03

31 8 0
                                    

Happy reading~

.
.
.
.
.




Pyar!!

Suara gelas pecah terdengar nyaring dari arah meja bar yang kemudian didatangi oleh kepala koki yang kebetulan dekat dari tempat kejadian.

"Duh kok bisa jatoh sih, kamu gimana kerjanya,"

"Maaf bu, saya kurang fokus,"

"Makanya kalo kerja tuh pikirannya difokusin buat kerja bukan buat ngelamun, kamu kerja disini digaji mahal jadi jangan ngelamun gitu dong,"

"Iya Bu maaf,"

"Itu dibersihin cepat sebelum ada orang datang, pagi-pagi udah bikin kesalahan,"

Kepala koki berjalan kedapur lalu berpapasan dengan Gema yang membawa pengki dan sapu.

"Kamu mau kemana? Kok bawa dua benda yang bukan bagian kamu?"

"Maaf Bu, tadi saya ngeliat ada yang pecah dimeja bar jadi saya mau bersihin,"

"Kamu jangan bantuin si Melvi ya, biar dia tanggung jawab beresin kekacauan yang dia buat,"

"Iya bu,"

"Yaudah sana kasih itu ke Melvi habis itu kamu ke dapur, bantuin saya,"

"Iya Bu baik, tunggu sebentar,"

Gema berjalan kearah meja bar dan melihat Melvi yang sedang memungut pecahan gelas dengan lap gelas, lalu dia membantu memungut pecahan gelas yang besar dengan cepat.

Melvi yang memang masih mengantuk yang membuat tidak fokus kerja terkejut melihat ada yang membantu nya.

"Eh nggak usah, biar gue aja dek,"

"Gakpapa mas, biar cepet, itu lapnya buang aja, lo ambil yang baru dibelakang."

"Nggak dek, ntar lo dimarahin sama bu Ina,"

"Kalem mas, udah gerakan, ini tinggal gue sapu beres,"

Melvi yang melihat Gema keras kepala menghela nafas dan mengambil lap yang baru, setelah kembali dari belakang ia sudah tidak melihat Gema.

Dia mengira Gema sedang bersama kepala koki, nyatanya dia kembali membawa betadin dan plester dan menaruhnya ketelapak tangan Melvi.

"Nih mas, obatin sendiri. Gue lagi ada urusan sama bu ina, lain kali jangan ceroboh, gue tau tadi lo ngantuk bukan ngelamun."

Gema berjalan menjauh, namun baru berjarak sekitar 3 meter gema kembali bersuara ke Melvi.

"Nanti malem dan seterusnya lo tidurnya jangan nglewatin jam 1! Gue tau jarak cafe kerumah lo berapa menit, jadi jangan alesan karna waktu buat nempuh dari cafe ke kontrakan elo, juga elo berangkat jam 9 pagi harus sampe sini mas.

Gue tau elo baru tidur tadi subuh kan, jadi kurang tidur banget, lo harus banyak-banyak istirahat setelah pulang dari cafe, udah itu aja gue duluan nanti bu ina marah-marah,"

Melvi memejamkan matanya kesal, dia kesal mendengar yang diucapkan Gema, dia tau ruangan masih sepi, karena memang dia dan Gema disuruh berangkat lebih pagi oleh bu Ina karena nanti ada pesanan besar-besaran. Jadi dia yang Barista dan juga Gema yang merupakan waiters dengan tingkat kedisiplinan terbaik dipilih untuk membantu pekerjaan para koki untuk cepat selesai.

Melvi melihat Betadine dan plester yang ada di telapak tangannya, dia meremas keras kedua benda itu hingga plester yang tadinya rapih menjadi lusuh.

"Gue benci bocah itu,"

Puk!

"Jangan ngomong gitu, nanti elo suka dia malah bisa jadi bucin,"

"Najis Dik."

"Halah, gausah bilang gitu kali, jahat banget lo. Untung anaknya didalem jadi nggak denger,"

"Kalopun denger juga gue bodomat, btw lo jam segini udah dateng?"

"Ck serah elo, tadi gue nganter ayang gue dulu jadi sekalian aja gue berangkat pagi,"

"Oh, yaudah lo bantuin si bocah itu didalem bkar cepat kelar,"

"Lo nyuruh gue gitu biar bantuin si Gema atau untuk cafe?"

"Terserah. Daripada lo nganggur dan gue payah disini sendirian,"

"Sialan,"

Chandika berjalan kearah loker khusus karyawan dan menaruh jaket dan tasnya sebelum cuci tangan dan mulai membantu menata makanan didapur.

Chandika melihat Gema yang sedang menata makanan dengan sesekali bercanda dan mengobrol dengan Bu Ina dan beberapa koki menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Gue heran sama Melvi, kok bisa nggak tertarik sama Gema yang punya inner beauty." Gumam lirih chandika yang hanya didengarnya seorang diri.

.
.
.

"Pip pip pip! Orang ganteng datang!!"

Suara menggelar pria terdengar dari pintu dapur yang membuat beberapa orang didalamnya protes.

"Abin brisik tau nggak?!,"

"Abin suara lo dikondisikan tolong!"

"Bantuin kita sini! Daripada bikin ribut,"

Kira-kira seperti itulah protesan orang-orang didalamnya.

Abinaya bergerak mendekati Gema yang sedang memindahkan beberapa makanan yang sudah dimasukan kedalam wadah tertutup kemeja hidang ditengah cafe.

"Wihh sayangku rajin sekali,"

"Gue tampol nih mulutnya,"

"Eh jangan dong, gimana nih? Kabar hari ini? Baik atau mumet?"

"Biasa aja mas, mending mas Abin bantuin Gema sama yang lain nata makanan,"

"Siap calon istriku,"

Plak!

"Ih dibilangin dari tadi juga,"

"Ahahaha iya iya, nggak usah nampol juga kali nggak terasa digue Gem,"

"Mas abinaya!"

"Iya sayang.."

Gema berjalan cepat kearah dapur dan melanjutkan pekerjaannya dan membiarkan Abinaya yang mulai membantu nya. Sudah biasa dengan kata-kata Abinaya yang memanggilnya seperti itu.

Gema [Vakum]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang