02

32 7 0
                                    



Happy reading~...


.
.

.
.
.

"Gema tolong bawa ini ke meja no. 7 atas nama Bu Elizabeth," perintah juru koki yang diangguki Gema.

Gema berjalan dengan penuh kehati-hatian namun cepat ke meja no.7 yang terisi oleh 4 orang wanita yang kemungkinan berumur 30 tahunan.

"Permisi, dengan Ibu Elizabeth, ini pesanannya bu, maaf jika saya kurang baik dalam pelayanan,"

Gema mulai menata makanan dan minuman diatas meja setelah mendapat jawaban dari orang yang dimaksud.

"Maaf bu, ada lagi yang mau dipesan atau ibu butuh bantuan?"

"Eh terimakasih mba, untuk sekarang belum dulu, udah cukup terimakasih,"

"Hmm.. baik bu, terimakasih kembali, jika butuh sesuatu bisa langsung panggil saya atau yang lain, saya permisi dulu selamat malam"

"Iya mba, selamat malam juga,"

Gema sekilas membungkuk dan berlalu kearah dapur untuk mengembalikan nampan pada tempatnya.

Saat sudah dibelakang Gema melihat Melvi yang sedang mengambil air dingin dari kulkas.

"Mas, lagi kosong?"

"Nggak tau, belum ada yang mesen lagi,"

"Oo... Hari ini kan tutup cepet, mau makan bareng nggak? Dideketan sini?"

Melvi melihat Gema sekilas lalu melirik kearah lain. Dalam hati Melvi jengah dengan sikap Gema yang terlalu agresif menurut nya.

"Nggak dulu deh, gue ada urusan udah janji gak bisa diubah,"

"Oo... Oke next time kita makan bareng ya mas?"

"Hmm..."

"Hehe... Semangat kerjanya," ucap Gema dengan  riang juga kepalan tangan kanan yang agak ditinggikan dan dibalas anggukan dari Melvi.

.
.
.

Gema sekarang sedang makan dipinggiran jalan  bersama Abinaya, salah satu waiters juga dicafe  tempat gema bekerja.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

Tak!

"Nih minum mas, elo mikirin apaan deh sampe keselek gini,"

Puk! Puk! Puk!

Gema memberikan minum dan menepuk punggung Abinaya agar batuknya mereda.

"Uhuk! Gak, gue gapapa uhuk!"

"Minum dulu anjir!"

Glek

Glek

Glek

"Ahh.. uhuk! Bisa ngomong kasar juga lo?"

Abinaya menaruh gelasnya lalu menatap gema, sedangkan yang ditatap memberikan wajah datarnya.

"Ya lo kira gue apaan? Gue juga manusia kali mas, bisa ngomong kasar kalo sekitaran gue juga kasar bahasanya,"

"Haha bener juga,"

"Mas, gema boleh cerita ngga? Tapi ini mungkin topik paling bosenin menurut elo yang udah dengerin curhat gue tentang si dia,"

Abinaya mengusak rambut Gema dan tersenyum manis lalu menatap mata Gema dengan dalam hingga membuat wajah Gema memanas.

"Gini ya Gem, elo mau cerita apapun juga bakal gue dengerin, gue suka elo cerita, gue nggak akan bosen sekalipun itu tentang Melviano.

Gue heran sih kenapa lo suka sama cowo kaya melvi yang jelas-jelas nggak tertarik sama elo,"

Gema menundukan pandangannya agar tidak bertatap mata dengan Abinaya, memang ucapan temannya ini benar adanya. Tapi Gema tetap Gema seorang gadis yang hanya mau kesenangan nya saja.

"Gue nggak tau mas, gue cuma suka aja dideket mas Melvi. Gue tau kalau hal yang gue lakuin bikin dia rikuh, tapi gue bakal tetep gini biar mas Melvi ngeliat gue.

Biar dia sadar kalo gue nggak akan berubah walau orang-orang dicafe mulai berubah sikap ke dia pas tau apa yang udah dia lalui semasa mudanya, padahal juga kita tau kalau manusia nggak luput dari kesalahan dan dosa."

Abinaya mengangguk dan memasukan sesuap sate ayam yang sudah ia lepaskan dari sindiknya.

"Nyam.. gini ya sayangku Gema, gue tau arah pikiran elo kemana, tapi gini deh. Elo tuh kerja tinggal Elo-elo Gue-gue, jadi elo nggak usah mikirin si Melvi lah atau sikap karyawan lain ke Melvi, gue tau.

Maksud elo tuh biar si Melvi ngga ngerasa dikucilkan atau diasingkan kan? Karna elo dulu juga ngrasain gimana diasingkan dan dijauhin orang-orang? Elo ngrasa biar orang lain nggak ngerasain hal yang udah elo alamin dulu?"

Gema menganggukkan kepalanya setiap perkataan yang terucap dari bibir Abinaya.

"Bantu gue mas,"

"Sekarang gue tanya sama elo, apa yang elo rasain pas deket Melvi?"

Gema menggelengkan kepalanya, tanda tidak tau. Abinaya yang peka pun mengusap kepala Gema lembut.

"Huft.. susah juga ya, elo masih polos sih menurut gue, apalagi lo baru lulus SMK tahun kemarin,"

Abinaya mengambil sate yang masih ada sindiknya dan diarahkan ke bibir Gema yang masih menutup.

"Nih makan, biar elo kenyang. Masalah Melvi nggak usah dipikirin, karna sekarang elo lagi sama gue, fokus elo harus digue aja,"

Gema membuka mulut dan menggigit sate yang diberikan Abinaya dan ikut tersenyum saat melihat Abinaya.

Mereka kembali memakan makanannya yang sempat tertunda hingga habis. Setelahnya keduanya pergi jalan-jalan setelah membayar makanan yang dimakannya.

Gema [Vakum]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang