Siang hari yang cerah, suasana hati yang baik, dan semangat seorang gadis yang kini sedang mengayuh sepedanya menuju cafe tempat ia bekerja. Teriknya matahari pun tidak pernah ia hiraukan.
Nayana Putri, gadis yang memiliki sejuta kepribadian, membuat siapa saja selalu heran dengan sifatnya. Kadang dia menjadi seseorang yang pendiam dan dingin, kadang juga menjadi sangat aktif dan berisik.
Naya bersenandung kecil tatkala lampu merah menyala. Entahlah dia selalu suka berhenti di tengah ramainya orang berkendara. Beberapa menit berlalu, akhirnya lampu hijau menyala dan semua kendaraan kembali melaju. Naya tertawa kecil, menurut Naya melihat banyaknya kendaraan yang melaju setelah lampu merah itu adalah pemandangan yang sangat menakjubkan. Dia jadi ingin punya ponsel untuk mengabadikan momen tersebut.
Saking asyiknya melirik ke sana kemari, Naya tidak menyadari kalau sebuah mobil mewah berhenti tepat beberapa meter di depannya. Sampai akhirnya, Naya menabrak belakang mobil itu.
Bruk.
Naya hilang keseimbangan dan terjatuh. Dia meringis merasakan seluruh badannya yang sakit saking kerasnya benturan antara sepeda dan mobil itu.
"Shh, sakit," ringis Naya.
Supir mobil itu keluar dan langsung melihat belakang mobilnya yang tampak penyok. Dia juga melihat ke arah Naya dan membantunya untuk berdiri lalu membawanya ke tepi jalan.
"Neng gak papa?" tanya supir tersebut.
"Bapak gak lihat kalo saya kesakitan?"
Supir itu nyengir kuda seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Neng, gimana ya ngomongnya," ujar supir itu tidak enak hati.
Naya menyerngit. "Apa?"
"Bekas tabrakan barusan itu penyok, neng harus ganti rugi."
"Ya elah Pak, penyok dikit doang kok. Lihat sepeda saya, ban nya juga sama penyok, malah lebih parah," ujar Naya.
"Tapi neng tetep harus ganti rugi, soalnya neng kan yang nabrak mobilnya."
"Astaghfirullah saya gak sengaja Pak, lagian tadi saya lagi gak liat mobil bapak berhenti di sini."
"Iya tetep aja neng yang salah, siapa suruh gak fokus? Udah tau lagi berkendara malah ngelamun, bahaya neng," peringat supir itu.
Naya menghembuskan napasnya. Dia sama sekali tidak punya uang selain tabungannya untuk membeli sepeda baru. Besok Naya berniat untuk membeli sepeda baru yang lebih kuat, sepeda lamanya sudah banyak di servis dan Naya tidak menjamin itu aman.
"Ya udah, Pak. Saya ganti rugi, tapi saya gak punya uang selain tabungan saya buat beli sepeda baru. Bapak juga lihat kan sepeda saya nasibnya tragis, baru pertama kali lho dia di ajak nabrak kayak gini," jelas Naya panjang lebar.
"Saya juga ini mau berangkat kerja takut telat, kalo saya telat saya dipecat, kalo saya dipecat saya makan dari mana, Pak?"
"Bapak gak kasihan gitu sama saya? Saya yatim piatu lho, hidup sendirian, sunyi, sepi, ti--"
"Stop! Kok malah curhat, neng."
Naya nyengir kuda. "Maaf Pak keceplosan."
"Ada apa ini?" tanya seorang wanita yang entah dari mana asalnya.
Naya menoleh, dia terdiam dengan mata sedikit melebar. Supir itu menjelaskan kejadian, dan wanita itu belum melihat sama sekali ke arah Naya.
"Nay, kamu kemana aja? Kok udah lama gak main ke sini, Tante rindu kamu lho."
Seketika bisikan dari masa lalu memenuhi telinga Naya, Naya menutup telinganya lalu segera mengambil uang tabungan dalam tas.
"Pak ini uang saya sebagai ganti rugi, maaf dan terimakasih. Permisi." Naya segera pergi dan menuntun sepedanya.
Wanita paruh baya itu melihat punggung Naya yang semakin menjauh. Naya menoleh sebentar lalu kembali berjalan seraya menuntun sepeda.
Wanita paruh baya itu menyerngit. "Naya?" gumamnya.
_
Naya meletakkan sepedanya di depan cafe, lalu dia masuk untuk segera mengompres tangannya yang sedikit memar, padahal tadi tidak apa-apa. Untung saja, jarak dari tempat ia nabrak menuju ke cafe tidaklah jauh. Kalau masih jauh, Naya tidak tahu apa yang terjadi pada nasibnya. Mungkin dia akan telat lalu mendapat teguran, ya meskipun Naya yakin kalau dia tidak akan di pecat karena hal ini."Lho Nay, lo kenapa?" tanya Yanti khawatir dan duduk di sisi Naya.
"Gue nabrak mobil orang, jadinya begini," jawab Naya seadanya.
"Lah kok bisa?"
"Biasa, lo tau 'kan kalo gue suka banget ngeliatin pengendara kalo abis lampu merah? Nah gue ngeliatin itu. Gue gak tau kalo ada mobil di depan. Sadar sadar pas ada bunyi gubrak terus gue jatoh."
"Terus sepeda lo?" tanya Yanti. Rasa penasarannya lebih besar di bandingkan rasa khawatir dan pedulinya.
"Ya penyok gak bisa di pake,"
"Terus lo jalan ke sini pake apa?"
"Pake kakilah,"
"Gak pegel?"
"Gak,"
"Gak sakit?"
"Aduh Yantiii, lo lama-lama jadi kayak wartawan ya, nanya mulu. Mending lo lakuin hal yang berfaedah, ambilin gue es atau pijitin gue kek. Sikut gue sakit, badan gue juga semuanya pada sakit." Sungguh Naya sedikit emosi.
Yanti terkekeh. "Gue itu penasaran kali, Nay." Dia bangkit berdiri lalu berjalan menuju kulkas dan mengambil es batu. "Lagian gue baru denger kalo lo bisa juga jatuh dari sepeda."
"Iya lo orang baru mana tau, gue itu udah beberapa puluh kali jatoh dari sepeda, cuma gak parah."
"Ohhh, ya udah nih." Yanti meyodorkan es batu yang sudah dibaluti oleh serbet bersih. Yanti memang terkadang menyebalkan, dia lebih banyak bertanya. Tapi dia baik, selalu membantu Naya dan khawatir sama dia. Meskipun Naya baru satu tahun kenal dengannya, tapi udah seperti teman lama.
"Makasih," ucap Naya lalu mengambil kompresan tersebut.
"Eh gue ke depan dulu, kayaknya ada yang datang," pamit Yanti lalu pergi meninggalkan Naya. Naya hanya mengangguk saja lalu mulai mengompres sikutnya yang memar itu.
Setelah beberapa saat kemudian, Yanti datang sambil memegang perutnya yang sakit. Dia menghampiri Naya yang masih sibuk dengan aktivitasnya.
"Nay, tolong buatin vanilla late terus nanti lo kasih ke Pak Rian di meja lima," ujar Yanti.
"Lahh Yan, lo gak liat gue lagi apa?" tanya Naya.
"Gue sakit perut Nay, kalo nunggu gue ke air nanti Pak Rian nunggu lama."
"Wait, Pak Rian?" tanya Naya.
"Iya, pemilik cafe ini."
"Lho bukannya Bagas pemilik cafe ini?"
"Bagas sepupunya dodol, udah ah gak kuat gue mau ngelahirin." Setelah mengatakan itu Yanti berlari pergi meninggalkan Naya sendiri.
"Dodol!" Naya lekas berdiri dan segera membuat vanilla late untuk bos besarnya.
Wait.
Rian? Vanilla late?
Ah, Naya langsung membuang pikirannya. Mungkin saja dia bukan orang yang sama dengan siapa yang Naya pikirkan. Dan untuk vanilla late, semua orang juga suka, bukan hanya dia saja.
Happy reading.
Publish: 09 Agustus 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan? [On Going]
Novela JuvenilSetelah sekian lama sebuah kisah cinta Nayana dan Adrian selesai. Kini, Adrian kembali untuk memulai kembali kisah mereka. Akankah mereka bisa seperti dulu lagi? Apakah Naya akan kembali menerima Adrian setelah dia menyakitinya dengan kepergian? Ik...