06

37 11 1
                                    

.

.
.
.

Bolehkah Abinaya membenci Genta?
Seorang pria yang baru saja melamar pekerjaan dicafe dan membuat dia harus berjarak dengan Gema.

Jujur saja, Abin memiliki rasa lebih selain teman  terhadap Gema, dia menyukai Gema diawal Gema mendaftar kerja disini. Bahkan sebelum Gema menyukai Melvi.

Abin sengaja tidak mengungkapkan perasaannya, dia tau Gema pasti akan menjauhinya dan menyuruh untuk mengubur perasaan cinta yang dimilikinya terhadap Gema.

Gema sudah banyak bercerita dan salah satunya dia tidak menyukai jika teman dekatnya memiliki perasaan lebih selain teman.

Gema seorang gadis yang mengutamakan tali persaudaraan dan pertemanan dan tidak ingin rusak karena sebuah perasaan konyol katanya.

Puk!



Seseorang menepuk bahu Abin yang membuat Pria itu sadar dari lamunannya.

"Eh bang Dika, kenapa?"

"Ngelamun mulu lo,"

"Haha, ngga tau bang, rasanya sakit banget.. eh gue ke dapur dulu bye,"

Abin menjauh dari Chandika dengan gerakan cepat hingga tidak sempat membuat lawan bicaranya membalas perkataannya.

"Ck! Kayaknya cafe bakal rame nih, hampir semua pekerja suka Gema.

Tapi sayang, Gema sukanya sama orang yang ngga suka sama dia.. atau belum?"

Monolog Chandika berlalu pergi, setelah Chandika menghilang seseorang berdiri ditempat Chandika berdiri tadi.

"Padahal niat gue cuma bikin Melvi hancur, ternyata Melvi gak tertarik Gema dan gue tanpa sengaja hancurin hati banyak orang termasuk Gema,"

Iya, orang ini adalah Gentala, senior Gema sewaktu SMK dan juga Rival sengit Melviano dikampus tempat mereka menimba ilmu dan tentu saja mereka pernah ribut karena berebut seorang gadis cantik yang satu kelompok dengan mereka yang sekarang sudah bahagia dengan pilihan hatinya.

"Mas,"

Genta melirik matanya kekanan menemukan Gema yang mulai mendekati nya.

"Iya,"

"Gue mau ijin pulang cepet, elo pulang sendiri gakpapa kan mas? Motor gue pake elo aja,"

"Loh? Kenapa elo ijin? Mau naik apa emang kalo motornya dipake gue?"

"Gue nggak enak badan mas, serius."

Genta mendekat kearah Gema, bisa ia lihat wajah Gema yang pucat juga tatapan matanya yang agak sayu tidak secerah biasanya.

"Gue anter elo pulang ya,"

"Nggak usah mas, elo baru beberapa minggu kerja disini, nggak enak kan kalo lo udah ijin apalagi karena gue,"

"Nggapapa, gue lebih khawatir kalo terjadi sesuatu sama elo Gem,"

Gema memejamkan matanya saat merasakan telapak tangan Genta yang dingin membelai halus pipinya, terasa nyaman bagi Gema hingga menangkup tangan Genta agar digenggamnya.

"Ayo pulang, gue ijin dulu ke Pak Rian SPV cafe, lo jalan ambil jaket diloker."

"Ikut mas, gue mau hadap Pak
Rian juga, pliss"

"Iya deh, sini gue gandeng, kali aja nanti jatoh."

"Gue nggak selemah itu mas,"

"Jaga-jaga Gem,"

Genta menggandeng tangan Gema dan mencari Pak Rian.

Pak Rian SPV yang sangat digemari oleh karyawan, kinerjanya yang baik belum lagi sangat bertanggung jawab dan juga membantu pekerjaan karyawan disaat dia berkeliling di cafe.

.
.
.

"Gema!"

Gema dan Genta menoleh ke belakang saat mendengar seseorang meneriakkan nama sang gadis dari arah pintu belakang cafe dekat dengan parkiran motor khusus untuk karyawan.

Orang itu berlari cepat hingga sampai didepan Gema dalam kejapan mata,

"Gem, elo sakit? Gimana kalo pulang ke rumah gue aja, disana ada mama sama adek cewe gue yang bisa jagain elo,"

"Iya Mas, terimakasih tawarannya mas, tapi gue cuma butuh tidur aja diapartmen, palingan besok udah sembuh, lagian nggak enak juga ngrepoti keluarga elu mas,"

"Gakpapa gem, keluarga udah anggep elo kaya anak, jadi pulang aja kerumah gue,"

"Ekhem.. maaf motong, Gema pulang bareng gue, lo tenang aja ada gue yang bakal jagain Gema sampe mendingan,"

Gema menatap Genta, entah kenapa dia menyukai didekat Genta apalagi dengan sesuatu yang seperti menggelitik diperutnya membuat nya merasa senang dan ingin tersenyum lebar.

"Tapi elo nggak bisa seenaknya keluar masuk tempat Gema, apalagi kalian itu orang dewasa yang berduaan disatu tempat sepi,"

"Hah.. udahlah, jangan anggep gue sama kaya pengalaman elo. Gue sayang sama Gema dan gue pacar Gema, ngga mungkin gue rusak dia,"

Gema sengaja berdiam diri karena merasa tidak ada tenaga untuk membuka mulut walau sebenarnya dia ingin menyudahi dua pria yang sedang beradu kata.

Gema menarik tangan Genta yang membuat atensi Genta beralih ke Gema, begitu pun dengan Abinaya yang memandang kearah Gema disaat Genta melihat ke gadis.

"Pusing mas,"

"Tuhkan elo sih ngajakin ribut, ayo Gem kita pulang, peluk aja gue kalo elo nggak kuat duduk tegap."

Gema menganggukkan kepalanya dan mulai menaiki motor maticnya, berpamitan ke Abinaya disaat motornya sudah mulai menjauh dari area parkir motor, Abinaya merasakan kesal melihat bagaimana Gema yang terlihat mulai nyaman dengan Genta.

"Kurang gue apa sih Gem? Kayaknya gue udah nglakuin segala hal biar elo peka, tapi elo malah mudahnya tertarik ke Melvi dan sekarang Lo keliatan nyaman di deket Genta yang dulunya elo takutin,"

Abinaya bermonolog dengan melangkahkan kakinya masuk kedalam cafe, hingga sampai didalam ia dimarahi oleh Bu Ina karena tidak ada saat dicari-cari untuk mengantar pesanan coustomer.


_____

Maaf, baru sempat update 🙏

Gema [Vakum]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang