Part 5 - Tired of being friends

333 54 30
                                    

Sepanjang perjalanan pulang Jisoo tertidur di bangku penumpang sebelah Rosé yang duduk di belakang kemudi. Sesekali Rosé melirik ke arah sahabatnya itu. 'Tidurnya tenang sekali, seperti bayi.' Batin Rosé tanpa sadar dia tersenyum melihat sahabat di sampingnya.

"Tampan," gumamnya pelan tapi masih bisa terdengar oleh Jisoo yang sebenarnya sudah bangun sejak dia mematikan mesin mobil.

Rosé berusaha membangunkan Jisoo karena mereka sudah sampai di depan rumah Jisoo. Jisoo membuka matanya perlahan, "dah sampai?"

Rosé mengangguk sambil tersenyum kemudian melepas sabuk pengamannya. Jisoo menghentikan gerakannya, "engga, lu bawa aja mobilnya. Besok jemput gue tapi." Ucapnya kemudian sambil menunjukkan senyum khasnya.

Senyum dari bibir berbentuk hati juga lesung pipi terhias di wajahnya. 'Bisa ga sih ga usah senyum-senyum gitu, ga bagus buat kesehatan jantung gue.' Batin Rosé. "Okey," hanya itu yang terucap dari mulutnya.

Jisoo kemudian turun dari mobil, mengucapkan salam perpisahan kemudian masuk ke dalam rumah setelah Rosé pergi.  Ternyata mencintai sahabat sendiri adalah pekerjaan yang melelahkan, pikirnya.

===

Pagi ini kampus heboh dengan berita retaknya hubungan Lia dengan Chanyeol. Ironisnya mereka putus tepat di perayaan satu bulan hubungan mereka. Pesta yang sebenarnya Lia buat sebagai ajang pamer kalau dia bisa menaklukan si "Don Juan" kampus.

"Well, they deserved." Ucap Joy mengejek. Diangguki oleh Jennie dan Irene.

"Dan lu liat gimana Chanyeol natap Rosé, mupeng man." Ucap Wendy antusias.

"Iyeh, nyesel pasti dia ngelepas Rosé." Ucap Lisa, matanya menatap Jisoo yang hanya memandangi gelas minumannya.

"Lu juga bakal nyesel kalau cuma diam terus ga ada eksyen." Ucap Lisa berbisik, hanya Jisoo yang mendengar.

Seandainya mereka tahu, Jisoo sudah pernah mencoba tetapi tidak sesuai harapan. Dia juga lelah mendengarkan cerita-cerita Rosé mengenai laki-laki yang sedang dia sukai atau tentang kekasihnya. Dia juga tidak menyangka kalau dia bisa dengan tulus memberikan masukan-masukan mengenai hubungan mereka. Dalam hatinya ingin berteriak bahwa dirinyalah lelaki terbaik untuk Rosé tapi apa daya, rasa takut kehilangan menahannya untuk menyatakan perasaannya lagi.

Namun, untuk saat ini, persahabatan adalah hubungan yang paling nyaman buatnya. Dia tetap bisa melindungi Rosé dari bajingan-bajingan semacam Chanyeol. Dengan Rosé yang merasa nyaman berbagi cerita kepadanya, berarti dia juga bisa tahu sejauh mana hubungan mereka. Paling tidak dia masih punya alasan untuk selalu dekat dengan gadis pujaannya.

"Tapi kok lu bisa kepikiran buat ngancurin pesta itu sih?" Irene sedikit kepo

"Well, ga sengaja gue denger obrolan Chanyeol sama temen-temennya pas ke toilet kemarin." Ucap Rosé geram kemudian menceritakan apa yang dia dengar. Ternyata alasan Chanyeol putus dengannya adalah karena dia tidak pernah mengabulkan permintaan lelaki itu untuk melakukan hubungan seks.

"Terus lu goda dia dengan cara seperti kemarin?" Tanya Jisoo dengan nada suara yang tinggi dan tegas. Marah dan kecewa terdengar jelas dari cara bicaranya. Mengingat bagaimana Rosé menggoda Chanyeol di pesta tadi malam membuat hatinya panas, cemburu.

"Buat apa? Biar dia balik lagi sama lu?" Kali ini dengan nada yang lebih rendah tetapi sinis, menyiratkan kekecewaan.

Mendengar perkataan dari Jisoo membuat Rosé melihat ke arahnya. "Maksud lu?" Tanyanya  tak kalah sengit.

Jisoo tidak berani balas menatap Rosé, pandangannya dia alihkan ke arah lain. "Lu lebih tau lah," ucapnya pelan.

Rosé tidak membalas ucapan Jisoo, dia merapihkan barang-barangnya kemudian pergi meninggalkan teman-temannya.

"Lu kenapa sih," tanya Jennie kepada Jisoo, heran. Jennie, Irene dan Joy dengan segera mengejar sahabatnya itu.

Tersisa Jisoo cs di meja mereka. Lisa, Seulgi dan Wendi menatap sahabatnya dengan tatapan tidak percaya. Bisa-bisanya bicara seperti itu, pikir mereka.

"Ga salah lu ngomong gitu tadi?" Lisa memulai obrolan.

"Lagian lu siapanya dia pake ngomong begitu," timpal Seulgi. Dia gemas kepada sahabatnya itu. Tidak berani mengungkapkan perasaannya tapi bertingkah seperti pacar yang sedang cemburu.

"Kalian kenapa sih? Empati dikit sama temen gitu loh," ucap Jisoo.

"Ya sikap lu kayak pacar posesif. Emang Rosé ngapain kemarin?" tanya Wendy.

Jisoo menyadari kesalahannya, ucapannya sudah merendahkan Rosé. Secara tidak langsung dia menyebut Rosé sebagai wanita penggoda. Pikirannya kacau, bagaimana kalau gadis itu tidak mau berteman lagi dengannya? Aduh, pusing kepalanya membayangkan bagaimana nasib hubungannya dengan Rosé ke depannya.

Sore ini Jisoo cs masih latihan seperti biasa. Jennie, Irene, dan Joy masih setia menemani para kekasihnya. Rosé? Dia memilih untuk pulang lebih dulu. Dia masih kesal dengan sikap Jisoo siang tadi di kantin.

Jisoo sedikit tidak bersemangat mengetahui gadis itu tidak ikut menonton latihan mereka. 'Dia pasti benar-benar marah. Ah, dasar bodoh.' Jisoo merutuki kebodohannya sendiri.

Selesai latihan, Jisoo melajukan mobilnya menuju rumah Rosé. Dia harus secepatnya meminta maaf atas kejadian tadi siang. Tak ingin terlalu lama dalam perang dingin karena dia tahu dirinya tak akan sanggup berlama-lama tanpa berbicara dengan Rosé.

Sampai di rumah, ternyata Rosé belum sampai rumah. 'Kemana kira-kira gadis itu?' Pikirnya.

"Baik, tante. Kalau begitu Jisoo pamit, permisi." Ucap Jisoo.

Saat Jisoo akan menuju mobilnya, Rosé baru sampai rumah. Dia tidak sendiri tetapi bersama dengan lelaki tampan yang baru kali ini Jisoo lihat. Mereka tertawa dengan lepas, terlihat sangat akrab. Rosé memang social butterfly, pribadinya yang ramah dan hangat membuatnya mudah bergaul.

"Jisoo," ucap Rosé pelan. "Ada apa?" Nada suaranya terdengar malas. Dia masih kesal dengan sikap Jisoo tadi siang.

"Ada yang mau gue omongin." Ucap Jisoo datar. Matanya tidak lepas menatap lelaki yang datang bersama Rosé tadi.

"Gue capek, lain kali aja ya." Jawab Rosé. Dia kemudian mengalihkan pandangannya kepada laki-laki yang menemaninya pulang tadi.

"Thanks ya, Jae." Ucap Rosé kepada teman lelakinya itu.

"Gue yg makasih, gue cabut kalau gitu." Balas Jaehyun kemudian tersenyum ke arah Jisoo saat tatapan mereka saling bertemu.

Jisoo tidak membalas senyumannya, perasaannya tidak enak tentang lelaki itu. Jealous? Mungkin.

"Lu masih marah?" Tanya Jisoo, menahan tangan Rosé saat gadis itu akan masuk ke dalam rumah.

"Biasa aja. Udah ya, gue capek mau mandi. Mending lu balik aja." Ucap Rosé, melepaskan genggaman tanggan Jisoo di pergelangan tangannya. Kemudian masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Jisoo pergi terlebih dulu.

Jisoo membuang napas kasar, mengusap mukanya dengan telapak tangan. Tidak bisa seperti ini terus, Rosé harus tahu perasaan dirinya yang sebenarnya.

Jisoo memutuskan bahwa mulai besok dia akan menunjukkan perasaannya. Bukan sebagai sahabat tetapi sebagai pujaan hatinya. Mulai besok, gak akan ada lagi sesi curhat tentang mantan, tentang gebetan ataupun tentang laki-laki lain. Cause I'm tired of being friends.


Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang