Laras berusaha menguasai dirinya dari rasa gugup yang tiba-tiba melandanya. Gadis itu berdiri tepat dipintu besar kamar Elano. Ia menutup matanya meraup segala oksigen yang ada, berusaha mentralkan debaran jantungnya.
"Kenapa kau disini?,". Suara Lyra dari arah belakang mengintrupsinya. Ia membuka matanya malas, berbalik menghadap gadis itu yang menatapnya angkuh dengan kedua lengan yang ia silangkan.
"Mengapa anda disini?,". Tanya balik Laras dengan nada sopan yang terdengar menantang bagi Lyra.
"Apa salahnya berkunjung ke kamar tunangan. Harusnya kau jawab pertanyaanku, untuk apa kau disini?,". Laras menghela nafas panjang, ia sungguh malas harus beradu dengan gadis sombong ini.
"Saya hanya mengantar minuman untuk Elano."
"Tunggu, tapi kenapa anda yakin sekali akan menjadi tunangannya?,".lanjutnya diiringi dengan cebikan prihatin yang membuatnya terlihat seperti olokan bagi Lyra. gadis itu menatap Laras tajam, berani sekali gadis rendahan itu berkata seperti itu padanya bahkan dia memanggil prianya dengan nama, sungguh sok akrab sekali.
"Jadi jika tidak menjadi tunanganku kau pikir dia akan menjadi milikmu?,". Balas Lyra tersenyum remeh menatap Laras. Laras diam air mukanya berubah, gadis itu berbalik menatap wajah Lyra dengan tajam. Sangat jelas, aura permusuhan diantara mereka.
"Kita tidak akan tahu apa yang terjadi dimasa depan,". Jawabannya membuat Lyra terkekeh memiringkan kepalanya mengamati Laras dari atas hingga bawah. Konyol sekali, mau bagaimanapun masa depan miliknya lebih terjamin daripada anak pelayan didepannya ini. Lyra semakin tertawa, gadis rendahan seperti Laras dibandingkan dengannya sungguh menjijikan.
"Hahahaha yang benar saja, sadar dirilah!,". Laras mengeratkan tangannya pada nampan yang ia bawa. Ia tahu tatapan mata merendahkan diri yang selalu ia terima itu.
"Sebaiknya anda yang harus lebih sadar diri Nona Lyra yang terhormat. Bersikaplah dengan baik jika ingin mendapatkan hati Elano,". Laras mengambil langkah mendekat kepada Lyra.
"Siapa kau?, berani mengajari sikapku,". Lyra semakin menatap Laras dengan tatapan jijik, beraninya gadis rendahan seperti dia mengajarinya.
"Aahh, maaf. Lagipula meskipun anda bersikap dengan baik belum tentu bisa mendapatkan hati Elano ya?, Anda tidak lebih baik dari saya nona". Laras tersenyum puas melihat pias wajah marah Lyra. Lyra mengatupkan bibirnya giginya bergemeletuk, belum sempat ia membalas ucapan Laras pintu kamar terbuka menampilkan Elano yang berdiri bingung.
"Kenapa kalian disini?,". Melihat apa yang dibawa Laras pria itu menyuruhnya masuk untuk meletakkannya di dalam.
Laras berhenti sejenak disamping Laras
"Sampai jumpa nona,". Mendengarnya membuat Lyra membuat emosinya semakin membuncah. Melihat pintu Elano tertutup ia segera menahan pintu itu."Tidak pergi?,". Tanya Elano menatap Lyra heran, ia sedang malas meladeni gadis itu dan tidak berniat mengundangnya masuk ke kamar miliknya.
Lyra menahan lengan Elano. "Kenapa tidak kepesta dan hanya berdiam diri dikamar?,".
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Slave - JENRINA
RomanceShe is under control of Him. Her Heart and Body are His. Entah pelayan mana yang akan memuaskan tuannya, atau hanya cukup dengan tunangan agung miliknya. Tidak ada yang tahu ada hubungan sang tuan dan pelayan rendahan yang terjalin untuk memenuhi h...