07. Pertarungan Hati

2K 236 32
                                    

Jika boleh kembali, ia ingin mencintai
pujaannya dengan lebih baik.

Brak!

Mereka saling memukul, menendang dan mendorong. Hingga baju mereka kotor karena debu dilantai gedung tua itu. Wajah mereka juga sudah babak belur. Terluka dipelipis, ujung bibir, pipi, siku dan lutut. Saling menyerang tanpa ampun. Memaksimalkan energi untuk menjatuhkan masing-masing lawan.

"GAK ADA YANG BISA NYENTUH NANDA SELAIN ATTARA!"

Brak!

Marlo dijatuhkan begitu saja setelah mengatakan itu.

"BANGSAT! LO BAKAL NYESEL BELAIN NANDA SAMPEK SEGININYA!"

Duagh!

Satu tinjuan dirahang Jevo membuatnya tersungkur.

"DAN LO BAKAL NYESEL KARNA SALAH NILAI NANDAA, NJINGGG!!"

Kedua ketua itu memang sedang memperebutkan Nanda. Yang satu dengan cara membelanya dan yang satu dengan cara membuat Marlo tidak menyukai Nanda lagi.

Sedangkan para anggotanya juga saling melawan dengan berbicara dan menyerapahi satu sama lain.

"Bangsattt!" Leon menendang perut Gio hingga lelaki itu merintih. Akhirnya Leon membiarkannya karna ia menganggap Gio sudah menyerah.

Buagh!

Yasa membalik tubuh Yogi dan memukulnya dengan keras, membuat lelaki itu menyerah.

Srekkk!

Tubuh ringan Eros dihempas begitu saja oleh Jasya. Entah kekuatan dari mana, tapi Attara malam ini jauh lebih kuat dan sangat lincah.

Namun Hesla sedikit kualahan saat Jerry terus memukuli rahangnya.

Brak!

Lucki menarik Jerry kebelakang dan menendangnya setelah membuat Hans menyerah. Kini tinggal kedua ketua mereka yang masih bertarung tanpa lelah.

Tin! Klakson mobil membuat mereka saling memandang satu sama lain.

Sirine mobil patroli milik polisi mulai terdengar dari pintu belakang gedung tua. Tanpa berpikir panjang kedua geng itu pergi dan berlari menjauh. "BALIK LO SEMUA!" Teriak Marlo.

Anak-anak Alta sedikit lambat karena mereka mendapatkan luka yang paling banyak. "Naik Hans!" Jevo memberikan tumpangan pada Hans yang sedikit pincang.

Untung saja mereka berboncengan jadi menyingkat waktu.

Attara sendiri sudah lebih cepat meninggalkan tempat. Yaps, malam ini Attara yang menang.

Tiga motor sport itu melaju membelah malam yang hening menuju markas mereka. Dimana mereka akan memilih menginap disana saat wajah mereka kacau seperti ini.

Namun saat Jevo dan Hans memilih melewati jalan belakang komplek yang sangat sepi untuk memancing mobil polisi agar tak mengikuti anak-anak Alta lainnya, keduanya terkejut melihat seseorang memakai kaos putih dengan celana jeans hitam dan berjalan dengan kaki pincangnya. Dari belakang, kaos itu banyak noda darah. Tampilannya sangat acak-acakan.

"Nanda.." ucap Hans reflek membuat Jevo menambah kecepatannya. Sirine itu semakin mendekat.

Tanpa berpikir panjang, Jevo turun dan melepaskan helmnya. Hans memegangnya dan mengalungkannya dilengan. "Lewat gang depan yang kecil itu, mereka gak bakal bisa lewat. Setelah itu belok kanan, itu jalan lain ke markas! Pergi!"

"Tapi Jev.."

"Anjing! Udah gak ada waktu! Cepet!!"

Hans melaju cepat melewati Nanda. Ia juga sempat melihat Nanda dari spion. "Maafin gue Nanda.. nanti gue dateng lagi"

Rival to LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang