4. Hanya sebatas satu malam

1.5K 105 4
                                    

Jangan lupa untuk memberikan dukungan melalui vote atau comment!
***

MOBIL BERHENTI tepat di depan sebuah rumah minimalis, dengan segera Jiandra turun sembari membawa kopernya sementara Arjuna memilih untuk diam di dalam mobil. Ia menatap sekeliling daerah tempatnya kini berhenti, sesekali menatap pada rumah yang ia yakini milik Jiandra. Jemari Arjuna terketuk acak pada stir mobil, ia termasuk orang yang awas terhadap sekitar, apa lagi Arjuna juga memiliki banyak sekali saingan serta musuh dalam bisnis gelapnya. Matanya tidak sengaja menangkap pantulan seseorang pada spion kiri mobilnya, ia menegakkan tubuh dan beruntungnya Arjuna kini sedang memakai masker juga topi.

Ia masih belum bisa meyakinkan dirinya, apakah seseorang yang baru saja ia lihat musuhnya atau penggemar Jiandra. Arjuna cukup mengetahui hal-hal seperti ini, bahwasanya hal tidak menyenangkan ketika menjadi seorang public figure adalah memiliki penggemar yang terlalu fanatik bahkan bisa menjadi stalker yang menyeramkan, Arjuna bergidik ngeri membayangkan hal tersebut.

Bugh

"Sialan."

"Eh? Sori Jun, kamu lagi mikirin sesuatu ya?"

Arjuna meneguk ludahnya lalu dengan cepat menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, membuat Jiandra mengerjap bingung karena dirinya masih bersusah payah untuk memasang seatbelt di tubuhnya.

"Juna? Ada apa?"

"Memang seharusnya gue enggak usah berurusan sama lo."

Jiandra mencengkram kuat seatbelt yang melingkar di tubuhnya, ia tentu saja mendengar jelas ucapan yang baru saja dilontarkan Arjuna. "Kamu nemuin sesuatu?"

Suara Jiandra tercekat, kepalanya tertunduk, matanya melirik pada Arjuna yang terlihat sedang mencengkram stir dengan kuat. "Juna... Tolong kasih tahu aku, ada apa?"

"Ada yang nguntit kita, bahkan tadi dia sempet ambil beberapa foto pakai kamera yang dia bawa." Arjuna memukul stir cukup keras membuat Jiandra terlonjak dan menggigit bibirnya, ia sungguh tidak tahu harus berkata apa karena dirinya pun merasakan ketakutan bahkan ia takut menatap Arjuna yang terlihat sangat marah.

Mengaitkan jemarinya sembari terus menunduk, Jiandra tidak pernah tahu Arjuna akan bersikap se-menyeramkan ini hanya karena merasa sedang diuntit. Jiandra mengatupkan bibirnya rapat-rapat karena demi apapun, ia tidak tahu harus mengatakan apa pada Arjuna soal masalah ini. Jiandra memang sering diuntit oleh beberapa penggemarnya, tapi ia tidak pernah mengira kalau mereka bisa mengetahui rumahnya yang di mana sedang ditempati oleh ayahnya. Jiandra harus segera pindah dari rumah tersebut, napasnya memburu karena menyadari bahwa bisa saja alamat rumahnya bocor oleh salah satu staff dari dalam agensi.

"Jiandra..."

Jiandra mendongak, ini adalah panggilan pertama Arjuna untuknya. Mungkin jika bukan dalam keadaan seperti ini, ia akan merasa senang dan berbunga-bunga karena Arjuna akhirnya sudi menyebut namanya. Masalahnya kini mereka sedang ada dalam situasi yang menegangkan, bahkan Jiandra masih belum berani untuk menatap Arjuna tepat di matanya.

Lengan Arjuna terangkat untuk menangkup pipi Jiandra, ia berdecak saat melihat raut ketakutan yang ditampilkan oleh Jiandra. Arjuna sialan, harusnya lo bisa kontrol emosi lo depan orang yang bahkan belum kenal lo genap sehari.

"Gue enggak bermaksud buat bikin lo takut, gue cuma panik. Gue memang pernah diuntit sama musuh gue, tapi nggak sampai difoto kaya tadi. Lo tahu sendiri kan kalau gue enggak mau ada gosip aneh-aneh soal kita?"

"Juna maaf." Jiandra memberanikan dirinya untuk menatap Arjuna, ia menggigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan kembali ucapannya, "aku enggak tahu kalau ternyata mereka berhasil dapat alamat rumahku, udah tiga hari aku enggak pulang ke rumah." Jelasnya, ia menarik napasnya lalu memegang lengan Arjuna dan mengusapnya lembut.

FREEDOM [kyuhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang