6-Kesurupan

148 10 3
                                    

Sholat Jum'at baru saja telah usai. Di halaman kantor pengurus tampak ramai tidak seperti biasanya. Suara teriakan dan pekikan menjadi background siang ini.

Ada beberapa santriwati dan santriwan yang mengalami kesurupan, membuat beberapa pengurus dan ustadz kewalahan. Entah bagaimana asal usulnya yang membuat siang ini menjadi kesurupan berjamaah.

Beberapa santriwati berlari ketakutan menuju asrama, ada juga yang menonton dari kejauhan. Zahro yang baru saja menyelesaikan sholat Dzuhur di asrama menjadi bingung ketika di luar terdengar suara yang sangat ramai.

"Kamu mau kemana, Zahro?" Langkah Zahro berhenti ketika Hasya berbicara. Gadis itu sepertinya baru saja kembali dari kerusuhan.

"Aku mau lihat. Memangnya ada apa sih, kok ramai banget?"

"Ada kesurupan masal. Mending kamu di sini aja deh, jangan ke sana takut kamu keikut kesurupan." Raut wajah Aqilla menunjukkan ketakutan. Gadis itu sangat parno dengan yang namanya berbau mistis.

"Aku mau lihat bentar." Tanpa memedulikan perkataan dari teman-temannya Zahro berjalan menuju tempat kesurupan masal.

Selain penasaran dia juga memiliki insting yang menyuruhnya ke sana. Bicara mengenai kesurupan, dulu perna juga tetangganya mengalami kesurupan gara-gara darah haid.

Zahro yang waktu itu masih berusia 10 tahun tidak tahu apa-apa tentang sedang apa yang terjadi, seingatnya dulu ia melihat sesosok wanita rambut panjang dengan lidah yang menjuntai ke lantai. Sosok itu berada ditubuh tetangganya.

Melihat sosok itu Zahro kecil hanya berdiri kaku melihat sosok tersebut. Itu hantu paling menyeramkan yang pernah Zahro lihat. Walaupun seram, Zahro tidak takut terhadap hantu itu. Justru waktu itu Zahro hanya melihat biasa, namun sosok itu mengerang marah lalu menghilang.

Entah apa yang terjadi, Zahro tidak faham. Zahro bercerita kepada kedua orang tuanya tentang sosok yang baru saja ia lihat, namun reaksi orang tuanya tampak biasa saja seolah sudah mengetahui. Setelah itu Zahro dibawah ke kakeknya yang seorang ustadz di daerah sana, dari ke rumah kakeknya Zahro sudah tidak bisa melihat mereka lagi. Zahro menduga bahwa mata batinnya ditutup oleh sang kakek.

Walaupun mata batinnya sudah ditutup, Zahro masih bisa merasakan keberadaan mereka. Instingnya selalu kuat.

Semakin mendekati lokasi tempat kesurupan masal, hawanya semakin panas dan pengap. Zahro bisa merasakannya, tapi untungnya sekarang ia sudah tidak bisa melihat makhluk tak kasat mata. Jadi ia tidak perlu ketakutan melihat berbagai bentuk yang tidak wajar dari mereka.

"Minggir Kon Kabeh! Akhh!"

"Jalok tulong, loro Kabeh awak ku."

"Tulong pedotno rantai Iki."

Berbagai teriakan dan perkataan dari santri yang kesurupan. Suara mereka begitu memilukan, dan mengistirahatkan kemarahan serta dendam.

Zahro memegangi dadanya yang terasa sesak. Tanpa ia sadari, ia telah merasakan perasaan dari mereka semua. Rasa pilu, sakit, dendam, kesedihan, kekecewaan, kemarahan dan masih banyak lagi.

"Mbak sampean mau kemana? Jangan kesana Mbak," cegat salah satu pengurus santriwati.

"Aku mau lihat, Mbak,"

"Ojo, engko malah nyahut tok sampean." Tubuh Zahro ditahan oleh salah satu pengurus.

Suasana begitu sesak, membuat Zahro susah untuk mengintip. Perlahan orang-orang bergeser ketika salah satu gadis kesurupan berjalan mendekati Zahro.

ZahroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang