6

3.1K 524 12
                                    

"Hasil tes urin atas Kansa Azzura negatif sedangkan atas nama Rossa Wijaya positif."

Kansa mendengus sebal mendengar hasil tes urin di laporkan oleh entah polisi siapa namanya, berbeda dengan Kansa yang tampak tenang menjurus jengkel, wajah Rossa yang sebelumnya berapi-api mendadak lemas dan pucat.

"Tapi barang bukti di lapangan memberatkan Mbak Kansa, cocain seberat 0,02 gram adalah bukti yang valid. Dan Mbak Rossa Wijaya, Anda harus di tindaklanjuti atas penyalahgunaan narkoba!"

"Saya akan mengajukan rehabilitasi, pengacara saya akan mengurus hal ini dan juga penyerangan yang sudah di lakukan terhadap saya." Ucapan cepat dari Rossa seolah angin lalu bagi pemeriksa yang ada di depan mereka, pria berusia 45 tahunan yang merupakan Juper ini mengawasi Kansa yang memandang Rossa dengan jijik.

"Silahkan laporkan! Panggil pengacara paling kuat yang mampu Lo bayar! Gue nggak takut. Kalaupun gue harus di penjara gara-gara nonjok Lo gue puas sudah hancurin wajah busuk orang munafik kayak lo! Lagian gue yakin Lo bakal di penjara lebih lama, tindakan fitnah dan perbuatan tidak menyenangkan yang Lo lakukan ke gue lebih fatal! Koar-koar nyuruh polisi meriksa tas gue padahal sebenarnya Lo udah jebak gue duluan pakai barang haram Lo!"

Kansa bersedekap, membuang pandangannya dengan jijik dari Rossa yang semakin menciut ketakutan apalagi saat Juper turut menyela perdebatan dua wanita ini.

"Apa yang Anda katakan bisa menjadi tuduhan dan fitnah, Mbak Kansa. Atas dasar apa Anda bisa mengatakan Mbak Rossa menjebak Anda, Anda punya bukti?"

"Naaah..." Pekik keras Rossa terdengar, pertanyaan dari Juper barusan seolah menyelamatkannya dari jurang intimidasi Kansa yang seolah mencekiknya, "apa bukti Lo berani nuduh gue jebak Lo sementara jelas-jelas barang bukti Lo sembunyiin di sponge bedak Lo! Jangan mentang-mentang Bokap Lo polisi Lo bisa seenaknya ya, Kan. Orang kayak Lo harus di proses sesuai hukum atas kepemilikan narkoba. Nih tanya sekalian Pak dapat dari mana dia ini barang haram itu, jangan-jangan nggak cuma pemakai kayak saya tapi jadi Bandar juga di backingi sama Bokapnya. Biasanya orang yang punya kuasa sih gitu, diem-diem bae takut sama pangkat Bapaknya!"

"Apa yang Anda katakan barusan termasuk tindak penghinaan dan pelecehan terhadap profesi Polisi, saudara Rossa Wijaya!" Ucapan dingin dari Arka yang baru saja muncul membawa sebuah usb di barengi dengan pria enam puluh tahunan yang tidak lain adalah pengacara keluarga Kansa, Rhoma Sasongko, pandangannya yang tajam menyipit menatap Rossa yang langsung kembali menciut ketakutan saat aura membunuh dari Arka menguar memenuhi ruangan Juper yang mendadak terasa sesak.

Wajah tampan seorang Arka Raditya yang jika dalam kondisi normal akan sanggup membuat lutut Rossa goyah kini justru terlihat layaknya Lucifer yang membawa vonis mati untuknya, "Dan ini adalah rekaman CCTV tersembunyi di table VIP tempat kalian tadi menghabiskan waktu di Club, perlu Anda ketahui Saudari Rossa Wijaya, saya sudah berada di TKP jauh sebelum operasi untuk memantau kondisi Club yang sudah terindikasi sering kali menjadi tempat transaksi barang terlarang. Dan ya....." Kalimat Arka tergantung, terlihat jelas jika dia begitu menikmati wajah Rossa yang pasi nyaris seperti mayat mendengar setiap penuturan Arka yang membuat setiap tuduhannya mental seketika, rekaman CCTV akan membuat semuanya terbukti jika sebenarnya barang haram tersebut bukan milik Sang Model melainkan barang miliknya yang sengaja dia letakkan di tempat bedak milik Kansa untuk menjebak perempuan yang sudah membuatnya kesal setengah mati tersebut karena sudah memakinya. Rossa sama sekali tidak menyangka jika ada rekaman CCTV di table VIP milik mereka, "ada CCTV tersembunyi di table VIP maupun area privat di Club untuk mengantisipasi orang-orang culas seperti Anda. Tidak perlu terkejut Mbak Rossa privasi Anda terjamin rahasia, tapi jika ada kasus seperti ini, mau tidak mau Club harus memberikannya!"

Bukan pucat lagi ekspresi wajah Rossa sekarang ini, tapi wajahnya sudah seperti di paksa makan nanah di hadapan orang-orang yang sangat di bencinya, kini tidak ada celah lagi untuk Rossa mengelak jika dia yang menjebak Kansa, dalam sekejap Rossa sudah merasa menang dapat mengalahkan Kansa yang selama ini sangat tidak di sukainya karena populer, tapi sekejap kemudian Rossa di paksa menghadapi kenyataan jika dia kalah telak dengan bayang-bayang penjara di depan matanya.

