4🌧️

22 4 0
                                    

"Tak seperti menyukai, nyatanya melupakan butuh waktu lebih lama. Entah itu 1000 jam, 1 minggu, 1 bulan, atau bertahun-tahun?" — Rain Nurthahira Advenia

•~°°°~•

Sore ini, Rain dan seorang gadis sedang duduk berdua di taman. Tak seperti orang-orang yang mengira keduanya adalah rival, namun ternyata mereka adalah teman yang bisa di bilang akrab gak akrab.

"Semalam Azif mabuk, kamu tau?"

"Iya. Gue kaget dia nelpon tengah malam eh ternyata katanya salah sambung, jadi gue yang penasaran karena bising di sekitarnya akhirnya nelpon Jovan," jelas Sasy.

"Kenapa gak kamu jemput?"

"Lo juga tau kalau gak semudah itu keluar dari rumah gue haha," Sasy tertawa sumbang.

Keduanya terdiam, terhitung 20 menit diam-diaman sambil menatap jalan raya di depannya. Mereka yang saat ini berada di taman yang tak jauh dari rumah keduanya.

Mereka berdua bertetangga, namun untuk saling tegur sapa itu rasanya tak pernah. Sasy tau keadaan rumah Rain, begitupun sebaliknya. Namun, pada akhirnya mereka sama-sama saling menjaga rahasia.

Sasy tahu beberapa malam lalu Razif datang ke rumah Rain. Makanya itu yang membuat ia bertengkar hebat dengan Razif.

"Lo masih belum lupain Razif?" buka Sasy lagi, untuk pertama kalinya setelah berdiam diri.

"Sedang aku usahakan," Rain tahu seberusaha apapun dia pada saat Razif di depan matanya, rasa itu akan kembali. Maka dari itu Rain mencari cara agar Razif membenci dirinya, dan lelaki itu pergi dengan sendirinya.

Karena kecanggungan akibat membahas masa lalu di hadapan masa depan orang itu. Sedikit flashback diantara keduanya.

Flashback On

Hari ini adalah hari dimana Rain pindah sekolah karena harus pindah rumah juga. Asal kalian tahu, hari ini adalah hari ulang tahunnya dan untuk pertama kalinya ia mendapatkan hadiah.

Ulang tahun ke-15 kali ini rasanya sangat berkesan dimana ia akan memiliki seorang saudari dan ayah baru. Ia harap ayah tirinya tak seperti cerita novel yang ia baca, rasanya sangat ngeri mengingat itu.

Rain berjalan keluar untuk membuang bungkus kado yang di berikan oleh ayah barunya.

"Happy birthday."

Dari jarak beberapa meter seorang laki-laki berdiri dengan seragam SMA
Alaska, tempat adik tirinya bersekolah dan juga dimana ia akan bersekolah. Dia agak bersyukur karena disana sahabatnya Sasti dan Sandria bersekolah yang sejak masuk SMA berpisah.

"Lo kan yang ultah? Gue malu udah ucapin tapi gaada tanggapan seakan-akan bukan Lo yang ultah," kata cowok itu karena Rain hanya menatapnya cengo.

"Ah sorry, and thanks. Aku gak terbiasa ada yang ngucapin birthday," jelas Rain tersenyum seadanya.

Rain lirik nametag lelaki bernama lengkap Razif Azzam Mahardika yang entah dari mana dan kenapa lelaki itu tiba-tiba muncul dan memberikan ucapan selamat kepadanya.

"Kalau gitu biar gue yang ngucapin setiap tahunnya, gimana?"

Flashback off

Pada akhirnya ulang tahun Rain telah lewat beberapa hari yang lalu dan lelaki bernama Razif tak pernah datang untuk memberinya kata 'selamat ulang tahun' lagi.

Dan bodohnya Rain berharap lelaki itu datang dan memberinya kata-kata itu.

Lama keduanya duduk hanya untuk membicarakan satu orang, yang tak lain dan tak bukan Razif. Malam semakin larut, keduanya memilih untuk kembali.

Hi, RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang