💍 HIS SECRETary (2)

490 85 34
                                    

"Papa, tissue." Perintah Dena sambil memajukan wajahnya condong pada sang ayah.

"Siap, sayang." Mengambil tissue, Dennis mengelap pelan wajah putrinya yang basah karena airmata juga ingus.

Ini dua perempuan yang sangat berharga bagi Dennis kenapa suka sekali membabukannya? Misteri sekali.

"Dena mau makan? Makan apa? Pilih aja. Papa kamu kaya banget lho. Kamu mau pesan makanan yang paling mahal juga papa kamu gabakal bangkrut."

Dena memperhatikan menu yang sedari tadi di bolak balik oleh Nada. Jadi tolong katakan, bagaimana cara Dena melihat menu nya kalau baru sedetik melihat, halamannya sudah di balik.

"Aku mau smoked salmon and avocado toast aja." Dena menyebutkan makanan yang biasa ia makan disini.

Usai Dena menyebutkan menu yang dipilih, barulah Nada berhenti membolak-balik buku menu yang malang itu. "Bos mau makan apa?" Tanyanya.

"Smoked australian wagyu brisket steak, potato wedges with himalayan salt and safron, dan summer salad."

"Denger bapak nyebutin nama makanan bikin saya kenyang. Ribet banget sih nama makanannya. Ya, kan, Dena?" Nada menunduk meminta dukungan dari putri sang bos besar.

"Iya."

Puas dengan jawaban Dena, Nada mengangkat tangannya dan kedua perempuan beda usia itu bertos ria tak peduli pada Dennis yang wajahnya sudah masam tak karuan.

"Kalian jangan kompak gitu deh kalau lagi nyudutin aku." Yang Nada dan Dena jawab dengan uluran lidahnya meledek secara kompak. Dennis yang dibuat tak bisa berkata-kata lagi, hanya bisa pasrah sambil mengumpat dengan khusyuk dalam hati. "Kamu juga pesan, Nada."

Si sekertaris kembali membolak-balik buku menu hingga tiga kali sebelum memasang cengiran nista pada pelayan yang sudah terkantuk-kantuk menunggu Nada menyebutkan pesanan.

"Nasi goreng aja ada Mbak?"

Dennis menepuk dahinya lalu menutup wajahnya karena malu.

Dan si pelayan terkena shock therapy di tempat. Ia menunggu sampai kesemutan hanya untuk mendapat nasi goreng sebagai jawaban?

"N-nasi goreng apa, Kak? Ayam cemani? Kalkun? Sosis Jerman? Wagyu Australia? Sapi Jepang? Domba-"

"Nasi goreng biasa gaada ya mbak? Itu lho yang mirip di pinggir jalan. Yang bunyi tek tek tek tek kalau lewat di depan gang."

Tak membiarkan Nada melantur kian aneh, Dennis menyela. "Beri nasi goreng terbaik." Lalu mengibaskan tangan meminta pelayan itu pergi sebelum Nada meng-

"Eh tapi jangan yang daging-dagingan ya mbak. Saya lagi males ngunyah. Rahang saya capek."

"Makan bubur aja kalau gamau ngunyah!" Dennis geram sekali. Andai tidak ada Dena, sudah Dennis beri hukuman bibir tipis yang luarbiasa cerewet itu.

"Ih bapak jangan sebut-sebut bubur deh! Saya mual tau tiap denger kata bubur. Gara-gara saya makan itu sebulan penuh di rumah sakit." Nada menggetarkan badannya ngeri.

Menghela nafas, Dennis merevisi pesanan Nada. "Nasi goreng sosis aja mbak."

"Baik, pak."

"Dena mau makan apalagi? Udah itu aja? Gamau dessert?" Dennis bertanya pada putrinya.

"Udah, Papa. Dena juga lagi capek ngunyah."

Astaga Tuhan.... "Kalian benar-benar-..."

💍

Setelah makan malam seru yang diisi oleh celoteh absurd Nada juga Dena yang nampaknya ketularan aneh, keluarga kecil wannabe itu kini ada di dalam mobil. Melaju dengan apartmen milik Nada.

Love's FlavourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang