Auryn menatap pintu besar didepannya dengan berat hati. Sudah dua minggu sejak kejadian terkahir kali. Tagihan sewa rumah dan obat jalan sang nenek telah dibayar oleh pria itu. Sedangkan, hutang sang paman telah beralih dari reternir menjadi hutang kepada Elano.
Mengingat hal itu membuatnya seolah menjual dirinya pada sang tuan muda. Ia tahu dan sadar penuh atas apa tindakan yang ia ambil. Meskipun, ada pilihan seperti melarikan diri lalu mencari pekerjaan ditempat lain tapi itu adalah pilihan yang tidak bisa ia ambil. Hal yang terlihat mudah itu tak seperti kelihatannya.
Auryn telah menjdi tulang punggung keluarganya, membayar kembali apa yang sudah diberikan sang nenek pada hidupnya. Pamannya memang kasar sejak dulu tapi sebelum usahanya bangkrut dan menjadi penjudi dan pemabuk seperti saat ini, beliau lah yang memenuhi kebutuhannya. Baru sejak kehidupan mereka berbalik seperti ini Auryn menerima bantuan dari Bibi Duma Koki di keluarga Allison untuk bekerja sebagai pelayan.
Ia kembali mengambil nafas sebanyak-banyaknya dan menata perasaanya sendiri. Malam ini tuan mudanya itu telah pulang dari Singapore. Sebenarnya ia cukup lega tidak bertemu pria itu selama lima hari ini. Auryn masih tidak tahu harus berlaku seperti apa ketika bertemu.
Masih jelas dalam ingatannya bagaimana ia menjadi mainan pria itu. Malam yang membuat dirinya merasa menyedihkan, kotor dan jijik pada dirinya sendiri. Martabat dan harga dirinya sudah tak bisa diselamatkan lagi didepan Elano. Ia harus selalu siap dan patuh pada segala perintah pria itu.
Meskipun dengan memberikan tubuhnya, mempertontonkan tubuh telanjangnya kepada tuan muda sedangkan pria itu akan memainkannya menggoda dirinya dan membuatnya terus menerus terlena hingga mengeluarkan cairan-cairan. Sungguh memalukan karena ia benar-benar seolah dengan sukarela memberikan tubuhnya pada sang tuan muda.
Auryn mengetuk pintu didepannya dengan pelan. "Masuklah,". Mendengar balasan Elano gadis itu perlahan membuka pintu kamar itu, pria itu terduduk manis dengan memainkan segelas cairan merah memabukkan.
Elano meletakkan gelasnya menyandarkan tubuhnya pada sofa. Tatapan pria itu seolah menelanjanginya membuat Auryn harus berusaha membiasakan diri.
"Mendekatlah!,". Langkah pelan dan berhenti tepat 5 langkah dari pria itu. Nafas tercekat dan tubuh tanpa sadar gemetar itu tidak akan membantunya lepas dari sang serigala yang kelaparan.
"Undress!,". Auryn mengerjap menatap pria itu ragu. Ia berat hati melakukan perintahnya. Bagaimanapun ia masih belum terbiasa dengan perintah vulgar seperti itu.
"Atau mau kubantu lagi?,". Auryn dengan cepat menggeleng. Ia tak mau harus seperti terakhir kali, bajunya robek dengan mengenaskan.
Elano menyangga wajahnya, mengamati pergerakan Auryn, ketika resleting itu turun, pakain yang ia kenakan lolos kebawah memperlihatkan tubuh sintal yang hanya berbalut bra dan celana dalam.
"Semuanya!,". Auryn menutup rapat matanya melepas satu persatu yang masih ia kenakan.
Melihatnya yang patuh membuat Elano tersenyum miring, ia cukup puas bahwa mainannya kali ini sangat menyenangkan dan patuh tapi tidak membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Slave - JENRINA
RomanceShe is under control of Him. Her Heart and Body are His. Entah pelayan mana yang akan memuaskan tuannya, atau hanya cukup dengan tunangan agung miliknya. Tidak ada yang tahu ada hubungan sang tuan dan pelayan rendahan yang terjalin untuk memenuhi h...