"Kansa Azzura bisa bebas karena terbukti tidak bersalah, bukan begitu, Bang? Masalah yang lainnya akan di ambil alih pengacara keluarga mereka." Ucapan dari Arka pada Juper yang sedari tadi menyimak pembelaan dari Arka hanya mengangguk masam, sebenarnya Juper bernama Damar Prayuda tidak suka junior yang bertugas di Polsek tersebut terlihat jelas sekali membela Sang Bintang, ingin rasanya dia berprasangka koneksi pribadi yang kuat yang membuat juniornya tergerak membela Kansa Azzura, sayangnya semua yang di katakan Arka benar adanya, Kanit Reskrim muda tersebut memang mengintai TKP dan tahu persis apa yang sebenarnya terjadi.

"Silahkan Saudari Kansa, Anda boleh keluar. Dan Saudari Rossa, silahkan telepon lawyer Anda jika Anda ingin di dampingi."

Tidak perlu di perintah dua kali Kansa bangkit, sekilas Kansa menyalami Rhoma Sasongko yang menepuk bahu Kansa dengan prihatin, siapapun yang mengenal Kansa akan merasa pedih, sosok manis putri tunggal Pramana yang dahulu begitu manis kini tampak berubah seratus delapan puluh derajat, lingkungan, dan keadaan mengubah yang Kansa.

Kansa tahu dia akan bebas dari segala tuduhan karena dia sama sekali tidak bersalah, tapi siapa yang peduli dia tidak memakai narkoba seperti yang di tuduhkan jika para netizen dan masyarakat sekarang lebih percaya hoax di bandingkan berita yang sebenarnya. Karier modellingnya akan hancur dalam sekejap karena skandalnya sudah pasti mencuat tajam dengan banyak embel-embel caption video viral yang menyudutkannya. Agensinya tidak akan mentolerir skandal macam ini karena agensinya bukan sembarang agensi yang menaungi para artis hanya bermodal sensasi, untuk masuk ke agensi ini Kansa berjuang begitu keras membuktikan diri dan kini kariernya tamat karena ulah salah seorang yang di anggapnya teman.

Kepala Kansa berdenyut nyeri seiring dengan hatinya yang begitu sakit, seharian ini takdir benar-benar menghancurkannya hingga tidak bersisa sama sekali, orang-orang yang dia percaya dan di anggapnya teman justru menjadi orang-orang yang begitu kejam kepadanya. Di mulai dari Rafael dan Karina, dan sekarang Rossa.

Mungkin tadi di ruang periksa dan di hadapan orang lain Kansa bisa berdiri tegap menghadapi semua tuduhan tersebut, tapi tetap saja Kansa hancur berkeping-keping.

Seolah Semesta tidak cukup menghukum Kansa, sebuah pesan masuk dari Alisha bertumpuk dengan pesan lainnya yang sangat tidak ingin di buka oleh Kansa, seperti yang sudah di duga, sumpah serapah, umpatan dan banyak makian di berikan Alisha dalam pesan tersebut bersanding dengan cancelnya beberapa brand yang seharusnya bekerja sama dengannya karena kini skandalnya menjadi trending topik di tengah malam ini.

"Harus berapa kali gue bilang, temen Lo nggak ada yang bener, Kan. Sekarang gue yang mau mampus ngadepin skandal Lo!"

Desah lelah tidak bisa Kansa cegah seiring dengan air matanya yang luruh, dia lelah, dia kecewa, dan dia marah dengan takdir yang begitu jahat kepadanya, tapi nyatanya Kansa tidak memiliki seseorang yang bisa dia jadikan pegangan maupun tempat untuk pulang, rumah? Bahkan tempat yang seharusnya menjadi tujuannya kembali ke manapun dia pergi rasanya sudah tidak ada lagi.

Rumahnya hanya sebuah bangunan kosong karena Ayahnya pasti sibuk tenggelam mengurus Negeri ini dan lupa dengan Kansa yang sebenarnya butuh bantuan dan dukungan serta kasih sayang.

Bahkan di kondisi seperti sekarang ini pun Kansa sendirian, tidak ada satu pun orang-orang yang di sebutnya sebagai teman dan selalu menjadi prioritasnya mendukung atau bahkan menemaninya di kantor Polisi, Kansa benar-benar sendirian di Polres ini.

Nelangsa dan merana, pelarian yang di lakukan Kansa selama bertahun-tahun atas duka dan kesepian karena kepergian Bundanya ternyata berada di jalan yang keliru.

Tidak peduli dengan apa yang menunggunya di luar sana, entah wartawan atau apapun, Kansa menyeret kakinya untuk melangkah pergi dengan linglung, tidak perlu di jelaskan bagaimana berantakannya Kansa sekarang ini.

Wajah cantiknya begitu kuyu dengan sisa-sisa alkohol dan sleevedress kusutnya membuat bahu dan punggung Kansa terasa menggigil, ingin rasanya Kansa menginap saja di kantor polisi menunggu Ayahnya menjemputnya saat Ayahnya ada waktu lagi, tapi itu adalah hal yang tidak mungkin untuk di lakukan.

Tepat saat Kansa hendak membuka pintu keluar, sebuah jaket hinggap di punggungnya, menutupi pakaian terbuka Kansa dan menyalurkan perasaan hangat saat lengan kokoh tersebut membawa Kansa ke dalam dekapan penuh perlindungan menembus kerumunan para Wartawan yang langsung mencecarnya.

Kansa tidak melihat siapa penolongnya, tapi aroma Woody yang menguar kuat dari jaket yang di pakainya, Kansa dapat mengenali jika Arka Radityalah yang menyelamatkannya.

Arkansa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang