Chapter 2 - Debudante

1.5K 140 13
                                    

Happy Reading 💙💙
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ayo ceritakan lagi padaku!,". Wyne menggoyang-goyangkan lengan Auryn setelah menceritakan beberapa anggota The Royals sependek pengetahuannya. Siang ini keduanya memilih untuk duduk di taman sembari memakan bekal yang Wyne bawa untuk mereka.

"Kenapa kau sangat penasaran dengan mereka sih?,". Wyne meringis menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku hanya ingin tahu, aku kan pindahan disini. Harus banyak informasi!,". Auryn menghela nafas. Wyne ini siswa baru sejak 1 bulan yang lalu. Gadis itu awalnya selalu diam sendiri tapi semenjak Auryn menolongnya saat gadis itu tersesat di lab, malah membuat gadis itu selalu mengikuti kemanapun Auryn pergi. Setiap bel istirahat berbunyi gadis itu sudah berdiri didepan pintu kelas Auryn dengan senyum lebar.

Wyne gadis pindahan dari Swiss yang telah mendeklarasikan dirinya menjadi sahabat Auryn, Ayryn sendiri heran dia tahu bahwa Wyne bukan gadis dari keluarga biasa. Gadis itu berasal dari keluarga berada yang setara dengan anggota The Royals. Statusnya sebagai putri bungsu keluarga Barack berhasil ia sembunyikan ketika masuk ke Akademik Royallison .

"Cukup jangan usik mereka dan jangan menonjol. Jangan berjalan didepan mereka jangan terlihat mereka itu adalah rumus Wyn. Aku aman dari bullying siswa disini karena menerapkan itu semua,".

"Itu rumus untuk kaum sepertiku, tapi tidak untukmu. Kau pasti akan direkrut ketika kau menunjukkan siapa dirimu,".

"Sudah jangan tanya mereka. Aku juga tidak begitu tahu,". Wyne cemberut, terpaksa menurut. Auryn penerima beasiswa keluarga Alisson, sebagai salah satu privilege yang dia dapatkan sebagai pelayan di keluarga Alisson. Mereka menyekolahkan pelayan atau anak pelayan mereka hingga SMA jika ada potensi lebih keluarga Alisson akan menguliahkan juga.

Auryn gadis pintar, cantik, dan aura yang terpancar sangat kuat. Bahkan dulu Wyne sempat tidak percaya bahwa gadis itu seorang pelayan di rumah Allisson. Hanya karena tidak ingin menonjol dia tidak pernah berusaha membuat nilainya baik atau terlalu berbaur dengan orang lain. Wyne menatap nanar Auryn. Andaik saja gadis itu memiliki latar keluarga yang bagus pasti dia menjadi gadis populer mengalahkan si Kruhel itu, batinnya.

"Kalau kau ingin tahu tentang mereka kenapa tidak ikut bergabung The Royals saja?,". Ujar Auryn. Mendengarnya ucapan Auryn, Wyne memutar matanya malas membuat wajah seolah-olah muak

"Tidak mau, tidak sudi,". Auryn menggeleng-gelengkan kepalanya. Auryn mengernyit heran jika tidak mau kenapa kepo sekali pikirnya.

"Ya sudah jangan mengoceh tentang mereka. Aku ini ingin hidup aman,".

"Baiklah-baiklah,".

"Ryn, kau nanti malam ikut mengatur pesta debut Elano kan?,". Auryn mengernyit kemudian menangguk.

"Asaa, nanti malam kita bertemu ya?,". Auryn menghela nafas.

"Jangan mengangguku bekerja!,". Peringatnya.

"Tidak akan, aku hanya akan membawakanmu beberapa coklat dan menunjukkan gaunku,". Wyne tersenyum lebar membuat Auryn terkekeh.

"Baiklah, akan ku luangkan untuk tuan putri,". Goadanya yang membuat Wyne tertawa memukul lengan Auryn bercanda.

****

Velosha menarik nafasnya berulang kali. Elano yang duduk disampinya menatap adiknya heran. Merasa terganggu dengan helaan nafas berat berulang itu.

"Kenapa?,". Velosha mengalihkan padngannya dari jalanan beralih pada Elano. "Aku tidak benci tapi aku juga tidak suka dia,". Elano paham kemana arah pembicaraan ini. Laras, seseorang yang dimaksudkan Velosha.

The Red Slave - JENRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang