3🌧️

16 5 0
                                    

"Aku pernah menggantungkan seluruh kebahagiaan ku kepadanya. Tapi justru itu menjadi salah satu bagian dari kehancuranku" —Rain Nurthahira Advenia

•~°°°~•

Mengemudi motor saat sedang kalut adalah hal yang paling sangat di sukai oleh Rain. Saat ini saja ia sedang menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Pipinya yang basah membuat beberapa orang menatapnya aneh. Bertanya-tanya apakah gadis itu sedang menangis atau berkeringat.

Tepat sekali. Rain sedang menangis. Lebih tepatnya menangisi takdirnya yang tak pernah berpihak pada dirinya. Menagisi setiap langkah yang ia ambil selalu gagal.

Pada akhirnya disinilah Rain, di meja belajar. Dengan tangan yang terus mengetikkan kata perkata, baris demi baris membentuk beberapa part cerita.

Meski malam telah lewat, yang artinya sebentar lagi matahari akan terbit, tak ada rasa kantuk yang hadir dalam diri Rain.

Rain sedari pagi mengunci diri hingga kembali pagi, hanya untuk mencurahkan semua yang ia rasakan pada sebuah karangan cerita yang ia ciptakan.

"Pada kenyataannya masa lalu adalah jalan buntu yang tak untuk di tuju."

Di temani lagu Tak Ingin Usai milik Keisya Levronka, Rain meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku setelah duduk berjam-jam.

"Gak ada salahnya bukan tidur sebentar?" Rain segera memposisikan dirinya untuk tidur.

Byur

Tidak. Kesalahan besar ia tidur jam 5, Rain selalu lupa, jam 5 adalah waktu dia untuk beres-beres rumah.

Rain menghirup sebanyak mungkin udara di sekitarnya. Ia bahkan terbatuk karena air yang masuk kedalam hidungnya.

"Bangun. Anak perempuan mana yang jam segini masih tidur? Kamu tuh gaada gunanya, gak seperti Seltry yang bisa banggain orang tua. Kenapa kamu gak mati aja sih?"

Bugh

Baskom yang di gunakan Bulan untuk menyiram Rain mendarat sempurna di wajah Rain.

"Gaada cara lain bangunin Rain Bunda?"

"Bunda udah bangunin kamu berkali-kali tapi kamu gak bangun, gaada cara lain selain nyiram!" Meskipun masih pagi suara Bulan sudah menggema keseluruh ruangan.

Rain menarik ujung bibirnya seraya menunduk. Kebohongan macam apa lagi itu?

"Aku capek seperti ini terus," ujar Rain menatap seluruh tubuhnya dan bahkan seprainya ikut basah, beberapa menit Rain hanya duduk terdiam.

Dan beberapa spekulasi muncul di kepalanya, membuat ia merasa benar-benar tidak di butuhkan di rumah ini.

Pemikiran seperti itu tak membuat Rain gentar, ia pikir karena pikirannya lah yang bisa membuat stress. Karena itu Rain segera bangkit untuk membereskan seluruh kamarnya, meski sedang mengantuk.

Setelah membersihkan kamarnya, Rain masuk kamar mandi. Baju yang basah tadi telah mengering dengan sendirinya, tubuhnya bahkan ikut menggigil.

Di bawah shower Rain duduk, ini hari minggu dan kemungkinan besar Rain akan terperangkap di tempat ini.

Setelah satu jam lebih berada di kamar mandi. Selain karena ketiduran Rain habiskan waktunya untuk menangis.

"Seltry ngapain?" Tanya Rain membuat gadis itu tak sengaja menjatuhkan sebuah pigura kaca karena terkejut.

Prang!

Rain menatap pigura itu dengan pandangan sedih. Pigura pemberian Razif yang sangat ia jaga kini hancur karena Seltry.

Hi, RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang