh cinta seringkali menyesatkan, kadang hanya perlu pikiran logis dan kaya raya agar tidak pusing."

***

Eman hanya selonjoran di hari minggu, padahal kemarin lusa bilangnya janji bakal ajak warga gotong royong, masalahnya ya..terlanjur gondok saja dengan Pak Hasan, mosok kelakuannya semakin kesini jadi mirip pak camat saja.

"Bapak ndak kerja bakti emangnya Bu?" tanya Tami yang terlihat sudah rapi dengan pakaian hitam-putih, sepertinya akan berangkat ke kampus.

"Ndak tahu tuh dari pagi males-malesan mulu Bapakmu." celoteh Bu Eman terlihat sedang memetik ujung toge yang sudah tua.

"Mau kemana?" tanya Eman yang sadar putrinya sudah rapi.

"Kampus Pak.."

"Mana ada kampus buka hari minggu, gausah alesan, mau main kan?"

"Main apa pake baju putih-hitam gini? Bapak kalo nuduh suka ndak liat orang kadang-kadang."

"Nuduh opo mosok iya ke kampus hari minggu? Kampus edan kali hari libur nasional masih aja buka."

"Ada seminar Pak, pembicara nasional, mana ada urusan mau hari apapun, lagian bapak tahu darimana juga kalo kampus Tami libur apa nggak kalo hari minggu?"

"Jadi beneran ke kampus?" Eman menatap ragu.

Tami mengangguk.

"Yasudah Bapak antar kalo gitu." Eman terlihat mengambil kunci motor di laci.

"Ndak usah Pak, wong Tami mau bareng si Johar kok ke kampusnya."

"Johar anaknya Pak RT itu?"

"Iya."

"Ndak usah, ngapain kamu bareng dia segala kalo Bapak masih ada? Memangnya Bapak sudah mati?"

"Astagfirullah..! Pak opo sih kok ngomong sama Tami ketus banget gitu, memangnya kenapa sama si Johar?" Bu Eman berdiri dan mengeluarkan uang dari sela kutangnya untuk diberikan pada Tami.

"Bapak kumat lagi kali darah tingginya Bu, yaudah Tami izin pamit ya.." Tami mencium tangan orangtuanya.

"Aku ndak suka sama kelakuan Bapaknya, belagu banget, mosok waktu itu istrinya udah ngajakin aku makan dia malah nolak dengan bilang kau pasti sudah masak dan aku disuruh pulang begitu aja? Jengkel aku jadinya.." Eman mengeluarkan unek-uneknya.

"Ngajak makan kapan?" tanya ibu curiga.

"Pas ngilang gegara sayur katuk sisa waktu itu kali Bu.." sahut Cahyo dari dalam kamar.

"Bener Pak?" Bu Eman menatap suaminya curiga.

"Bukan, kejadiannya udah lama banget kok." sangkal Eman.

"Ah, mosok sih Pak? Bukannya pas siang itu Bapak bilang mau ke rumah Pak RT?" adu Cahyo.

Sialan. Anak itu bilang ndak akan aduin tapi masih saja suka cari kesempatan jerumusin Bapaknya sendiri.

"Bapak posisinya diajak makan atau minta makan?" Bu Eman menuntut penjelasan suaminya.

"Diajak Bu, mana mungkin aku minta-minta segala, walau kadang harus makan sayur hambar dan gorengan tahu yang asin, tapi tetep kumakan juga kan tiap hari?"

Family(e)man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang