3. Cahyo si ahli siasat

16 0 0
                                    

Kau hanya manusia biasa. Bersikaplah layaknya begitu. Jadi wajarlah jika kau bersikap salah, kalah dan sesekali tertipu.

***

Cahyo menyesal nonton pertandingan kali ini, grup andalannya kalah dengan point 2-0. Percuma saja minta izin susah-susah kalo ujungnya begini? Diomelin sih pas balik iya, capek hati juga iya.

Tapi rupanya Cahyo menemukan satu celah dimana Eman dan istrinya tak akan mengomelinya soal nonton bola, siapa lagi kalo sasarannya bukan Tami, anak perempuan Eman itu langsung kena sembrot karena ketahuan bohong. Semuanya jadi dibahas, mulai dari kapan pacaran sama Johar anak Pak RT, atau dari kapan sudah mulai bohong cuman perkara mau pacaran diluar.

"Udah putus kok kami Pak.." ujar Tami.

"Putus apa? Bapakmu ini mau dikibulin lagi?"

"Ah, mosok, Bapak masih nggak ngerti sih, ya..putus..artinya putus. Nggak ada ikatan lagi."

"Bukan itu ya intinya!" damprat Eman.

"Bapak ngomongnya abis bertele-tele gitu, sudah Tami tegaskan kami.. putus, ndak ada hubungan apapun lagi juga Tami sama si Johar."

"Tapi kalian tadi pergi pacaran kan bukan ke kampus?"

"Iya, tapi ya..kami sekarang udah putus, ya..putus."

"Jangan beralasan!"

"Alasan apasih Pak? Tami seriusan kok, Tami juga nyesel kenapa terima cintanya dulu, dia nggak gentlemen Pak, perhitungan juga."

"Pelit maksudnya?"

"Iya, mosok Tami disuruh beli tiket buat nonton berdua dan dia ogah keluar duit sih? Pelit banget kan?"

"Jadi kamu pergi nonton sama dia?"

"Gajadi pak, dia ga gentleman diajak nonton horror malah ngotot pengen nonton kartun batman, Tami ogah lah, beneran childish banget si Johar, iuhhh.."

"Itumah kebangetan, mosok iya beliin tiket nonton padahal buat nonton kalian berdua aja nggak ada duit, padahal dia cowok harusnya ngajak anak cewek orang harus bisa ngasih makan, ngasih jajan, beli baju, beli rumah, ngajak liburan ke luar negeri,
tapi emang buah jatuh ga jauh dari pohon, udah sebelas dua belas si Johar mirip bapaknya yang pelit."

"Emang Pak RT juga pelit Pak?" Tami menunggu jawaban Eman, tapi masalahnya Eman sendiri juga malas jika harus mendumel di jam segini, apalagi bedug magrib juga akan berkumandang, waktunya segera berganti koko dan sarung untuk sholat berjamaah.

"Sudah..sudah nanti lagi dibahasnya, Cahyo cepat! Ini waktunya ke masjid!"

"Cahyo belum pulang Pak.." celetuk Bu Eman.

"Udah kok Bu.." Cahyo mengangkat tangan dari balik pintu, dia juga sudah memakai sarung yang diambilnya dari jemuran, untung Bu Eman belum belum sempat mengangkatnya.

"Yowes, Bapak berangkat dulu ya Bu.."

"Iya."

Diperjalanan Cahyo terlihat canggung, mungkin karena Eman juga diam saja tak seperti biasa, dan biasanya kalo bertingkah begitu sedang menyimpan kekesalan, setelah sholat magrib berjamaah pasti meletus tuh bisul nanti.

Family(e)man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang