_-_
|
Obsessed
|
_-_
Tepat dua minggu ia bersekolah, walaupun tidak setakut di awal Rian tetap saja merasa takut jika sedang berjalan di koridor atas atau latihan menembak.
Tapi teman teman sekelasnya sangat memanjakan Rian, karena itu pemuda pendek kesayangan Edward sudah tak pernah lagi ikut latihan apapun yang membuat anak itu takut.
Walau harus ada timbal balik, seperti memeluk selama satu jam, mengecup pipi dan hidung, atau duduk di pangkuan, dan lain sebagainya.
Rian tidak terlalu mengerti apa maksud mereka tapi ia tetap melakukannya karena ia tak ingin melakukan hal menjijikan seperti memotong atau bahkan sekedar mencongkel.
Hari ini Gerald tidak masuk karena katanya ia mendapat misi untuk mencuri berlian dari pihak musuh kliennya, Jayden juga tidak masuk tapi tidak dengan anak professor lainnya karena ada urusan di salah satu rumah sakit bedah itu menurut bara.
Mereka memang terkenal jenius sebagai dokter muda, tapi tidak semua orang tau jika korbannya akan kehilangan satu ginjal.
Mereka yang melakukan kejahatan memang tidak pernah menunjukan muka asli, mereka akan memakai topeng kulit wajah orang lain agar tidak terindetifikasi.
Rian menatap kelasnya, lalu tatapannya berhenti di siswi dengan kuncir kuda yang menutup satu matanya seperti bajak laut.
"Andriana? Lu ngape? Mata lu katarak?"
Semua murid terdiam, tidak mungkin mereka jujur jika perempuan itu kalah taruhan oleh guru.
"Tidak apa apa, hanya sedikit tercongkel."
"Djancok!" Rian memilih kembali duduk di tempatnya, tidak menyangka jika perempuan itu akan menjawab santai seakan itu bukan apa apa.
"Joseph ... gue laper banget nih, kantin kuy?"
Pemuda tinggi itu mendelik. "Ada guru, dan ini pelajaran kesukaan ku."
Rian mendengus lirih, pelajaran kesukaan? Sejarah gila itu pelajaran kesukaan?
Dunia ini memang mengejutkan.
Rian menoleh ke samping, menoel pundak lebar pemuda dengan kacamata itu sambil berbisik.
"Psst psst! Kantin gak? Laper nih?"
Bara melepas kecamata, senyuman ramahnya hampir membuat Rian terkagum sebelum kalimat selanjutnya membuat ia menjatuhkan rahang.
"Ayo, tapi kau harus duduk di pangkuan ku selama pelajaran kedua."
"Emm .. gak jadi deh."
Joseph menarik lengannya dengan lembut, pemuda itu dengan santai mengangkat tangan lalu menunjuk keluar kelas.
Gurunya pun tidak protes, karena siapa yang tidak tau tiga serangkai dalam kelas?
Sang pangeran, anak dari leluhur para kriminal terhormat yang merelakan jiwanya hilang hanya karena perjanjian konyol.
"Dih? Kok boleh sih kalo sama lu? Kemaren gue ke kamar mandi aja dia ngijininnya mikir dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed ✔
Novela Juvenil[ Fantasy, Bromance ] Rian paham, kenapa kasih sayang Edward tak terasa seperti seorang 'Ayah'. >[bromance] Ceritanya meresahkan banget, jadi kalo gak sesuai sama kalian jangan di baca ya!