🍬 Happy reading 🍬
.
.
Sarapan pagi kali ini meja makan terasa sangat hening, tak ada sedikitpun percakapan yang terlontar atau hanya sekedar sapaan dan sedikit basa basi.
Aura di kursi sebelah Angkasa terasa sangat berat, Aaron masih saja terdiam dengan wajah dinginnya kendati ia masih memikirkan, apakah ia sanggup membebaskan sang adik untuk berjalan di luar?
Allan bangkit dari duduknya, pemuda itu berjalan mendekati Angkasa dengan satu tangan memegang botol susu. "Makan."
Angkasa mengerjapkan matanya saat sang Kakak mengangkat tubuhnya dengan mudah lalu di dudukan di paha pemuda itu, tangan dengan urat menonjol tersodor ke arahnya. "Buka, kunyah, telan."
Angkasa dengan ragu menoleh, menatap manik elang yang menatapnya lembut. "T-tapi Abang?"
Allan mengecup sudut bibir sang adik, menghirup cuping telinga Angkasa sambil memejamkan matanya. "Tak apa, kita akan sekolah."
Kedua manik bulat berbinar itu dengan cepat menoleh ke arah Arthur, setelah mendapat senyuman teduh dari sang Daddy, Angkasa mengangguk semangat. "Aaa!"
Dengan telaten Allan menyuapi adiknya, sesekali jari besar itu tergerak untuk membersihakn sudut bibir atau sekedar mengusap pipi bersemu Angkasa ketika anak itu merasa senang.
Bagi Allan, tak yang lebih penting kecuali menghadirkan semu cantik itu di pipi Angkasa, Allan akan selalu memberi apa saja yang Angkasa inginkan asalkan anak itu tetap di genggamannya.
Allan rela jika dunianya di ambil oleh Angkasa, atau kasih sayang semua orang di ambil alih karena keimutan adiknya, Allan tak marah. Toh, ia tak membutuhkan kasih sayang itu, yang ia inginkan hanya Angkasa di hidupnya.
Angkasa itu bagaikan narkoba untuk kehidupan Allan, suka membuat candu tapi juga berbahaya.
"Asa .. kapan Asa bisa sekolah?"
Allan menunduk saat mendengar cicitan sang adik, di hirupnya aroma melon yang menguar dari rambut hitam ke kecoklatan adiknya dengan rakus.
"Besok, dengan kakak." Bisikan dengan suara husky itu sedikit membuat Angkasa meremang, lalu kembali menerima suapan dari Allan.
Ya, tak ada yang tau kasih sayang seperti apa yang di berikan mereka untuk Angkasa.
🍬🍬🍬
Setelah semua meninggalkan Angkasa sendirian di rumah untuk menunggu guru private-nya datang, Angkasa sekarang sedang termenung duduk sila di atas ranjang.
Manik bulat berbinar itu menatap tajam album keluarga dimana ada fotonya bersama abang pertama, Aaron.
"Hmmp!"
Angkasa memalingkan wajah setelah menatap tajam foto Aaron, bersedekap dada sambil menggembungkan pipinya karena kesal.
"Kenapa abang gak ijinin Asa, sih?"
Manik indah itu berubah sayu, badan kecil yang tadinya tegap melemas perlahan. "Asa kan mau punya teman!"
"Kenapa kalian selalu larang Asa buat keluar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa ✔
Random[ Bromance, Brothership ] Angkasa tumbuh dalam ke-posessive an gila mereka. [ GUE UDH INGETIN KALO INI CERITA MERESAHKAN BANGSAT! BACA DULU KEK DESKRIPSINYA, GOBLOG BANGET. TAI AH ] #brothership #bromance Agak meresahkan, buat yang gak nyaman jangan...