Finding Home - Part 5

256 38 8
                                    

DOR!!

Ciyeee yang malmingnya baca wotped doang 😜

🏡🏡🏡

Sudah 3 jam berlalu semenjak dokter Maraka masuk ke ruang operasi dan sampai saat ini lampu merah diatas pintu masuk tidak juga berubah warna. Helena sudah kembali bertugas, ia ada shift malam. Byan menunggu bersama kakak iparnya, suami Helena, Reno.

Lalu tak lama, suara ketukan sepatu menggema di lorong. Baik Byan maupun Reno sama-sama menoleh dan terkejut dengan kehadiran seseorang.

"Nyonya Riana, selamat malam," sapa Reno yang sigap berdiri dan sedikit menundukkan tubuhnya.

"Malam. Pak Reno, sedang apa disini?"

"Saya sedang menemani adik ipar saya menunggu temanya yang sedang operasi, Nyonya."

"Teman?"

"Benar, Nyonya."

Riana menoleh pada Byan yang berdiri dibelakang Reno. Ia tatap pria itu lamat-lamat, dari ujung kaki hingga ujung kepala, "kamu teman Felycia?"

Byan dan Reno kembali terkejut oleh pertanyaan Riana. Bagaimana mungkin sosok berpengaruh seperti Riana Dewandaru mengetahui tentang Felycia? Siapa dia sebenarnya? Begitu pikiran mereka berdua.

"Benar, Nyonya. Saya Byan, pemilik klinik hewan tempat Felycia bekerja paruh waktu."

Sekretaris Riana membisikkan sesuatu entah apa sampai membuat Riana melirik sebentar pada Byan.

Byan sendiri mengetahui tentang Riana karena memang ia adalah pengusaha besar yang namanya sudah dikenal dimana-mana. Bahkan rumah sakit ini hanya salah satu dari sumber pundi-pundi kekayaannya. Sedangkan Reno, ia adalah pengacara kepercayaan keluarga Dewandaru.

"Pak Reno, mari ikut saya. Ada yang perlu saya bahas dengan Anda," pinta Albert yang langsung diangguki oleh Reno, meninggalkan Byan berdua dengan Riana.

Keduanya saling berdiam diri. Kalau ini situasi normal, mungkin Byan akan gugup duduk bersebelahan dengan orang penting. Kali ini ia tidak memiliki waktu untuk itu. Pikirannya tertuju pada kapan pintu operasi akan terbuka.

"Sudah berapa lama kamu mengenal Felycia?"

Byan menoleh, "hampir dua bulan, Nyonya," Riana mengangguk tipis lalu suasana kembali hening.

"Apa yang kamu tau tentang Felycia?"

Byan mengernyitkan dahinya, sedikitnya masih penasaran tentang Riana yang sepertinya mengenal Felycia.

"Saya neneknya," ujar Riana menjawab pikiran Byan dan jawaban itu sukses membulatkan kedua bola matanya.

"Nenek? B-bagaimana mungkin?"

"Felycia memang cucu saya, cucu satu-satunya yang saya miliki."

"Tapi kenapa--"

"Ceritanya panjang dan saya tidak berniat memberitahunya. Saya ingin Felycia yang mendengarnya lebih dulu."

Walau penasaran, Byan sadar ini bukanlah ranahnya, ia harus tahu diri.

"Sejujurnya saya tidak tau bagaimana kehidupan Rhysa sebenarnya--"

"Rhysa?"

"Maaf Nyonya, Rhysa adalah panggilan saya untuk Felycia. Yang saya tau, Rhysa tinggal bersama ayah, ibu, dan adik tirinya. Rhysa begitu tertutup jika menyangkut keluarganya."

Ada jeda yang cukup panjang sebelum Byan melanjutkan.

"Kalau di klinik, Rhysa selalu ceria seolah tidak pernah ada beban di pundaknya. Mungkin karena dia senang bisa bermain dengan hewan-hewan di klinik. Rhysa selalu berhasil menutupi kesedihannya dengan topeng, bahkan saya pun nyaris mempercayainya."

Ugly Duckling SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang