[17+]
Pernah mengidolakan seseorang? Tentu saja, semua orang pasti punya alasan mengapa mereka menjatuhkan pilihannya pada sosok yang dianggap memotivasi maupun berbakat, entah itu dari fisik, keterampilan, ataupun sikap.
Ryou Shinjirou, selebritas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Panik, Aika berlari kecil menuju ke kamar Ryou setelah lelaki itu mengirimkan pesan yang kurang sedap. Bagaimana tidak, Ryou mengaku sakit perut di tengah malam seperti ini, sementara syuting besok akan dilaksanakan pagi-pagi sekali. Awalnya, gadis itu berniat mengajak Rika ikut serta memeriksa kondisi sang artis. Namun, apa daya Aika kala melihat teman sekamar sekaligus asisten Ryou itu telah tertidur pulas?
Alhasil, Aika terpaksa pergi sendiri sebelum kondisi Ryou semakin memburuk. Sesampainya di depan pintu kamar lelaki itu, Aika segera mengirimkan pesan yang menandakan bahwa dirinya sudah berada di sana. Dan, ternyata balasan cepat dari Ryou membuat Aika tak perlu menunggu lama untuk dibukakan pintu.
"Pintunya tidak dikunci."
Tanpa pikir panjang, Aika lekas memutar knop pintu. Berjalan mendekat ke ranjang Ryou, Aika berdiri tepat di sampingnya. Mengernyitkan dahi, gadis itu merasa heran kala Ryou tampak memijat kepala layaknya orang sedang pusing. Bukankah yang sakit itu perutnya? Tidak ingin lama penasaran, Aika pun langsung bertanya. "Bagaimana keadaan perutmu?"
"Perutku sudah membaik, tapi sekarang kepalaku yang terasa pening. Kurasa aku ... demam," ucap Ryou lemas.
"Apa?" Aneh, sepertinya Aika belum pernah melihat orang yang semula sakit perut mendadak berubah sakit kepala, apalagi sampai demam. Takut Ryou terkena penyakit aneh, Aika spontan mengulurkan tangan untuk memeriksa suhu tubuh lelaki itu, berniat menyentuh keningnya. "Coba, sini, biar kuperiksa."
Namun, siapa sangka, raut lemas yang sedari tadi ditunjukkan Ryou sontak berubah menjadi seringai. Dengan cepat, Ryou menarik tangan Aika yang dapat dengan mudah digapainya itu.
Terperangah, Aika jatuh ke pelukan Ryou dengan mata dan mulut yang terbuka lebar. Baru sadar bahwa semuanya ternyata hanya perangkap, Aika secepat mungkin mencari kesempatan untuk meloloskan diri. Namun, sayang sekali, Ryou sudah terlebih dahulu mendekapnya dari belakang.
"Kau mau ke mana, hem? Baru saja datang, tapi kau sudah ingin pergi lagi," bisik Ryou.
Mengabaikan pipi mereka yang menempel dengan wajah Ryou yang berada tepat di sampingnya, Aika menunduk demi melihat lilitan tangan Ryou di bagian perutnya. Tidak betah dengan posisinya sekarang, Aika langsung menyembur Ryou dengan kata-kata pedasnya. "Harusnya aku menduga hal ini sejak awal. Kukira kau benar-benar keracunan nasi kari ..., tapi ternyata kau kerasukan Kappa, Ryou!"
Bukannya marah, Ryou justru terkekeh geli. Reaksi gadis itu sungguh menghibur, Ryou semakin tak ingin melepaskan Aika. "Apa kau tau? Kau tampak lebih cantik dari jarak sedekat ini. Aku sangat menyukainya."
Wajar, Ryou baru pertama kali melihat Aika mengenakan piyama dengan rambutnya yang tergerai indah. Setelah menghirup aroma menyejukkan yang menguar dari tubuh Aika, Ryou beralih mengecup punggung sang gadis. Tak ayal, Aika menggeliat tak nyaman akibat perbuatannya itu.
"Lepaskan aku," pinta Aika, setengah menahan kesal. Namun, tidak adanya tanda-tanda 'perdamaian' dari Ryou membuat gadis itu spontan memberontak.
Kelimpungan dengan pergerakan Aika yang terus berusaha kabur dari kurungannya, Ryou semakin mengeratkan lilitan tangannya. "Diamlah sebentar." Lelaki itu meminta dengan nada lembut.