"Aku mengenalnya nyaris seumur hidupku, Ya. Dan kali ini sepertinya kita akan menjadi rival untuk memperjuangkan cinta wanita yang sama."
Ucapan Arka menyentak Arya membuat pria asal Jawa timur tersebut begitu terkejut, bagaimana tidak, selama ini yang Arya tahu Arka menjalin hubungan serius dengan seorang bernama Aisyah Kinanti, perempuan berhijab asal Jakarta, tempat yang sama dengan Arka, dan sekarang mendengar Arka menginginkan Kansa yang ternyata mempunyai benang merah masalalu dengan wanita yang di cintainya dalam diam tersebut tentu bukanlah kejutan yang menyenangkan untuk Arya.
Tanpa bisa Arya cegah senyum masam menghiasi bibirnya, sungguh bagi Arya, sahabatnya tersebut adalah orang yang serakah, untuk apa Arka menginginkan Kansa sementara di Jakarta sana Arka sudah memiliki bidadari yang sempurna juga.
Bersaing dengan seorang yang di sebutnya sahabat bahkan sudah seperti saudara untuknya sendiri bukanlah hal yang di inginkan oleh Arya.
Andai yang di inginkan oleh Arka bukanlah Kansa, seorang yang sudah menawan hatinya dengan gigihnya perjuangan wanita tersebut untuk berubah dan bangkit dari lembah dosa yang menjerat Kansa sebelumnya mungkin akan mudah bagi Arya untuk mundur dan mengalah.
Sayangnya wanita yang di inginkan Arka adalah Kansa, seorang yang membuat Arya bertekad untuk berubah dan tanpa sadar menyadarkan Arya jika tidak ada yang mustahil di dunia ini.
Kansa bukan wanita pertama yang mendapatkan cinta Arya, tapi Kansalah yang membuat Arya yakin melepaskan kenakalannya bahkan bertekad untuk membangun rumah tangga dan menjadikan Kansa ratu di dalam hidupnya.
Karena itulah sama seperti Arka yang begitu bertekad menginginkan Kansa, Arya pun tidak akan mundur walau masalalu di antara Arka dan Kansa adalah hal yang membuatnya rendah diri, di bandingkan Arka dengan segala kelebihannya, track recordnya yang tidak pernah mempermainkan wanita membuat Arya kerdil untuk sejenak sebelum akhirnya dengan mantap Arya berucap, menghadapi sahabatnya sendiri yang terlebih dahulu mengibarkan bendera perang.
"Rival untuk mendapatkan Kansa? Lalu mau di taruh di mana Aisyah-mu, Ka?"
Raut wajah Arka mengeruh, terlihat jelas sekali jika Arka tidak menyukai nama perempuan tersebut di sebut oleh Arya walau ketenangan dari putra Kadiv Humas Polri tersebut sama sekali tidak terpengaruh, "jika kamu sama sekali tidak tahu apa yang terjadi lebih baik diam, Ya. Antara aku dan Aisyah itu bukan urusanmu sama sekali, sebelum janur kuning melengkung setiap orang berhak memperjuangkan cintanya. Aku pernah melakukan kesalahan terhadap Kansa, dan aku akan memperbaikinya."
Seringai terlihat di wajah Arya, mengejek penyesalan yang menjadi dasar kembalinya sosok masalalu Kansa tersebut, kini dua pria dari Kemiliteran tersebut berdiri berhadapan memperebutkan satu wanita. "Penyesalan rupanya yang mendasari keinginanmu, itu bukan cinta, Arka. Itu hanya perasaan bersalah!"
Mendengar cemoohan dari Arya sama sekali tidak mempengaruhi Arka karena Arka merasa orang lain tidak perlu tahu bagaimana perasaannya. Dengan tegas Arka berdiri menghadap tepat pada Arya, tidak ada aura permusuhan di antara mereka namun jelas Arka tengah menunjukkan keseriusan ucapannya pada Arya.
"Jika kau ini mendekati Kansa hanya untuk menjadikannya piala seperti perempuan-perempuan yang pernah kau permainkan, lebih baik mundur sejauh mungkin, Ya. Kau sama sekali nggak tahu pahit getirnya Kansa di khianati orang macam kau ini!"
Kesal karena Arka langsung menuduhnya hendak mempermainkan Kansa membuat Arya kehilangan kesabaran, satu hal yang dari dulu tidak di sukai oleh Arya di diri Arka adalah pria selalu memandang segalanya dari sudut pandang hidupnya yang begitu sempurna tanpa pernah memikirkan jika tidak semua orang mempunyai jalan hidup semulus yang di tapakinya.
Arya melihat ke arah Abi Rudi yang berdiri di samping Chandra yang kebingungan terdiam sama sekali tidak berminat masuk ke pembicaraan dua Alpha Male yang saling memperebutkan Putri angkatnya. Sedikit membungkuk menunjukkan rasa hormatnya Arya kini berbicara pada pemimpin pondok pesantren Al-Mukmin tersebut tanpa memedulikan Arka yang membuatnya jengkel setengah mati.
"Saya benar-benar serius ingin meminang Kansa, Abi Rudi. Awalnya saya ingin mendekati Kansa secara perlahan tidak seperti kebanyakan para Gus yang langsung melamar putri Abi tanpa mengenal Kansa lebih dahulu, tapi sayangnya ada orang yang merasa begitu sempurna meragukan keseriusan saya, Abi!" Tanpa menyembunyikan wajah sebalnya, Arya melirik pada Arka yang ingin sekali di tonjoknya hingga giginya rontok tersebut sekilas sebelum kembali menghadap Abi Rudi yang begitu santai seakan adu urat antara Arya dan Arka sama sekali tidak mengganggunya. "Jika Abi berkenan saya akan meminta Ayah untuk secepatnya datang menemui Abi."
Abi Rudi tersenyum usai Arya selesai berbicara, tepukan kecil di dapatkan Arya pada bahunya saat orang tua tersebut beranjak. "Siapapun yang ingin mengkhitbah Kansa, pintu rumah Abi selalu terbuka lebar menerima niat baik para tamu, tapi kalian semua harus ingat." Senyuman memang masih tersungging di wajah Abi Rudi, tapi kerling mata beliau yang penuh wibawa saat menatap mereka bergantian harus di akui Arka dan Arya jika Abi Rudi memang seorang yang patut di segani, keagungan khas seorang cendikiawan muslim terpancar dari beliau memberikan peringatan yang begitu anggun, "semua keputusan ada di tangan Kansa, Tidak peduli betapa terhormatnya orangtuamu, Arya. Atau betapa dekatnya Kansa dengan orangtuamu Arka, jika Kansa tidak menginginkan kalian berdua seperti Kansa tidak menginginkan para pelamar lainnya, saya tidak bisa apa-apa. Abi dan Ayahnya hanyalah orangtua yang bersiap memberikan restu untuk kebahagiaan Kansa semata. Kalian paham?"
Baik Arka maupun Arya keduanya mengangguk bersamaan, memahami apa yang di katakan oleh Abi Rudi membuat pria gahar adik dari Aji Pramana tersebut tersenyum hangat.
"Jika seperti itu saya tunggu niat baik kalian."
Arya yang mendapatkan lampu hijau dari Ayah angkat Kansa tentu saja langsung merasa puas, firasatnya mengatakan jika Kansa, wanita yang sudah membuat playboy sepertinya taubat tersebut memang di takdirkan oleh Semesta untuk menjadi pasangannya.
Sementara Arka yang hanya diam tanpa ekspresi berusaha meyakinkan dirinya sendiri, jika takdir selalu memiliki alasan kenapa bertahun-tahun rasa yang dia miliki untuk Kansa tetap utuh tidak mampu di geser oleh Aisyah maupun wanita manapun, Arka yakin seberat apapun jalan yang akan di laluinya, tidak peduli banyaknya saingan yang akan dia hadapi, Arka yakin Kansa masih memiliki cinta yang sama seperti yang dia miliki.
"Jika seperti ini mari kita sudahi pembicaraan mengenai masa depan putri Abi dan bersiap Sholat subuh, karena cara mencintai paling benar adalah mencintai Tuhannya terlebih dahulu, dan rayuan paling manjur adalah merayu sang pemilik cinta agar sudi menyatukan kita dengan seorang yang kita inginkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkansa
RomanceJika pria baik hanya untuk perempuan baik, lalu bagaimana dengan para pendosa yang ingin menemukan jalan? Dengan Kansa yang hidupnya tidak memiliki arah hingga terperosok ke dalam lembah dosa. Kansa pernah begitu mencintai Arka, sosok yang melipur l...