[17+]
Pernah mengidolakan seseorang? Tentu saja, semua orang pasti punya alasan mengapa mereka menjatuhkan pilihannya pada sosok yang dianggap memotivasi maupun berbakat, entah itu dari fisik, keterampilan, ataupun sikap.
Ryou Shinjirou, selebritas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lama sekali," gumam Ryou, menunggu Rika yang belum juga kembali.
Sekilas, Ryou melirik ke arah sang manajer yang masih sibuk memainkan gawainya, berharap ada sahutan. Namun, sayang, harapannya itu harus terkubur karena Aika sama sekali tidak memberikan respons. "Huh, bukannya membantu, tapi malah sibuk main ponsel. Lebih baik aku pulang sendiri saja." Ryou berucap ketus. Persetan dengan apa yang akan terjadi setelah ini, Ryou sudah tidak tahan untuk berbicara. Kesal, lelaki itu berniat keluar dari ruangan.
Namun, saat hampir menyentuh ambang pintu, Ryou kembali berjalan berbalik arah. Menahan malu karena Aika tidak berusaha mencegahnya pergi, Ryou refleks melayangkan protes. "Hei, kau serius membiarkanku pulang sendiri? Kau sama sekali tidak mau menahanku atau apa pun itu?" Telanjur 'gatal', Ryou tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi.
Aika menatap Ryou, bangkit berdiri untuk meletakkan ponselnya ke dalam tas. "Kau sedang bicara denganku?" Tampak acuh tak acuh, Aika menimpali ucapan sang artis sambil merapikan barang-barang lain yang harus dibawa pulang. "Memangnya, kenapa aku harus menahanmu?"
Jeda sejenak sebelum Ryou kembali angkat bicara. "Karena ... kau menyayangiku." Biarlah lelaki itu yang menebalkan muka, seolah-olah tidak terjadi apa pun di antara mereka selama dua hari ini.
Gerakan tangan Aika yang hendak menutup ritsleting wadah kosmetik pun terhenti. Gadis itu menoleh ke arah Ryou, menatapnya sekilas sebelum kembali memasukkan barang-barang. Tidak berniat melayani ucapan sang artis, hening kembali mengambil peran.
Awalnya, Aika pikir Ryou akan kembali terdiam seribu bahasa setelah mengatakan hal tersebut. Namun, beberapa detik kemudian, tubuhnya sontak menegang karena merasakan ada dada bidang yang menempel pada punggungnya, tak lupa dengan lilitan tangan yang juga berada di perutnya.
"Gomen," bisik Ryou.
Embusan napas sang lelaki menerpa pipi Aika. Rasanya, baru dua hari pinggang dan perut gadis itu terbebas dari jamahan Ryou. Dan, sekarang, artis bandel itu mendadak kembali melakukan aksinya. "Huh ..., kau ini—"
"Aku merindukanmu," ucap Ryou sekaligus menyela ucapan Aika.
Aika menghela napas lelah. Mengapa lelaki itu suka sekali bermain-main dengannya? "Jangan mulai lagi, Ryou. Kau—"
"Kali ini ..., aku serius. Aku sungguh merindukanmu," tegas Ryou, mengungkapkan perasaannya dengan jujur.
Aika hanya bisa terdiam kala menyadari Ryou yang mengeratkan pelukannya. Tidak ada candaan dan tidak ada nada menggoda sama sekali. Baiklah, gadis itu tidak menduga bahwa Ryou bisa seserius sekarang. Bingung bagaimana cara mengatasinya, Aika memilih bungkam.
Sebenarnya, Aika tidak berniat mendiami Ryou. Salahkan sang artis yang terlebih dahulu mendiaminya, kan? Aika hanya mengikuti 'permainan' yang diciptakan oleh lelaki itu. Namun, entah mengapa, dia merasa agak bersalah sekarang. "Sudah, sudah, aku juga salah di sini. Gomen." Aika menepuk pelan lengan Ryou. Setelahnya, gadis itu melepaskan lilitan tangan yang ada di perut, disusul dengan menghadapkan tubuhnya ke arah sang lelaki.