****
Sesuai kata Arthan kemarin hari ini orang tuanya akan pulang. Arthan dan Yora menunggu kedatangan mereka di rumah Yora.Suara mobil terdengar, senyum Yora langsung terbit saat menyadari mobil itu berhenti di halaman rumahnya yang sederhana"Bang, mama sama papa bang"ucap Yora dengan girangnya.
Arthan tak bisa menahan senyumannya dia sungguh bahagia melihat Yora yang tersenyum lebar.
Keduanya langsung keluar guna menyambut kedatangan orang yang sudah merawat Yora selama ini.
"Mama"Yora berlari menghampiri wanita paruh baya yang sedang merentangkan tangannya. Tangisan Yora pecah saat wanita paruh baya itu mendekapnya dengan erat.
"Yora kangen ma"
"Mama juga kangen banget sama kamu sayang"Amira, mama Arthan, mengusap punggung Yora yang bergetar. Air matanya mulai berjatuhan saking rindunya pada Yora dan Arthan.
"Cengeng banget lo Ra. Gantian, gue juga pengen peluk mama"
Yora melepaskan pelukannya kini ia beralih pada sosok pria yang menatapnya dengan sorot mata yang lembut. Yora tersenyum lalu berhambur ke pelukan lelaki paruh baya itu.
"I miss you girl"
"I miss you to, pa"
Setelah beberapa menit menghabiskan waktu hanya dengan sesi berpelukan, akhirnya keluarga kecil itu memilih masuk kedalam rumah berlantai dua namun nampak sederhana.
Yora dan Arthan bukan saudara kandung, mereka hanya sepupuan. Sebelum orang tua Yora meninggal sepuluh tahun lalu, ibu Yora menitipkan Yora pada Amira adiknya. Amira yang memang sangat menginginkan anak perempuan namun sudah tidak bisa hamil lagi merasa sangat senang karena kehadiran Yora dalam hidupnya.
Tapi, semenjak Yora mulai beranjak dewasa Yora memilih tinggal dirumah mendiang orang tuanya yang ia tempati sekarang ini. Awalnya Damar, papa Arthan melarang keras keputusan Yora yang ingin tinggal pisah. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa karena semuanya merupakan keputusan Yora.
Satu tahun lebih berada di negara kincir angin bersama istrinya, Damar dan Amira memendam rindu yang amat teramat mendalam pada Arthan dan juga Yora yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Bahkan kasih sayang yang ia berikan pada Yora tidak pernah beda dengan yang diberikan pada Arthan.
"Selama kami di belanda kalian baik-baik aja kan di sini?"tanya Damar.
Keempatnya kini berada di ruang tamu.
"Kami baik kok pa"jawab Arthan yang di angguki Yora.
"Yora gimana sekolahnya, lancar?"Atensi Damar teralih pada Yora yang memeluk Amira.
"Lancar kok pa"
"Hubungan kamu sama Erlan gimana?"kini giliran Amira yang bertanya.
Yora terdiam mendadak suasana hatinya tidak baik"Udah putus"jawabnya lesu.
"Kok bisa, bukannya kalian udah pacaran dua tahun?"tanya Damar menimpali.
"Bukan jodoh kali"jawab Yora ragu-ragu.
"Kok ragu gitu jawabnya? Kamu masih cinta yah sama dia?"
Yora terdiam entah harus menjawab apa, cewek itu hanya menenggelamkan wajahnya di dada Amira. Dia takut untuk mengutarakan perasaannya yang sebenarnya, takut jika dia harus menangis di depan kedua orangtuanya hanya karena cowok brengsek seperti Erlan.
"Udah ma, pa, gak usah di bahas lagi"Arthan membuka suara, dia mengerti dengan apa yang kini tengah di rasakan Yora saat ini.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
YORLANDO(On Going)
Teen Fiction"pilih pergi atau bertahan"unknow "Kamu adalah definisi nyaman dan sakit secara bersamaan. Jadi, kamu adalah obat sekaligus lukanya"Yora Arsella. "Tetap sama gue, dan semuanya akan baik-baik aja"Erlando Radika. Ini kisah tentang sepasang kekasih yan...