Kami memasuki kelas, semua orang terlihat terkejut, tapi entah karena apa.
Aku pun duduk di meja ku dengan tidak mengindahkan reaksi mereka, tidak ingin tahu dan tidak peduli.
Lagi-lagi Enzy mau menghampiriku, dia duduk di meja paling depan dan tentu aku bisa melihatnya dari sudut mataku walaupun aku duduk di bangku yang bisa disebut terakhir.
Oh, ternyata aku salah, dia tidak menghampiriku, justru menghampiri Floryn, di belakangku. Enzy seperti berbisik sesuatu kepada Floryn, Barcl dan Iraz juga menyadarinya.
Enzy kembali ke mejanya, tidak lupa tersenyum padaku.
Apa ini?, Tadi mereka bilang aku tidak perlu berteman dengan Enzy, tapi baru saja? Enzy dan Floryn sepertinya berteman dekat. Tapi sudahlah, aku pun tidak peduli. Ingin berteman dengan siapapun, terserah, semua orang berhak memilih.
Kelas kembali berakhir, siswa kembali bubar dan kali ini membawa tas. Mungkin ini waktu pulang.
Setelah berjalan hingga tiba di aula Akademi, jalanku terhenti, satu hal baru kusadari. Aku akan kemana?. Ini kan dunia lain. Aku mulai bingung, terus bolak-balik di tempat yang sama. Akademi ini begitu luas, bahkan aula yang ku pijak masih jauh dari gerbang keluar. Dan jika aku keluar pun, belum tentu ku temukan tempat untuk pulang.
Hatiku mulai risau, bayanganku teringat kepada sesosok wanita paruh baya yang samar-samar mengusap kepalaku dengan sayang, menyuapiku makanan serupa bubur yang ratusan kali lipat lebih sedap dari bubur yang sesungguhnya.
"Hei, apa yang kau pikirkan?" Suara khas Floryn membuyarkan lamunanku, dia berdiri beberapa meter di belakangku bersama Barcl dan Iraz.
"Kenapa kalian terus membuntuti ku?."
"Kami mengawasimu, bukan membuntuti mu."
Padahal apa bedanya?.
"Jangan memikirkan apapun selain hal yang ada di dimensi ini, atau tujuan kita tidak akan tergapai."
"Ma-maksdunya?"
"Besok kami akan memberitahumu tentang segalanya yang belum kau ketahui, sekarang pulanglah. Ikut saja dengan Iraz."
Akhirnya Floryn mengerti jikalau aku bingung untuk pulang.
Aku berjalan mengikuti Barcl dan Iraz, sementara Floryn ditinggalkan begitu saja dan dia malah melambai dengan mengatakan, "jaga anak baru itu baik-baik."
Kami tiba di satu gedung yang menjulang tinggi dan berdampingan dengan Akademi, tepatnya di samping kanan atau sebelah Utara.
Gedung itu memiliki penjaga yang sangat banyak, seolah tempat ini rawan kejahatan, padahal kan penghuninya damai-damai saja.
Kami memasuki gedung, menuju lobi, Iraz menyerahkan sesuatu kepada resepsionis semacam kartu identitas, lalu kami pun kembali berjalan. Lalu menaiki lift, disini ternyata ada lift juga. Tibalah kami di kamar nomor 267 di lantai dua.
Aku masuk ruangan, kamarnya tidak terlalu jauh berbeda dari apartemen di duniaku yang sebelumnya.
Aku menghempaskan tubuhku di atas tempat tidur. Aduh, kenapa tempat tidur ini begitu keras?, aku meringis pelan tanpa mengatakan apapun. Barcl dan Iraz menengok, tapi tidak bertanya atau mengucapkan kata apapun. Mereka membiarkan aku melakukan apa saja.
Aku lanjut merebahkan badan, kali ini move dengan pelan, aku menutup mataku. 1, 2, 3, 4...
Eh???
Dengan segera aku membuka mataku kembali, aku memastikan aku masih di tempat yang sama. Bagaimana aku bisa lupa, 5 detik itu akan membuatku menyambangi lokasi lain lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventure Delightful
FantasyFBI & E ______ Ketika menginjak usia 13, aku tidak merasakan sesuatu hal apapun yang aneh, semua berjalan normal. Aku periang dan ceria. Namun begitu aku menginjak usia 15, ada yang aneh dengan diriku. Aku tidak tahu dimana aku sebenarnya. Aku terse...