Chanyeol berlari dengan brutal menuju gedung kantornya. Pikirannya benar-benar terpecah belah. Disisi lain ia merasa Baekhyun memberinya titah yang tepat karena bagaimanapun ia adalah pemimpin perusahaan yang harus bertanggung jawab sepenuhnya atas seluruh karyawannya, namun sebetulnya ia juga khawatir meninggalkan Baekhyun seorang diri. Yunho memang tak begitu pintar, apalagi kalau harus dibandingkan dengan Baekhyun, tapi Yunho cukup kuat dalam fisik. Tubuh Baekhyun terlalu mungil, berbeda dengan Yunho yang bahkan lebih bugar dibandingkan Chanyeol sendiri. Chanyeol hampir saja berbalik arah, kembali ke tempat Baekhyun kalau saja ia tak segera melihat Yixing menghampirinya.
"Hoejangnim, penyerang di pintu belakang sudah diamankan, tapi pintu terkunci rapat. Kami tidak bisa masuk untuk memeriksa karyawanmu."
Chanyeol mengangguk lalu menepuk bahu Yixing pelan. "Mereka aman, tenang saja. Lalu bagaimana sisanya?"
"Penyerang di pintu depan masih ada sekitar tujuh puluh orang. Kami masih menahannya agar tak mendekat ke arah pintu masuk."
Ketegangan begitu terasa, Chanyeol bisa melihat Yixing menjadi sedikit panik. Bisa dimengerti ditengah situasi mereka yang kali ini benar-benar tidak terbaca. Chanyeol sendiri masih belum bisa menebak fungsi pengepungan itu untuk apa karena seperti yang Baekhyun bilang, mereka tidak melakukan tindakan apapun.
Perhatian Chanyeol teralih kala tiba-tiba saja alarm tanda bahaya terdengar dari dalam gedung kantornya. Aneh sekali, alarm itu hanya akan dinyalakan jika situasi mengancam nyawa benar-benar terjadi dan tombol pengaktif alarm semuanya berada di dalam, itu berarti seseorang di dalam yang melakukannya. Jika Baekhyun sudah menjalankan protokolnya dengan benar, maka seharusnya tidak ada kepanikan berarti didalam yang membuat seseorang sengaja menekan tombol itu. Chanyeol sama sekali tidak meragukan Baekhyun, itu artinya sesuatu yang lain sedang terjadi di dalam.
"Chanyeol, maaf aku ceroboh lagi. Satu orang karyawanmu ternyata penyusup. Dia di ruang IT sekarang dan aku sedang bergegas kesana. Selesaikan urusanmu dengan para penyusup di luar, aku akan masuk lewat pintu belakang."
"Baek?" Chanyeol hampir saja memekik girang kala ia mendengar suara Baekhyun melalui in-earnya. Suara laki-laki mungil itu benar-benar bagai ombak yang menyapu sisi pantai dan membawa semua kekhawatirannya. Chanyeol lega. "Kau baik-baik saja? Dimana Yunho? Dia lari?"
"Dia mati. Aku sudah masuk, selesaikan urusanmu Chanyeol."
Chanyeol mengangguk tanpa sadar meskipun Baekhyun jelas tak dapat melihat itu. "Berhati-hatilah."
Chanyeol dan Yixing kemudian segera bergegas, mereka menghampiri orang-orang Noir yang juga lengkap bersenjata. Bahkan di atas gedung lain yang berada tak jauh dari The Black Company, Donghyuk dan Mark sudah siap di posisi mereka. Menunggu aba-aba yang bisa saja dikerahkan oleh Yixing, Winwin, maupun Baekhyun sewaktu-waktu. Sebagian team lain juga menyebar di area gedung lainnya untuk mengantisipasi datangnya musuh dari arah lain atau menahan mereka yang nantinya kemungkinan besar melarikan diri.
Yixing memberikan seragam anti peluru pada Chanyeol dan laki-laki itu segera memakainya. Desert eagle mark XIX juga kini telah berada dalam genggaman Chanyeol, memberi tanda bahwa kali ini ia memang dalam posisi siap untuk berperang. Setelahnya Chanyeol mencoba untuk memperhatikan sekitarnya, mencoba membaca situasi yang kini tepat berada di depan matanya. Chanyeol memicingkan mata, ada satu orang yang mungkin Chanyeol kenali dari puluhan musuh di depannya. Beberapa memang memakai topeng, tapi ada juga yang tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR
Fanfic[INDONESIA - BL] YOU CAN CALL ME MONSTER FINAL VERSION Dengan kemampuan serta kecerdasannya, Park Chanyeol kini telah berhasil menguasai The Black Company serta mengembangkan sebuah sindikat Mafia bernama NOIR. Namanya dikenal serta ditakuti banyak...