Jika ditakdirkan bersama, hati akan menuntun kembali walaupun pernah terpisah.
"Anjir, kemana Jevo?" Tanya Yogi saat melihat Hans masuk sendirian.
"Tadi berhenti dipinggir jalan. Gue sama Jevo liat Nanda penuh darah dibadannya dan jalan sendirian, jadi Jevo mutusin buat sembunyi sama Nanda terus gue yang ngalihin tu polisi" ucap Hans yang masih sedikit ketakutan, jika orangtuanya akan sangat marah padanya.
"Kenapa harus diselametin sih, biarin aja dibawa polisi dah.." ucap Eros tak senang dengan keputusan Jevo.
"Anjing! Nanda sekarat dipinggir jalan! Dan lo tega biarin dia dibawa polisi!! Mikir pake otak!" Jerry tak terima, biarkan saja setelah ini teman-temannya berpikiran buruk tentangnya.
"Santai dong njing!"
"Gue juga gak bakalan terima, kalo kita biarin anak Neo dibawa polisi" ucap Gio dengan hati-hati. Tak apa jika mereka sering bertengkar, asal tak ada yang sampai ditahan.
Eros menyesap rokoknya lalu tersenyum miring. "Jevo itu lagi ngambil Nanda dari Attara. Kalo Nanda udah gak ada, kita bisa menangin Alta seterusnya"
"Terserah lo semua mau mikir apa, gue cari Jevo dulu" Gio mengambil kunci mobilnya, ia pergi meninggalkan markas yang masih berdebat tentang Nanda dan Jevo. Pikirannya hanya ingin menyelamatkan sahabat pacarnya.
Ia mencoba terus menelfon Rehan. Sembari berjalan keparkiran.
"Halo sayang.."
...
"Nanda sekarat kata Hans, dia ada dipinggir jalan komplek. Ini aku cari dia.."
..
"Kamu yakin mau ikut?"
...
"Yaudah, ganti baju panjang dulu, aku kesana"
...
Gio segera masuk mobilnya dan melaju kerumah Rehan. Ia yakin, Rehan pasti sangat panik sekarang.
Nanda beruntung memiliki sahabat setulus Rehan.

Karena terlalu panik, Rehan hingga tak sadar bahwa kaos yang ia gunakan sampai terbalik dan ia juga mengunakan celana piyama warna biru muda. Membuat lelaki tampan dan tinggi disampingnya menahan tawa.
"Gak usah ketawa!"
"Pftt..Iya galakku hehe" Gio sedari tadi menahan tawanya. Rehan mode mau tidur memang sangat mengemaskan. Warna-warna piyamanya juga selalu cerah.
Si kecil manis itu hanya mengerutu dan mengerutkan alisnya. Matanya sibuk menyusuri jalanan tapi mulutnya mengerutu kepada pacarnya yang masih terkikik geli.
Akhirnya ia mengambil jaket Gio dibelakang dan memakainya. "Kalo kamu masih ketawa, tuh muka bakal aku bikin babak belur lebih parah!"
"Emang bisa nonjok babe?"
"Enggak" jawabnya dengan sangat kesal.
Gio jelas ingin tertawa, tangan sekecil itu kalo nonjok juga gak bakalan sakit batinnya. "Gemes banget" Gio mencubit pipi Rehan yang masih mengerutu.
"Jauh-jauh!!"
"Si gemes ngambekan"
"Idih.."
"Ngambekan.. si kecil ngambekan"
"GIOOO!"
"Ampun babe.."
Rehan mengerucutkan bibirnya. Gio selain ganteng, ia juga jahil. Sikapnya ini hanya muncul saat bersama Rehan. Jika dengan yang lain, Gio lebih memilih menjadi pendiam yang hanya mendengarkan dan tak banyak mengomentari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival to Lover
FanfictionBxb Area‼️ Nomin FF ‼️ - Dua geng motor di salah satu SMA favorit, saling menjatuhkan satu sama lain dan menjadi musuh dalam segala hal. Namun takdir malah mempermainkan mereka dan mencoba menyatukan. Fluff, Harsh Words, Bad Romance 🔞 By EverleeSh...