5a

7.5K 563 19
                                    




"Oh jadi gitu yah A? biasanya sih memang perbandingan yang kayak cuma dua juta sampai empat juta itu punya pengaruh yang lumayan besar, apalagi dengan sedikit tambahan kelengkapan kayak kolam berenang atau taman kecil aja pembelinya langsung punya minat dan ketertarikan yang besar" ucap Mark pada lelaki yang lebih tua enam tahun dari nya, duduk dihadapannya

"Iya emang, padahal terkadang untuk ukuran sendiri cuma berbanding sedikit, jadi sebisa mungkin kita buat desain nya itu lebih ke minimalis tapi worth it untuk ditinggalin oleh satu keluarga"

Mark mengangguk lalu memutus abu rokoknya diasbak

"Jadi gimana? lo mau yang kayak gimana? gue udah ngasih beberapa contohnya nih, kalo lo masih mau yang lain kita bisa omongin besok-besok kalo lo mau"

Mark memandang beberapa kertas dengan gambar rumah diatas meja

"Gue secara personal suka yang ini sih A' cuman gue harus runding lagi sama Chanisa, kalo dia setuju gue ambil yang ini, tapi kalo mungkin dia mau yang lain yah kita harus atur jadwal lagi"

Lelaki didepan Mark terkekeh

"Lo emang kayak gini yah nurut-nurut kata Chanisa?" tanya lelaki itu

Mark tersenyum kecil, "Ribet a' kalo gak diturutin, kayak gak tau aja sih"

Lelaki bernama Marga itu, yang merupakan suami kakak sepupu Chanisa, Anneth atau ibu nya Aruna. Lelaki itu mengangguk, "Percaya gak percaya dulu pas gue nikah sama kakaknya yang ngatur warna dresscode dia seakan-akan yang punya nikahan dia"

Mark memang sedari siang berada dirumah kakak sepupu Chanisa, ingin membicarakan hunian yang akan dirinya dan Chanisa tinggali setelah menikah, karena berhubung papi nya Aruna adalah arsitek jadi Mark meminta bantuan lelaki itu.

Mark terkekeh, "Itu karna dia gak punya gaun warna xanadu a" ucap Mark

"Kok lo tau?"

"Iya..kan nyari bahan nya sama gue, dia cerita gak punya gaun warna itu, jadi pengen gitu a"

"Nah itu, waktu itu recok sama istri gue Mark, terus tiga harian mereka gak saling ngomong sampe akhirnya istri gue ngalah, jadi lah si dresscode xanadu"

Mark terkekeh lalu kembali mengisap rokoknya, "Makhlum aja lah a"

"Gue yang kasihan ngeliat lo Mark"

"Yah mau gimana juga a, mau nya sama dia"

"Halah halah Mark, emang kalo masih pranikah dan awal menikah tuh emang kayak gini, setahun dua tahun adem ayem, nah ketemu tahun ketiga, nyengir dah gue"

"Emang kenapa a' ?" tanya Mark

"Lo rasain sendiri dah nanti"

Mark hanya tersenyum

Memangnya akan seperti apa? pikirnya, apakah akan sangat berbeda? mengingat dirinya sudah menghabiskan hampir dua puluh tahun hidupnya berhubungan dengan Chanisa

"Buat beberapa desain nya gue bakalan kirim ke email lo yang kemarin jadi lo bisa tunjukin ke Chanisa"

Mark mengangguk, "Makasih yah A' "

"Santai Mark, lo dapet rumah gue dapet duit"

Kedua tertawa lalu melanjutkan obrolan mereka sampai Aruna yang baru saja bangun tidur datang lalu menempel pada Mark

Sedangkan papih nya sendiri menggeleng kecil lalu pamit pergi ke kamar

"Didi..."

"Kenapa cantik?" tanya Mark mengelus rambut gadis kecil itu

Leter M (HAM Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang