16

3.6K 578 37
                                    

Semilir angin dini hari menyapa Arka saat kakinya menginjak tanah pondok pesantren Al-Mukmin, damai itulah hal yang di rasakan oleh Arka saat matanya mengedar melihat bagaimana asri dan nyamannya pondok pesantren yang di kelola oleh keluarga Pramana tersebut.

Lahan yang luas dengan bangunan khas Jawa yang menjadi begitu serasi berpadu dengan keindahan alam yang pasti luar biasa menakjubkan saat matahari sudah menampakkan sinarnya, dan semua kedamaian yang indah tersebut semakin sempurna saat suara merdu terdengar melantunkan ayat alquran seolah menyambut kedatangan Arka.

Langkah Arka seketika terhenti, dadanya terasa berdegup kencang hingga nyaris sakit rasanya karena hanya dari suaranya saja Arka mengenali siapa si pemilik suara, suara yang dia rindukan hadir sosok pemiliknya.

Lucu memang takdir mempermainkan hati seorang Arka, bertahun-tahun Arka sukses mengacuhkan Kansa, begitu dekat dengan wanita yang tumbuh dari kecil bersamanya, namun sama sekali tidak memperhatikan, bahkan dengan angkuhnya Arka memilih mengejar cinta semunya bersama Aisyah untuk melupakan Kansa, namun saat penolakan terucap dari bibirnya dan menyaksikan betapa kecewanya seorang Kansa karena cintanya tidak terbalas olehnya, rasa bersalah berbuah penyesalan menghantam Arka hingga membuatnya mengejar Kansa hingga di tempat ini.

Arka tahu keputusannya ini terlambat, bersaing dengan para putra kiai yang juga menginginkan Kansa sebagai Bidadari mereka pun bukan hal yang ringan, tapi Arka sudah memutuskan jika dia ingin mengembalikan cinta yang pernah ada untuknya, cinta yang bodohnya pernah dia tolak mentah-mentah bahkan dengan cara yang kasar.

"Gimana Arya nggak sujud klepek-klepek sama si Kansa, suaranya, beeeh, semua jari ku buat dia tiap kali denger dia ngaji. Adem bener dah kayak ubin masjid." Celetukan dari Chandra yang selesai memarkirkan mobilnya di sambut anggukan setuju oleh Arka.

Sama sekali tidak pernah Arka bayangkan jika suara Kansa bisa seindah ini saat melantunkan ayat suci Al-Quran, begitu lembut mengalun penuh cinta dan kerinduan yang membuat hati Arka berdesir turut merasakan apa yang di rasakan oleh Kansa. Bahkan di dini hari di mana dahulu Kansa sering kali baru kembali dari Club, suaranya terdengar begitu segar dan membawa kesejukan, sungguh terlalu sayang untuk di lewatkan untuk hanya sekedar kembali tidur saat mendengarnya.

Merasakan perubahan ini membuat bibir Arka tanpa sadar mengeluarkan senyumnya. Kansa, dia benar-benar berubah. Dia bukan lagi Kansa sang wanita nakal dan liar yang pernah di tolak Arka dan khianati teman-temannya. Namun Kansa yang sekarang adalah wanita mengagumkan bukan hanya karena parasnya yang rupawan, tapi juga kepandaiannya dalam mengaji.

Dan mendapati semua perubahan ini membuat rasa bersalah Arka semakin menjadi, seharusnya Arka mengulurkan tangannya di saat Kansa meminta pertolongannya, bukan malah menambah luka walau sedikit banyak Arka bersyukur kekecewaan Kansa membawa perubahan yang baik untuk hidupnya yang berantakan.

"Sudah tahu kan salah satu alasanku pensiun dari dunia playboy yang menyesatkan?" Suara dari Arya yang berada tepat di belakang Arka membuat pria asal Jakarta tersebut menatap sahabatnya, terlihat jelas di wajah Arya betapa dia memuja wanita yang juga Arka inginkan, sorot mata penuh kerinduan yang begitu besar membuat Arka merasa rendah diri seketika, "aku sudah menemukan Bidadariku, sosok yang berhasil bangkit dari dunianya yang kelam dan kini menjadi luar biasa mengagumkan. Kansa, dia Calon Ibu Persit idamanku, Ka. Doakan aku agar bisa membujuk Bapak untuk melamarkan Kansa menjadi istriku ya, Bro!"

Lidah Arka terasa kelu tanpa sanggup menjawabnya, setiap kalimat yang terucap dari bibir Arya seperti tamparan untuknya yang dahulu begitu lancang mengatakan jika Kansa bukanlah Bhayangkari yang dia inginkan, ya, sosok yang dulu dia sebut bukan seorang yang dia inginkan nyatanya di gilai setengah mati oleh sahabatnya sendiri.

Bagaimana Arka mau mendoakan Arya agar lamarannya di terima, jika sebenarnya hatinya pun menginginkan seorang Kansa untuk menjadi miliknya.

Saat pendosa memilih bertaubat untuk mencinta karena Allah semata, Allah memberikan segala cinta yang dahulu di kejarnya tanpa harus bersusah payah mengupayakan.

Arka adalah salah satu contohnya. Tidak pernah di bayangkan Arka jika dia akan mengejar Kansa seperti sekarang ini bahkan bersaing dengan sahabatnya.
Sebelum janur kuning melengkung, setiap orang berhak berdialog dengan Allah memohon agar dirinya yang di berikan kesempatan untuk bisa menyanding seorang yang dicintainya.

*****

"Senang melihatmu sudah berubah sepenuhnya, Kan. Sepertinya di sini kamu akhirnya menemukan jalan yang kamu cari."

Senyuman yang sedari tadi Arka tahan semenjak hadirnya sosok Kansa di hadapannya kini mengembang tanpa Arka cegah sama sekali, terang saja perubahan yang terjadi pada Arka membuat dahi dua orang rekannya tersebut mengernyit keheranan. Sedari tadi Arka terus menerus berucap sarkas bahkan terkesan menantang dan meremehkan seorang Kansa, tapi semua kalimat pedas tersebut justru di akhiri dengan sebuah senyuman yang sangat langka untuk seorang Arka.

Antara Arya dan Chandra keduanya sama sekali tidak tahu bagaimana batin Arka yang bergejolak begitu lancangnya saat akhirnya bertemu dengan Kansa, nyaris saja Arka jantungan di tempat saat melihat betapa berubahnya seorang Kansa sekarang ini, tidak ada lagi Kansa yang membuatnya sakit mata karena baju haram yang memamerkan setiap lekuk tubuh indahnya, yang ada justru perwujudan manusia blasteran bidadari dengan gamis biru lembut sederhana dan hijab navy yang begitu menghipnotis Arka.

Mati-matian Arka menyembunyikan perasaannya di dalam wajah datar dan mulut ketusnya sementara dalam hatinya memberontak ingin bertanya sekedar tentang kabar, sungguh mulut berbisa dan ego Arka benar-benar menyiksanya yang tidak bisa dengan mudah mengungkapkan apa yang di rasakannya. Rasa cemburu yang dia rasakan saat melihat betapa akrabnya Kansa dengan Arya pun tidak bisa Arka tahan dan hanya bisa di telannya bulat-bulat.

Berbalut kalimat sarkas dan pedas Arka bertanya apa yang sudah terjadi pada Kansa selama ini, perhatian yang terhalang ego dan gengsi untuk di kemukakan seorang Arka, bahasa cinta yang sangat menggelikan dan begitu jadul, pura-pura membenci dan acuh padahal sebenarnya menyimpan rasa di hati.

Dan keketusan Arka baru berhenti saat mendapati kekesalan Kansa padanya sudah sebesar gunung karena terus menerus di remehkan olehnya, mengabaikan wajah penuh tanya kedua rekannya Arka menyunggingkan senyuman, senyuman yang terus bertahan hingga adzan subuh berkumandang di masjid pondok memanggil setiap hamba-Nya untuk menghadap sang Khalik.

Sebuah panggilan yang menyadarkan Arka akan rasa terpesonanya pada sosok Kansa yang berpamitan pergi memisahkan diri, perlahan tangan Arka terangkat, menyentuh dadanya yang nyatanya masih berdetak menyerukan nama yang sama, sedari dulu dan sama sekali tidak berubah seberapa pun kerasnya Arka berusaha menggesernya dengan nama yang lain.

"Kau kenal sama Kansa, Ka?!"

Nada ketus dan jengkel Arya yang terdengar bahkan tanpa bersusah payah pria asal Jawa Timur itu sembunyikan dari Abi Rudi yang masih ada di tempat membuat Arka sadar ada pengagum Kansa lainnya di ruangan ini, seorang yang menginginkan Kansa untuknya sama besarnya seperti yang Arka inginkan.

Seringai menyebalkan kini menggantikan senyuman Arka yang sedari tadi terlihat saat menatap sahabatnya tersebut.

"Aku mengenalnya nyaris seumur hidupku, Ya. Dan kali ini sepertinya kita akan menjadi rival untuk memperjuangkan cinta wanita yang sama."

Terserah dunia mau mengatakan Arka menjilat ludahnya sendiri, nyatanya Arka kini takluk pada cinta pertama yang pernah di tolaknya.

Arkansa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang