Chapter 5- Breaking the Wall

1.1K 142 23
                                    

Happy Reading ❤️

Kejadian di club beberapa waktu lalu sempat membuat Auryn merasa was-was untuk kehidupannya kedepan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kejadian di club beberapa waktu lalu sempat membuat Auryn merasa was-was untuk kehidupannya kedepan. Namun, tampaknya itu berlebihan yang percuma bagi gadis itu. Hidupnya masih tenang dan nyaman, tembok yang ia jaga masih berdiri kokoh. Tidak perlu juga ada adegan yang harus menghindari dari tuannya dengan sengaja ketika bertemu. Lagipula wilayah bekerjanya sangat jauh dari jangkauan para majikannya. Selain itu, tidak mungkin juga tuan muda itu membuang waktu hanya untuk bertegur dengan Auryn.

"Beasiswa kemarin tidak jadi diambil kak?,". Auryn bertanya pada Nala, pelayan muda yang berumur satu tahun diatasnya. Nala menggeleng dengan tangannya yang sibuk mengupas bumbu dapur.

Auryn mengernyit penasaran, nilai kelulusan milik gadis itu cukup bagus. Sehingga, akademi pun memberi beasiswa kuliah. Beasiswa yang disponsori oleh keluarga Allison. Beasiswa keluarga Alisson selalu terbatas karena jaminan bisa bekerja di perusahaan milik para Royal Family.  Tentu saja beasiswa ini sangat sulit untuk didapatkan.

Mereka tahu setidaknya dengan semakin tinggi jenjang pendidikan, kehidupan sosial mereka juga akan berubah. Jika, mereka bisa memanfaatkan hal itu dengan baik tentu saja tingkatan status yang mereka miliki bisa setidaknya bisa hidup dengan kemewahan layaknya kaum elit royal family. Namun, sebenarnya tetap ada status sosial yang tetap mengikat mereka. Dimata para Royal Family itu, mereka tetap lah seorang anjing rendahan yang merangkak menaiki kelas atas.

"Keluargaku lebih membutuhkan uang sekarang, adik-adikku juga harus mendaftar ajaran baru,". Nala tersenyum pias, Auryn tahu meskipun Nala ingin mengubah masa depannya tapi gadis itu tidak bisa mengorbankan apa yang ada didepannya saat ini.

Bagaimanapun itu, kehidupan  para pelayan  sangat berbeda dengan para royal family. Membayangkan masa depan yang indah dan kehidupan yang layak adalah kemewahan bagi mereka. Karena mereka tahu kehidupan di hari esok lebih penting untuk saat ini. Mereka saat ini hanya dapat berpikir asalkan mereka bekerja dengan rajin, maka mereka dapat hidup dengan baik.

Kenyataan hidup esok hari yang masih bisa makan makanan layak menjadi kemewahan secara nyata bagi mereka. Kehidupan keras menghidupi diri sendiri ditambah beban menghidupi keluarganya yang entah sampai kapan bisa dianggap selesai. Karena itu, bagi mereka tidak ada waktu bersantai-santai menikmati hari yang indah tanpa khawatir kehidupan mereka esok hari. Yah, meskipun sebenarnya mereka bisa makan dengan nyaman dan bisa bernafas cukup tenang sebagai pelayan di keluarga Allison.

Berbeda dengan anak-anak Royal Family, Auryn dengan rambut cepol asal-asal dan kaos belel yang masih nyaman dipakainya memilih menghabiskan liburan sekolahnya untuk bekerja. Lagipula apa yang akan ia lakukan dengan libur panjang ini jika tidak memiliki uang. Lebih baik bekerja keras dengan rajin dan mendapatkan uang agar bisa segera mengirim uang untuk neneknya.

Ketika mendengar Wyne, The Royals, bahkan Laras anak Bibi An pergi berlibur ke berbagai negara untuk menghabiskan pekan liburan panjang ini, cukup membuatnya iri . Tapi tentu ia harus sadar diri.  Bagi orang seperti Auryn, mana sempat dia bersantai barang sejenak, jangankan bersantai menggunakan uang untuk bermain-main itu adaah ketidakmungkinan.

The Red Slave - JENRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang