1🌧️

63 6 0
                                    

"Lemahku terletak di dalam keluarga ku sendiri, sakitku berada di dalam rumah itu." Rain Nurthahira Advenia

•~°°°~•

Rain POV

Coba di ingat-ingat dulu. Kapan pertama kali aku bertemu dengan mereka mungkin sekitar 8 tahun atau lebih. Intinya umurku yang sudah menginjak 16 tahun aku semakin merasa 8 tahun itu tidak ada gunanya.

Tinggal di rumah keluarga kandung tapi rasa keluarga angkat, wah rasanya luar biasa sesak. Mau kemana lagi jika aku memilih pergi? Jadi gembel? Mungkin.

Itulah yang aku bayangkan saat sedang mengetikkan beberapa karya tulisku di platform Wattpad, tak lama suara langkah kaki terdengar jelas di antara sunyi malam.

Aku menatap gadis di samping ku yang tergah tertidur pulas. Dari jendela aku sedikit mengintip namun di kagetkan dengan sebuah tangan kekar berjam yang menyibakkan gorden kamar sedikit, tentu aku spontan mundur.

Siapa itu?

Degup jantungku berpacu sangat kencang, aku mempunyai ide yang sedikit gila. Mungkin setelah ini orang itu akan lari.

Aku menyimpan handphone di bawah dengan cahaya yang mengarah ke wajahku. Sengaja ku semprotkan handsainetaiser agar kulitku dingin, dan rambutku sengaja menutup wajahku, untungnya bajuku warna putih.

Pikiranku tepat sasaran, orang itu kembali menyibak gorden kamar kost ini.

"Setaaaannnnnnn."

Sesuai dugaanku, dan sekuat tenaga aku menahan tangan pria cabul itu. Seraya tertawa seram aku melirik orang di sampingku telah bangun.

"Astaghfirullah Rain."

"Sasti cepat teriak," ujarku.

"Malinggggg," teriakan kedua membuat semua bangun termasuk ibu kost.

Author POV

Kini Rain tengah duduk di meja belajar Sasti seraya menatap keluar pintu dimana orang-orang tengah mengeksekusi pria yang di duga sudah beberapa kali datang di tempat ini. Pria cabul yang ternyata juga maling motor dan celengan masjid, itu kata polisi.

"Gila Rain. Gue takut banget astaghfirullah, jantung gue rasanya mau copot lihat Lo kayak hantu, tapi lebih kaget lagi lihat Lo pegang tangan."

"Lain kali jendela di kunci, sama kost ini kok pagarnya bisa di bobol?"

"Sebenarnya pagar di bawah itu emang ga pernah di kunci," ujar Sasti duduk di pinggir kasur.

Di tatapnya Rain yang tengah tersenyum padanya. Gadis itu benar-benar tenang dan ketenangannya itu menular.

Rain melirik jam, di tepuk pahanya sebelum ia bangkit dari duduk, "besok aku bantu cari kost baru. Kalau ga mau aku lapor sama ibu mau? Kamu pakai kost segala padahal ada rumah."

"Lebih dekat dari sekolah Ai."

"Yaudah tidur, besok sepulang sekolah beres-beres kamu pindah."

"Makasih Ai."

"For what?"

"Lo udah mau jadi sahabat gue. Lo mau dengar keluh kesah gue, Lo mau jadi rumah gue saat rumah yang seharusnya gue sebut rumah gaada."

"Aku ga mau nangis malam-malam karena makasih kamu. Tidur yuk, besok kamu boleh lanjut cerita."

"Peluk."

Rain merentangkan tangannya, membiarkan Sasti masuk kedalam pelukannya, menjadikan lengannya sebagai bantalan. Tak hanya itu Rain mengelus rambut Sasti.

Hi, RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang