Prolog

168 7 0
                                    

****

Aku membuka mata perlahan, ternyata aku berbaring di sebuah ruangan minimalis saat ini. Kepalaku terasa sangat sakit dengan tangan dan kakiku yang seolah kaku. Aku merasa bingung, kenapa aku berada di sini?

Dari kejauhan terdengar suara ayam berkokok, menyambut pagi dengan riang. Sinar matahari masuk menembus jendela, menambahkan suasana hangat pada ruangan itu. Aku merasa seperti dalam mimpi.

Aku meraih telepon genggamku dan melihat tanggal di layarnya, 1 Maret. Aku tersenyum, menyadari bahwa hari ini adalah ulang tahunku yang ke-15.

Tapi, ketika aku bangun dari tidur, ada sesuatu yang aneh. Hatiku terasa berdebar-debar, dan dadaku terasa sesak. Aku seperti orang kelimpungan tidak tahu mengapa.

Kupegang erat-erat tanganku, mencoba mengatasi perasaan itu. Aku menatap pintu, dan tiba-tiba, seorang wanita paruh baya masuk ke kamarku. Ia menghampiriku dan mengelus lembut kepalaku. Sorot matanya penuh kasih sayang, dan hatiku merasa lebih tenang.

Aku bertanya-tanya siapa wanita itu.

Spashhh...

Tiba-tiba, semuanya menjadi gelap. Jiwaku terhempas, pikiranku melayang, dan otakku memaksa mataku untuk terpejam. Ketika aku membukanya lagi, aku berada di tempat yang berbeda.

Aku berada di Akademi Mureclan De Tine, berdiri di sebuah sekolah ter-gorgeous sekaligus mythical yang pernah kudengar. Namun sepertinya aku tidak berada di dunia nyata. Apakah aku harus bersekolah di sini? Apa tujuannya?

Tiba-tiba, ada aliran energi yang dingin mengalir dalam tubuhku. Rasanya aneh, hampir seperti akan terbangun kembali di dunia lain. Aku memaksa membuka mata lagi. Dan masih berada di tempat yang sama.

Jika mata terpejam selama lima detik, maka otak ku akan membawaku kembali ke dimensi lain... Lagi. Suasana yang tadi ku rasakan seperti di kutub selatan dimana hanya ada gunung es dan badai salju saja di benua itu.

***

"Halo, nama aku Enzy." Tiba-tiba seorang siswi berseragam rapi, serupa dengan yang aku kenakan, menghampiri dan menyapaku.

Uluran tangannya hanya kutatap dan aku tak berniat membalasnya. Sadar diri, siswi itu menurunkan tangannya.

"Eh... Nama kamu siapa?" Tanyanya lagi.

"Aku... Lupa." Jawabku, kupikir Enzy akan bingung, dan akhirnya meninggalkanku.

Dia justru tersenyum simpul, "tidak apa-apa, mungkin kamu belum mau memberi tahu namamu. Tapi... Kapanpun aku bisa menjadi teman baikmu." Ucap Enzy ramah.

Dia pun pergi menyusul teman-temannya, dan bisa langsung berbaur dengan semua orang. Hebat.

Aku telah berada di kelas saat ini dan duduk di meja terakhir yang ku pilih. Siswa-siswinya begitu elite, semuanya tahu etika, dan menjunjung aturan.

Tiga orang anak datang terlambat disaat semua siswa sudah duduk, meskipun belum ada guru yang masuk. Aku mengamati mereka. Siswa pertama berambut cukup panjang hingga menutup telinga, melihatnya aku malah teringat Nagato. Siswa kedua mengenakan sarung tangan putih, dan satu siswi berambut pendek dengan bando pita berwarna putih di kepalanya.

Aku menopang dagu bosan, mengalihkan pandanganku. Tiba-tiba ketiga anak itu malah menghampiriku dan berdiri di hadapanku.

Aku diam. Mereka diam. Lama.

Adventure Delightful Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang