****
Yora menatap pantulan dirinya didepan cermin. Malam ini Erlan mengajak dirinya menghadiri salah satu pesta ulang tahun temannya. Awalnya Yora tidak mau namun Erlan mengatakan jika ia tidak ingin ikut dengannya maka ia akan mengajak salah satu cewe selingkuhannya. Agak asu emang.
Gadis yang mengenakan baju berwarna merah muda dengan lengan pendek dan panjang yang hanya sebatas pusar perutnya, dipadukan dengan rok yang panjangnya di atas lutut itu melekat dengan sangat cocok ditubuhnya yang berkulit putih. Rambutnya yang ia gerai dengan ujungnya yang digelombangkan sedikit tak lupa bando hitam yang melekat sempurna di rambut hitamnya.
Ia tersenyum menatap penampilannya yang sudah sangat perfect menurutnya"gila sih gue cantik banget"pujinya pada diri sendiri.
Yora meraih ponselnya diatas nakas saat benda pipih itu berdering. Segera ia mengangkat panggilan itu yang ternyata dari Erlan.
"lo udah siap? Gue udah didepan"tanya Erlan to the point.
"Udah. Bentar gue ambil tas sama make sepatu dulu"
Panggilan terputus, dengan segera Yora meraih sepatu sneaker berwarna putih lalu memakainya. Setelahnya ia segera meraih tas diatas nakasnya. Kemudian, gadis itu langsung berlari kecil menghampiri Erlan yang pasti sudah misuh-misuh karena menunggu terlalu lama.
"Erlan"panggil Yora. Gadis itu sudah berdiri didepan kekasihnya yang menunduk sembari bermain ponsel.
Kepala Erlan mendongak, sesaat pandangannya terpaku pada sosok Yora yang begitu sangat cantik dan menawan malam ini. Matanya belum berkedip sejak beberapa detik yang lalu, Yora melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Erlan namun cowok itu tak kunjung berkedip. "Ada apa dengan jamet yang satu ini"batin Yora yang merasa bingung.
"Gue paling paling males bilang ini. Tapi serius lo, cantik banget malam ini"Ucap Erlan dengan pandangan yang begitu sangat memuja sosok gadis yang menjadi kekasihnya.
Yora tersipu, pipinya memerah namun tersamarkan oleh blason yang ia pakai, senyuman melengkung tanpa bisa ia tahan. Jantungnya berdebar sesuatu seperti menyerang jantung, perutnya berasa bergejolak.
"Ehhem"Yora berdeham untuk menghilangkan rasa gugupnya yang tiba-tiba menyerangnya."Udah malem banget nih, kita berangkat sekarang yuk takut nanti telat"
Dan Erlan hanya bisa mengangguk sebagai respon. Cowok itu membukakan pintu mobilnya untuk Yora. Kebiasaan lama Erlan yang sering ia lakukan satu tahun lalu.
Setelah Yora masuk dan duduk dengan nyaman, Erlan kembali menutupnya. Kemudian, cowok itu memutari mobilnya dan masuk ke sisi kemudi. Lalu dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
****
Tak henti-hentinya Yora berdecak kagum melihat kemewahan dari acara yang ia hadiri malam ini. Yora tidak norak dia sering menghadiri acara-acara besar seperti ini, tapi malam ini ia tidak bisa berdecak kagum melihat semua ini.
"Jangan norak ra"
Suara Erlan membuat Yora berhenti dari ke terkagumannya, ia melirik malas Erlan yang sedari tadi terus menggandeng tangannya tidak mau lepas.
"Nanti kalau lo ulang tahun, rayain nya lebih mewah dari ini yah"kata Erlan dengan senyuman yang merekah.
"Lo tau kalau gue trauma sama ulang tahun gue Erlan"Yora tersenyum kecut. Lagi-lagi Erlan lupa dengan ini, sampai saat ini ia selalu memaklumi Erlan yang selalu lupa hal-hal kecil tentang dirinya. Ia tidak bisa memaksa kehendak seseorang kan? Lagipula awal hubungan mereka saja tidak di dasari dengan pendekatan. Semuanya karena paksaan dan ancaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
YORLANDO(On Going)
Teen Fiction"pilih pergi atau bertahan"unknow "Kamu adalah definisi nyaman dan sakit secara bersamaan. Jadi, kamu adalah obat sekaligus lukanya"Yora Arsella. "Tetap sama gue, dan semuanya akan baik-baik aja"Erlando Radika. Ini kisah tentang sepasang kekasih yan...