Chapter 3 - Notice

1.4K 159 30
                                    

Happy Reading 💙💙💙
.
.
.
.
.

Elano berjalan mendekati pilar tempat Auryn bersembunyi. Tubuh Auryn kembali menengang, apa dia akan ketahuan. Tidak, dia tidak siap nasibnya selanjutnya. Tangannya memegang nampan dengan erat ketika Elano semakin mendekat ke arahnya. 

Degup jantungnya semakin kencang, kali ini Auryn benar-benar takut terkena masalah. Sia-sia lima tahun dia menjaga dirinya yang hidupnya agar aman bila sempai tuannya memergokinya tidak sengaja menguping.

Auryn melangkahkan kakinya hendak berlari kembali kearah dapur. "Lancang!,". Ucapan Elano membuatnya tidak mampu untuk melangkah barang sedikit pun.

Elano mengamati Auryn dari atas hingga bawah. Dia belum pernah melihat gadis didepannya ini sebelumnya. "Siapa kau?,".

"Ma-maf tuan sa-saya tidak berniat menguping,". Auryn memegang kuat nampan yang ia bawa.

"Jadi kau menguping?,".

"Tidak! Sa-say hanya ingin lewat tapi sa-sa saya-,". Semakin tajam tatapan itu membuat Auryn semakin gemetar ketakutan. Elano berdecak membuat Auryn tidak sanggup meneruskan ucapannya. Pria itu tersenyum miring, sengum remeh pada gadis lancang yang menguping pembicaraannya. Matanya menilik rupa gadis didepannya yang sedang kelabakan seolah tertangkap melakukan kejahatan. Menurutnya gadis didepannya terlihat seperti kucing ketahuan mengambil ikan milik majikannya.

"Siapa kau?,". Tubuh Auryn kembali menegang. Suara tegas dan rendah milik pria didepannya membuat kepalanya menunduk dalam tidak berani menatap ke arah Elano.  Tubuh Elano semakin mendekat membuat Auryn harus mundur hingga punggungnya menabrak pilar dibelakangnya.

"Sa-saya,".

"Auryn Auryn,". Suara Wyne berteriak dengan nada berbisik terdenger dari arah pintu masuk taman depan membuat Auryn menoleh ke arahnya. Namun tatapan tajam Elano membuatnya kembali tak berkutik untuk menjawab panggilan Wyne.

"Gadis itu.. - Elano melihat kearah Wyne kemudian kembali menatap taham Auryn -temanmu?,". Auryn gelagapan. "Jadi siapa kau ? Auryn?

"Ma-maaf tuan, sa-saya Auryn pelayan  disini". Suara terbata Auryn semakin membuat Elano menatapnya lekat. Tatapannya yang dirasa Auryn sedang mencemooh dan merendahkannya.

"Auryn kau dimanaa?. Duh kemana sih dia,". Suara Wyne kembali terdengar.

Elano menyadari gesture Auryn "Apa gadis itu mencarimu?,". Auryn mengangguk dengan posisi masih menunduk.

"Saya tidak mendengar apapun yang tuan biacarakan, jika pun mendengarnya saya tidak akan membocorkannya pada siapapun,". Elano terkekeh gadis ini tidak berpikir Elano bodoh bukan. "Pembicaraan yang mana hingga mana yang akan kau bocorkan?,".

"Tidak tuan tidak ada,". Tubuh Auryn bergetar ketakutan saat tubuh Elano yang semakin mendekat dengan tatapan mengintimidasi. Pria itu menghela nafas. "Pergilah!,". Mendengar usiran dari Elano membuatnya bergegas pergi kembali ke arah dapur tidak jadi menghampiri Wyne atau pun mengisi dessert-dessert kosong di area pesta. Dia harus menyelamatkan dirinya dahulu pikir Auryn.

Kepergian Auryn dengan langkah tergesa pun tidak luput dari pandangan Elano.  "Apa dia pelayan baru?,". Elano tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya. Entah kenapa tatapan gemetar milik gadis itu membuatnya merasa tertarik.

"Kau apa yang kau lakukan disini?,". Elano menoleh mendengar suara Xavier di tamannya.

Wyne memutar kedua bola matanya mendengar suara itu. Dia bahkan hafal dengan jelas tanpa harus berbalik untuk melihat siapa pemilik suara itu. Dengan menyilangkan kedua tangannya Wyne berbalik menghadap Xavier yang sudah ada didepannya berdiri sekitar 3 langkah dari gadis itu.

The Red Slave - JENRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang