07: Mengejar Karir

5 0 0
                                        

Pagi harinya Eman dan istrinya ke pasar untuk memeriksa tomat dan cabe hasil taninya laku terjual atau tidak oleh pemborong, sekalian juga menagih hutang supaya bisa beli lauk buat makan siang ini.

Sementara Cahyo masih pagi sudah pergi ke sekolah dan Tami justru memilih keluar untuk menemui Mas Odi, seorang perawat di puskesmas yang Tami teror belakangan ini karena ingin mendapatkan info perihal lowongan relawan medis di Jakarta.

Tami dapatkan info tersebut dari website yang dibacanya dari portal puskesmas, tapi begitu menanyakan ke resepsionis pagi harinya justru slot nya malah sudah penuh yang mendaftar.

Tapi bukan Tami namanya jika langsung percaya begitu saja, apalagi di kampung sekecil ini dimana orang-orang langsung ketakutan mendengar kata 'virus' mana sudi jadi relawan terlebih itu pun ditempatkan di kota Jakarta. Lalu kenapa slot tiba-tiba sudah penuh padahal tidak ada yang mendaftar? Bukannya itu terdengar janggal sekali ya?"

"Mas Odi.." Tami pergi ke puskesmas dengan bekal nasi goreng yang dibuatnya pagi ini, jika ingin menyogok informasi setidaknya ia harus tahu diri.

"Bentar Tam..lagi ada pasien." percobaan pertama gagal, Tami tidak mendapat informasi apapun terlebih ia hanya bisa kembali lagi di hari Kamis saat suster magang itu ada jadwal di puskesmas.

Sebenarnya alasan Tami memilih mendekati Mas Odi dibanding perawat lain karena mereka berada di almamater yang sama saat sekolah dasar, walau pria itu memang jadi seniornya, tapi mengingat kepribadian Mas Odi juga yang baik hati walau agak culun dan sering diledeki saat masa sekolah tapi itu lebih dari cukup untuk menjadi alasan pria itu yang jadi incaran Tami mendapatkan informasi.

"Aku mana tahu soal itu, baca portal puskesmas aja jarang."

"Karena itu, karena Mas jarang buka portal puskesmas apalagi baca artikel makanya aku yang baca artikelnya buat dikasih liat, nih..coba liat aja.." Tami memperlihatkan portal puskesmas terkait pendaftaran relawan di Jakarta."

"Kalo gitu coba aja kamu tanya ke resepsionis, aku mana tahu soal adanya pendaftaran jadi relawan."

"Jadi Mas Odi seriusan nggak tahu?" tapi Tami justru melihat hal lain, mata pria itu terlihat gelisah seperti menyembunyikan sesuatu.

"Mas aku beneran pengen daftar, aku siap pergi kok ke Jakarta walau nggak dibayar sekalipun.

Mas bahkan tahu sebentar lagi aku bakal jadi perawat, aku jelas butuh banyak pengalaman dalam menangani pasien."

"Tapi sertifikasimu jelas belum ada Tam, percuma juga ikut nanti kamu nggak bakal bisa bantu apapun dengan pasien."

"Mas Odi jangan langsung ngeremehin gitu dong, walau belum ada sertifikasi tapi aku bisa nyuntik pasien kok, bisa resepin obat juga, bisa bantu apa aja yang disuruh Dokter."

"Tapi situasinya jelas beda Tam, Jakarta lagi butuh tenaga ahli buat menangani pasien secara sigap dan tentunya yang banyak pengalaman, karena masalahnya ini pertaruhan nyawa, dan kamu jelas nggak akan sanggup."

"Mas Odi pasti daftar jadi relawan di Jakarta itu juga ya makanya langsung buang muka begitu pas aku kasih liat website di portal puskesmas tadi?"

"Hah?" Mas Odi tercengang, ia tidak menduga jika Tami dapat mengetahuinya hanya karena melihat ekspresi wajahnya. 

"Sengaja kan nyuruh aku mundur karena Mas Odi sendiri juga daftar sebagai relawan itu, ck, licik banget cara mainnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Family(e)man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang