Part 9 - Save Me, Please!

299 48 14
                                    

Soojoo menghentikan langkahnya saat merasa mereka sudah jauh dari teman-temannya yang lain. "Jangan bilang kalau kamu belum ungkapin perasaanmu ke dia." Selidik Soojoo, matanya menatap tak percaya kepada laki-laki di hadapannya.

"Ya Tuhan, Jisoo... Sia-sia dong pengorbanan aku waktu itu." Soojoo memukul gemas mantan kekasihnya. Jisoo hanya meringis kecil, dia juga bingung. Nasibnya jelek sekali urusan percintaan.

"Dia sudah terlanjur punya kekasih waktu itu, dan sekarang pun dia tidak sedang sendiri." Ucap Jisoo.

Di kantin kampus, Jisoo dan Soojoo bergabung dengan teman-temannya yang lain mereka memilih duduk di depan Rosé dengan posisi Soojoo berhadapan dengan Rosé.

Soojoo bersikap sangat manja kepada Jisoo, hal ini membuat Rosé merasa tidak nyaman melihatnya karena Jisoo sama sekali tidak merasa terganggu. Teman-teman Jisoo yang lain merasa bersyukur dengan kehadiran Soojoo. Paling tidak gadis itu bisa mengalihkan pikiran Jisoo dari rasa sakit hatinya, begitu pikir mereka.

Tetapi pikiran Jisoo sebenarnya tidak teralihkan. Hatinya masih sakit, hanya saja dia tidak mau menunjukkannya di depan teman-temannya. Lagipula dia sudah berpikir untuk mulai merelakan Rosé, mungkin memang bukan takdirnya.

===

"Jaehyun, Jung Jaehyun?" ucapan Soojoo membuat perhatian Jisoo dan teman-temannya terfokus pada sosok jangkung di depan gerbang. Terlihat Rosé menghampirinya kemudian mereka pergi meninggalkan area kampus.

"Lu kenal?" tanya Seulgi penasaran

"Kamu ga ingat?" tanya Soojoo kepada Jisoo, membuat Jisoo mengerutkan keningnya. Sejak awal bertemu, dia memang merasa tidak asing dengan laki-laki itu tetapi dia tidak ingat dimana pernah bertemu dengannya.

"Eugene, Jung Eugene" ucap Soojoo pelan, "Feeling aku ga enak, kita harus ikuti mereka." perintahnya kepada Jisoo

Mendengar nama Eugene disebut, Jisoo langsung berlari menuju parkiran mobilnya. Bagaimana mungkin dia melupakan laki-laki itu. Tiba-tiba dia menghawatirkan Rosé. Ketiga sahabatnya mengikuti Jisoo dengan kendaraan masing-masing dengan tanda tanya besar di kepalanya. Mereka masih tidak mengerti mengapa Jisoo tiba-tiba menjadi begitu cemas.

Di dalam mobil, Jisoo mencoba mencari kemana kira-kira mereka pergi. Dia berkali-kali menghubungi ponsel Rosé namun tidak dapat dihubungi, Jisoo mulai panik.

Soojoo yang memperhatikan Jisoo dari bangku penumpang di sampingnya hanya bisa melihatnya dengan miris sambil tangannya menepuk-nepuk bahu Jisoo agar mantan kekasihnya itu bisa lebih tenang. "Coba kamu hubungi teman-temannya, mungkin Rosé pamit kepada mereka."

Jisoo cs memarkir kendaraan mereka di kafe tempat Jaehyun bekerja, berdasarkan info dari Jennie, Rosé akan menemani kekasihnya manggung. Namun mereka tak melihat keberadaan Jaehyun dan Rosé di sana. Jisoo cemas sekali, dirinya hampir menangis memikirkan sahabat yang dia cintai.

"Bro, tenang dulu. Ini ada apa sebenarnya? Duduk dan jelaskan dulu ke kami." Ucap Lisa berusaha menenangkan Jisoo. Memberikan sebotol air mineral agar Jisoo tidak sepanik ini.

Perlahan Jisoo duduk dan meminum air yang diberikan Lisa. Kemudian mulai bercerita, "Jaehyun adalah kakak dari Eugene, perempuan yang... yang..." Jisoo tidak dapat melanjutkan kata-katanya.

"Perempuan yang mati bunuh diri karena cintanya ditolak oleh Jisoo," ucap Soojoo melanjutkan cerita Jisoo. Sontak hal ini membuat Lisa, Seulgi dan Wendy terkejut dan mulai ikut merasakan kekhawatiran yang sedari tadi Jisoo dan Soojoo rasakan.

Mereka bertiga segera menghubungi kekasihnya masing-masing lalu meminta mereka untuk saling mengabari apabila ada petunjuk apapun mengenai keberadaan Rosé.

Tiba-tiba ponsel Jisoo berbunyi, panggilan dari nomor yang tidak diketahui.

"Halo," ucap Jisoo cepat

"Apa kabar sahabat lama haha?" Suara dari seberang sana terdengar sangat menyebalkan di telinga Jisoo.

"Jaehyun, dimana dia?" Tanya Jisoo geram sambil mengaktifkan mode rekam untuk percakapan mereka.

"Untuk saat ini, dia masih aman bersamaku. Jangan coba-coba untuk menghubungi polisi atau bertindak seperti pahlawan kesiangan jika tidak ingin terjadi hal-hal yang mengganggu keamanannya." Ancam Jaehyun kemudian mematikan sambungan teleponnya.

Jisoo coba melacak nomor telepon tersebut namun nihil. Nomor tersebut sudah tidak bisa dihubungi lagi, mungkin memang hanya digunakan untuk sekali pakai. "Ah, sial!" Maki Jisoo.

"Tenang, dia pasti akan menghubungi lu lagi nanti. Coba lu ulur waktu supaya durasi nya bisa agak panjang jadi gw bisa lacak lokasinya. Sebaiknya kita ke rumah gua." Ucap Seulgi yang kebetulan rumahnya dekat dengan lokasi mereka sekarang.

Seulgi menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pelacakan lokasi Jaehyun. Kebetulan dia memiliki minat yang luar biasa untuk menjadi seorang detektif, itu sebabnya sejak kecil dia mencari tahu tentang hal-hal yang berbau penyelidikan-penyelidikan macam ini.

===

Sementara di suatu tempat, Jaehyun sedang berusaha untuk menyuapi Rosé agar mau makan tetapi gadis itu selalu menolak. "Aku mohon, ijinkan aku pulang." Pinta Rosé lemah.

"Tidak bisa, sayang. Aku masih ada urusan dengan bajingan Jisoo. Aku akan membuatnya membayar hutang nyawa adikku." Ucap Jaehyun dengan tersenyum ke arah Rosé. Ngeri, itulah yang dirasakan gadis itu saat melihat wajah kekasihnya. Ah, bisa-bisanya gue ga inget sama Jaehyun itu. Bodoh, rutuknya dalam hati.

"Ayo makanlah!" Kali ini nada suara Jaehyun lebih tegas, seperti komandan perang yang sedang memberi perintah kepada prajuritnya.

Mau tidak mau Rosé membuka mulutnya untuk memakan makanan yang diberikan lelaki itu. "Pintar," ucap Jaehyun dengan senyum psikopatnya.

Jaehyun meninggalkan Rosé yang masih dengan posisi tubuh yang terikat ke kursi tempat dia duduk. Namun sebelumnya dia mastikan ruangan tersebut steril, tidak ada benda tajam yang bisa digunakan gadis itu untuk melarikan diri.

"Kamu baik-baik di sini, jangan coba-coba untuk kabur atau aku akan menghabisi Jisoomu itu hahaha... hahaha..." Ucap Jaehyun sambil tertawa, lalu pergi meninggalkan Rosé sendirian.

Rosé benar-benar merasa khawatir campur takut dengan ancaman dari Jaehyun. Dia cemas akan keselamatan Jisoo dan dirinya.

"Ya Tuhan, tolong selamatkan kami." Begitu doa yang tak henti-hentinya dia lapalkan. Berharap Tuhan dapat menyelamatkan dirinya dan Jisoo.

Tidak berapa lama Jaehyun kembali datang lalu membawa Rosé ke area yang terdapat tiga buah kolam renang di sana. Kemudian mengikat Rosé pada dasar kolam renang terdalam yang airnya masih kosong. Apa yang lelaki itu pikirkan, batin Rosé.

"Kita akan lihat, apakah Jisoomu itu akan datang menyelamatkanmu? hahaha hahaha" Jaehyun pergi meninggalkan Rosé menuju ruang pengawasan sambil terus tertawa. Meninggalkan tawa yang menggema di seluruh area kolam renang ini, membuat bulu kuduk Rosé meremang.

Rosé menangis membayangkan hal buruk yang akan dihadapi Jisoo dan dirinya. Seandainya dia tidak marah kepada Jisoo, pasti dia tidak akan bertemu dengan lelaki psikopat itu karena dia akan seharian berada bersama teman-temannya di Kampus.

"Maafin gue, Ji. Save me, please." Ucapnya dalam tangis.

Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang