☆ 11 ☆

23.8K 2.1K 183
                                    

Double up, ngueeeeng!

🍬 Happy reading 🍬

.

.

   Angkasa memejamkan matanya menikmati semilir angin sore yang menyejukan, taman belakang rumah dengan berbagai bunga kesukaan Mommy anyelir tertanam cantik.

Rerumputan sebagai alasan agar Angkasa tak menginjak tanah menjadi hamparan yang indah, beberapa pohon rindang juga menghalau sinar mentari agar beberapa tempat tak terkena sang surya.

Empat kursi kayu dan meja panjang menjadi tempatnya bersantai sekarang, dengan kesendirian dan tak ada yang mengganggu seperti biasa.

Arthur belum pulang jika masih sore, Aaron sedang berendam mendinginkan tubuh dari penatnya bekerja, Allan sedang mengerjakan tugas sekolah yang akhir akhir ini selalu menumpuk karena berada di jenjang akhir menengah atas.

Manik binar cerah itu menatap senang ke arah langit yang di lewati beberapa burung, pipi bulatnya bersemu cantik saat merasakan rerumputan menyentuh kakinya.

Saat akan melangkah kan kaki lebih jauh sampai menuju kumpulan bunga, Angkasa tak bisa bergerak karena sudah ada tangan besar berotot yang memeluk pinggangnya dari belakang.

Sudah di pastikan tangan milik siapa yang dengan seenaknya memeluk Angkasa tanpa perlu izin.

"Daddy? Pulang cepat?"

Arthur menunduk, menghirup gemas aroma melon di ceruk leher anak bungsunya. Bibir tebal itu maju untuk menyentuh pipi Angkasa dengan penuh kasih sayang.

"Anak Daddy wangiii bangett."

"Hihi~ Asa kan udah mandi."

Angkasa membalikkan tubuhnya, sekarang mereka berhadap hadapan dengan lengan Arthur yang masih bertengger manis di pinggang yang ramping.

Angkasa menumpu tubuhnya dengan menyender dan menaruh kedua telapak tangan di atas bahu Arthur. "Daddy bauuu aceem."

Hidung mungil itu mengerut saat mencium dada Arthur, itu yang biasa Angkasa lakukan jika ia sedang ingin menunjukan afeksi senang akan kehadiran orang itu.

Anak itu selalu melakukannya kepada orang terdekat.

"Masa? Daddy masih wangi kok, Asa nih yang bauuu."

"Ih! Kata Daddy tadi Asa wangi!"

Arthur memajukan tubuhnya, mengecup dengan sekali jilatan bibir plum di hadapannya.

Ia gemas jika Angkasa sedang merajuk dengan bibir mengerucut dan alis yang berkerut samar.

Tidak, Arthur suka apapun yang anak bungsunya lakukan, di mata Arthur semua itu akan terlihat sangat imut dan menggemaskan.

"Masuk ya? Sudah cukup menghirup angin luarnya."

Angkasa merengut walau tak ayal ia melempar tubuhnya sendiri agar Arthur menggendongnya seperti bayi, anak itu suka di perlakukan dengan sebegitu istimewa.

Bukan, tapi Angkasa mulai candu di perhatikan sebegitunya oleh mereka.

🍬🍬🍬

Angkasa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang