🧸 konferensi meja kantin

615 110 35
                                    

Juno beranjak dari tempat duduknya setelah kalah batu kertas gunting sama Eji dan Bian, kebiasaan mereka sebelum pesen makanan di kantin— yang kalah yang bakal pesen makanannya.

"Geprek sama es jeruk." Pesan Bian yang sebenernya udah Juno inget di luar kepala.

"Gue bakso, minumnya samain aja." Juno ninggalin meja mereka setelah denger pesenan Eji. Kebetulan warung geprek sama bakso nggak terlalu jauh dari tempat mereka duduk, jadi Juno cuma antre buat beli es jeruk aja.

"Liat si Xavier, udah kayak anak ayam kehilangan induk." Bian ketawa denger ucapan Eji. Bukan Eji banget emang kalo nggak julid.

Xavier berdiri di tengah kerumunan dengan semangkuk soto yang dia pegang, kepalanya celingak celinguk ke sana-ke mari. Sudah dipastikan anak itu sedang mencari tempat duduk yang kosong.

"Woi, Vier!" Panggilan dari Bian barusan sempat menyita perhatian beberapa orang di kantin, Xavier yang melihat Eji melambaikan tangan ke arahnya pun segera berjalan mendekat ke meja mereka.

"Di sini kosong?" Tanya Xavier sebelum meletakkan mangkuk berisi soto itu ke atas meja.

"Kosong, satunya punya dia noh." Eji menunjuk Juno yang tengah berjalan dengan tiga gelas es jeruk di atas nampan yang dia bawa. Xavier membulatkan bibirnya kemudian mendaratkan bokongnya ke kursi.

"Lo biasanya sama Ican kan? Ke mana tuh anak?" Tanya Juno setelah menaruh nampan yang ia bawa ke atas meja.

"Dia kan ikut futsal, katanya mau ada lomba, jadi dia ikut latihan."

Mereka menggeser gelas berisi es jeruk ke depan masing-masing, setelah itu Xavier menarwarkan sotonya pada mereka—siapa tau mereka mau nyicip, sambil nunggu pesenan mereka datang—tapi mereka menolak dan membiarkan Xavier menikmati makan siangnya.

"Anak Banus ada yang nantang gue turun, terima jangan?" Bian memecah keheningan yang sempat menguasai meja itu untuk beberapa saat.

Juno yang baru menyesap es jeruknya langsung tersedak, "Kenapa sih lo?" Eji bertanya pada Juno yang duduk di sebelahnya.

"Anak Banus pada kenapa sih? Kemaren sore juga gue lewat depan sekolah mereka disorakin, padahal gue nggak ngapa-ngapain. Motor gue juga knalpotnya nggak geber geber tuh." Semprot Juno setelah batuknya mereda.

"Gimana mau geber-geber? Motor lo vespa matic, anying." Umpat Eji.

"Makanya gue heran, gue kan nggak ngapa-ngapain. Kenapa tiba-tiba disorakin? Apa karena gue ganteng yak? Ah itu mah semua orang juga tau." Kali ini Eji menyentil dahi Juno.

"Lo pake seragam Kumbang, mungkin."

Juno menggerakkan jari telunjuknya naik turun. "Bener juga, kemaren gue nggak pake jaket."

SMA Banus alias SMA Bakti Nusantara, memang dikenal memiliki hubungan yang kurang baik dengan SMA Kusuma Bangsa. Ditambah sejak terjadinya tawuran besar-besaran antar sekolah mereka di tahun lalu, hubungan sekolah mereka semakin memburuk. Seakan tidak ada yang mau mengalah, baik guru maupun murid sekolah itu terpantau masih berperang dingin dengan guru dan murid di sekolah ini.

Sementara Xavier yang baru duduk di bangku sekolah ini selama beberapa bulan, tampak bingung dengan arah percakapan mereka. Dia ini pindahan dari luar kota yang terletak di pulau Sumatera, boro boro paham tentang masalah sekolah ini—ngeliat bumbu indomie ada saosnya juga udah bikin Xavier kaget.

Obrolan mereka terjeda saat pesanan Eji, Juno dan Bian datang.

"Banus apaan? Nama sekolah?" Tanya Xavier yang akhirnya mau buka suara, sebelum cerita mereka makin panjang dan dia tetap nggak paham apa apa. Mending dia tanya aja sekalian.

Eji menuang kecap ke dalam mangkuk baksonya sambil menganggukan kepala. "Banus singkatan dari Bakti Nusantara. Maju dikit dari sini, sekolahnya yang dicat full kuning putih kayak sunny side up."

Xavier ketawa pelan denger penjelasan Eji. "Emang udah sering saling senggol gitu ya?"

"Nggak saling senggol juga sih, kebanyakan mereka yang nyenggol terus yang sini ngeladenin." Celetuk Juno.

"Jadi terima nggak nih? Gue udah lama juga sih nggak turun, jadi lumayan kangen." Bian mengulang pertanyaannya yang belum terjawab.

"Kangen kangen. Kangen nyium aspal?" Delik Eji dengan wajah sinis. "Lo terakhir turun nabrak trotoar, gue ingetin kalo lo lupa."

"Eh nggak papa, ege!" Juno menyahut. "Ntar kita jenguk dia lagi terus bawain kue sambil nyanyi—"

Eji dan Juno berancang-ancang menarik napas panjang sebelum bersenandung. "—HARI INI! HARI YANG KAU TUNGGU!!"

"Sial." Bian mengunyah kerupuk dengan tidak santai, Eji sama Juno emang nomor satu kalo masalah ngeroasting orang. Lebih tepatnya meroasting Bian, apalagi soal kecelakaan yang pernah Bian alami beberapa bulan lalu.

Mereka berdua datang membawa sepotong kue dengan lilin kecil di atasnya, jangan lupakan lagu Selamat Ulang Tahun milik Jamrud yang mereka nyanyikan seolah kecelakaan yang Bian alami patut untuk dirayakan.

"Saran gue juga, kalo nggak ada manfaat mending tolak aja." Sahut Xavier.

Di mata geng amigo saat ini, Xavier benar-benar seperti malaikat yang tersasar.

Di mata geng amigo saat ini, Xavier benar-benar seperti malaikat yang tersasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐀𝐌𝐈𝐆𝐎 | 00l TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang