💍 HIS SECRETary (3)

742 92 20
                                    

Di rumah yang lebih cocok di sebut istana itu, tepatnya di kamar sang kepala keluarga, Dennis menyesap alkohol di tangannya sambil tertawa.

Menertawai kebodohannya di masa lalu. Keangkuhannya. Kelakuannya yang menyerupai setan.

Berbanding terbalik dengan tawa yang menggelegar. Mata Dennis justru basah karena sejak tadi airmatanya tak berhanti mengucur. Manifestasi dari sesak dan sakit yang ia rasa di ulu hati akibat kebrengsekannya.

Matanya tak lepas dari sebuah figura besar di dinding. Sepasang perempuan dan laki-laki. Si laki-laki yang berdiri kaku dengan tatapan tajam dan garangnya. Nampak sangat terpaksa berada di sana. Sedangkan si perempuan tampil cantik menggunakan gaun pengantin putih sederhana. Tampak sumringah dengan tangan memeluk pinggang prianya yang tak ingin mengakui si perempuan sebagai istri.

"Bodoh.... Kau bodoh, Dennis. Kau juga bodoh, Nada.... Kita adalah pasangan terbodoh di dunia. Lihatlah.... Karena kita, Dena yang paling menderita."

💍

Dena kembali menolak berbicara sepatah katapun pada Dennis.

Itu yang membawa Dennis pada keputusan yang sudah ia pikirkan baik-baik.

Dulu ia sangat egois. Hingga Nada dan Dena menjadi korban. Kini ia ingin berubah. Ia tak ingin Dena terluka lagi karena keegoisannya.

Namun.... Sepertinya perempuan itu harus terluka.

Lagi....

Terpaksa. Dennis terpaksa harus melakukannya demi Dena. Demi wanita itu juga. Meski akibatnya akan sangat merugikan bagi Dennis, tapi tak apa. Bajingan sepertinya sudah waktunya mendapatkan hukuman.

"Bos panggil saya?" Tanya perempuan yang menyempilkan kepalanya di cela sempit pintu yang terbuka.

"Hmm. Masuklah."

Perempuan yang hari ini di balut blouse putih dan rok A line berwarna hijau army itu masuk dan berdiri di tempat ia biasanya berdiri. Ada apa nih bos?"

"Kamu serius ingin mengingat masa lalu kamu?" Tanya Dennis yang menatap figura kecil yang menampilkan Dena dalam pangkuan ibunya.

"Serius lah Pak. Tapi harus di tunda kayaknya. Soalnya kemarin saya harus pake uang tabungan saya ke THT."

Sontak saja, atensi Dennis beralih sepenuhnya pada peremluan yang hari ini mengikat rambutnya tinggi-tinggi. "Kenapa? Kamu sakit?" Kalau iya, maka mata-mata yang ia tugaskan menjaga Nada akan ia hajar lalu ia pecat. Bisa-bisanya ia tidak mendapat info.

"Kuping saya bermasalah pak. Masa waktu kita makan malam sama Non Dena, saya denger Non Dena manggil saya Mama! Kan jauh banget dari Kakak ke Mama." Nada menggelengkan kepalanya dramatis. "Eh saya kok malah curhat sih? Bos manggil saya ada apa tadi? Saya lupa."

Menghela nafas, Dennis mengulang. "Tentang terapi yang kamu bicarakan...."

"Oh iya. Kenapa, bos? Bos mau terapi juga? Bos amnesia juga?!" Nada menutup mulutnya dengan kedua tangan dengan nada terkejut yang sinetron sekali.

"Saya tanya sekali lagi, Nada. Kamu serius ingin mengingat masa lalu kamu?"

Yang Dennis tanya mengangguk yakin. "Iya, Bos ganteng. Saya emang suka ngelantur tapi saya serius.

"Saya akan bantu."

"Hah? Apa Bos? Aduh ini kuping masih bermasalah aja ternyata. Padahal baru kemarin di bersihin!" Nada kembali menepuk-nepuk telinganya sendiri.

Menghela nafas, Dennis menyandarkan punggungnya ke punggung kursi. "Kemarilah, Nada." Perintahnya yang langsung wanita itu lakukan.

"Eh? Bos! Jangan macem-macem ya! Ngapain pangku-pangku?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love's FlavourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang