18. Kartu As Milik Trackers

1.2K 170 21
                                    

Keberaniannya yang sangat besar ini, berhasil menyatukan dua kubu yang pernah bermusuhan.

Prang!

Suara pecahan kaca itu menggema dirumah besar dan mewah namun penuh dengan deru tangisan penuh luka.

"Harusnya aku gak pernah pilih kamu! Puas udah nyakitin anak kita hah! Aku bersyukur bisa sadar sekarang.. memang lebih baik kita cerai mas! Gara-gara kamu, Nanda sakit. Nanda frustasi sendirian.. sekarang, aku gak akan lagi disini sama kamu! Terima kasih sudah menyadarkanku!"

Bundanya Nanda itu melangkah keluar dari kamarnya dengan gaun tidur putih. Kakinya penuh dengan luka kaca yang ia injak karena tak mengunakan alas kaki sama sekali.

"PERGI SANA SAMA ANAK HARAMMU ITU! kalian yang menghancurkan hidupku!"

Pria tua itu meneriaki bundanya Nanda. Dengan tangan kecil yang terus mengusap air matanya, ia mencoba menahan dirinya.

Tangisan pilu wanita paruh baya yang kini sadar dengan apa yang ia lakukan selama ini, begitu mengiris hati siapapun yang mendengarnya. Rintihan penuh penyesalan pada putra-putranya. Harusnya ia tak pernah mencintai seorang pria sampai sebegininya.

"Maafin bunda sayang.. maaf" rintihnya sembari berjalan terpincang ditengah malam itu.

 maaf" rintihnya sembari berjalan terpincang ditengah malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Brak!

"Duh ngeri banget ya gue, bisa naik setinggi ini lewat pohon.."

Nanda bangga pada dirinya yang berhasil menaiki pohon besar untuk ke gedung. Yang pertama ia lakukan harus mencari orang yang meminta bantuannya disana tanpa diketahui musuh.

Ia segera melompat masuk kedalam melalui jendela.

Srek!

"Anjirt.." pecahan kaca yang masih menempel dijendela melukai lengan Nanda.

Ia meringis merasakan perihnya tapi ia segera melupakannya karena harus cepat menyelamatkan anak Neo.

Nanda mengendap didalam gedung tua dan gelap itu. Ia mencoba berjalan setenang mungkin.

"Gue dah peringatin dia, gue juga takut Alta dan Attara dateng anjir" ucap dua lelaki yang turun dari tangga lantai tiga.

Nanda segera bersembunyi dibalik lemari kecil. Ia harus tenang, setidaknya sampai ia bisa membawa orang yang mengiriminya pesan tadi.

"Ck! Dia lagi.." ucap Nanda yang kini tahu siapa pelakunya.

Setelah memastikan dua orang tadi pergi dari sana, ia segera naik dengan sedikit merunduk. Location yang diberikan tadi menuju sini tapi ia yakin bahwa mereka akan menyekap orang-orang diatas.

Nanda hanya mengandalkan instingnya. Dulu ia juga menemukan Marlo dilantai empat.

"Banyak banget yang jagain dah.." Nanda memutar otaknya berusaha mencari celah.

Rival to LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang