5🌧️

12 1 0
                                    

"Seberapa sering kamu tersenyum padahal luka di hatimu menganga lebar? Seberapa sering kamu tertawa padahal sebentar lagi air matamu jatuh? Belajarlah untuk menerima diri sendiri meski rasanya sulit karena rasa sakit yang mendominasi" — Hi, Rain

•~°°°~•

Semua telah siap, balon-balon, kue dan foto Sasti terpajang di beberapa bagian kelas bahkan atas paksaan Jovan dan Adrian foto keduanya juga ada, dan beberapa guru juga turut ikut merayakan hari ulang tahun muridnya.

"Kok Adrian sama Sasti lama banget ya? Aku jadi gak tenang," ujar Rain mengutarakan kecemasannya pada Ria.

"Sabar bentar lagi muncul tuh," ucap Ria menenangkan meski ia juga sedang dilanda gelisah.

"Oyyy gue ada gosip baru, ternyata Sasti sama Adrian selama ini pacaran njir. Astaga, mereka diam-diam nutupin ini karena takut di tagih PJ?"

Melisa yang baru datang terkejut melihat keadaan kelasnya, serta pandangan orang-orang tertuju padanya seolah itu adalah berita basi "maaf-maaf hehe, oh iya gue lupa hari ini ulang tahun Sasti," Melisa duduk di bangkunya.

Rain mendekati gadis itu, "Meli kamu lihat mereka di mana?"

"Gue tadi ketemu mereka di jalan pelukan gitu. Hanya waktu dekat perempatan mereka ambil jalan SMA sebelah, mungkin biar lebih cepat sampai."

"Loh gue dengar semalam di sana akan ada tawuran," Regi memberitahu membuat teman-teman sekelasnya khawatir, apa lagi Rain.

"Anak-anak, kalian yang tabah yah? Pak Samsul datang dengan ponsel di tangannya."

"Pak jangan buat kita deg-degan deh, saya gak mau jatuh cinta sama bapak," ujar Jovan berusaha mencairkan suasana yang tegang.

"Adrian meninggal tadi pagi setelah di larikan ke rumah sakit, Sasti kritis. Kalian kalau mau jenguk jangan dulu, soalnya ke rumah sakit pasti lewat tempat tawuran," ujar pak Samsul.

Rain terduduk lemas, sedangkan Sandria terjatuh tak sadarkan diri. Regi yang kebetulan di dekat Sandria segera menggendong gadis itu ke UKS.

"Bapak jangan bohong deh," ujar Rain tertawa sumbang.

Brak

"Bapak kalau mau buat lelucon ga usah bawa-bawa nyawa orang dong," Jovan hendak maju namun di tahan oleh Arvan dan Razif.

"Aku gak percaya Mel, kamu masih lihat mereka kan tadi?"

"Tapi Rain, mereka memang lewat situ tadi," ujar Melisa meski berat untuk ia ucapkan.

Rain tak lagi berkutik, air matanya perlahan meluncur deras bak sungai kecil. Razif datang memeluk gadis itu.

"Nangis aja Rain. Teriak juga gak apa-apa," Razif sendiri terlihat tenang namun dalam pikirannya sangat berkecamuk.

"Nanti bapak kabarin lagi kalau ada info," pak Samsul pergi dari sana. Info yang ia bawa cepat menyebar.

"Pengumuman, inalillahi wa inalillahi rajojiun. Hari ini teman kita, sahabat kita, dan keluarga kita Adrian Agus Purnama meninggal dunia. Ucapan belasungkawa kepada IPA 1."

"Woy bangsat! Temen gue masih hidup ngapain Lo buat pengumuman seperti itu!" Teriak Jovan berlari keluar, ingin menghampiri ruang audio.

"Siapa yang ngumumin tadi? Mau mati Lo di tangan gue," Regi keluar dari ruang audio, dengan air mata yang bercucuran.

Bugh

Meski telah di tahan oleh Arvan dan teman kelasnya Jovan tetap kuat dan menerjang Regi.

"Anjing Lo. Teman macam apa yang ngumumin seperti itu? Ketua kelas macam apa Lo?"

Hi, RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang