7. Ada Apa Dengan Paman

2K 316 45
                                    

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Saat bibir mereka bertemu, mata Zhan terbelalak terkejut. Jantungnya yang berdetak kencang seakan menghentikan asupan oksigen ke paru-parunya. Pikiran Zhan kosong seketika.

Namun, ketika bibir Yibo mulai bergerak, merayunya dengan lembut, Zhan menutup mata sebagaimana ia biasa melakukannya. Tubuh Zhan melunak dalam ciuman itu. Ia tidak bisa menolak walau tahu yang menciumnya sekarang adalah Wang Yibo, pamannya, gurunya, wali kelasnya. Semua ingatan itu perlahan menghilang bersama jalinan bibir yang diciptakan oleh Yibo.

Bibir Yibo membujuk dan penuh pengertian. Tangannya terangkat menekan tengkuk Zhan, memperdalam ciumannya, Zhan semakin terhanyut dan pasrah. Rasa geli merayapinya, terutama di bagian perut seperti diisi ratusan kupu-kupu yang terbang di sana, membuat hatinya melambung. Rasanya sangat ringan bagai berada di atas awan. Zhan seperti ... terkena bius.

Bibir Zhan gemetar ketika Yibo memutuskan ciuman, begitu juga tubuhnya. Dentaman yang bertubi menghentak jantungnya. Yibo melepaskannya, menarik jarak darinya, sejauh yang ia dapat.

Tubuh Zhan bersandar kaku di kursi mobil, tangannya masih gemetar di saat otaknya mencerna apa yang sedang terjadi barusan. Ia ingin bertanya tapi keheningan yang terentang membuat nyalinya ciut. Ia mendadak merasa malu untuk bertanya pada Yibo.

Dari sudut matanya, Zhan melirik ke arah pria di samping yang berwajah tegang sementara tangannya menghidupkan mesin mobil dan mulai melajukannya.

Tidak tahu berapa lama waktu sudah berlalu dalam kesunyian, namun di antara mereka masih tidak ada yang mau memulai percakapan lebih dulu.

Sampai mereka tiba di rumah.

Zhan masih ingin bertanya tapi tampaknya Yibo bahkan tidak ingin mengungkitnya. Ia berpikir apakah benar-benar harus bertanya.

"Paman---"

"Tidak ada kencan, mengerti!" Yibo langsung memberi ultimatium, lalu dengan cepat keluar dari mobil.

Zhan bergegas menyusul. "Lalu apa yang barusan Paman lakukan padaku?"

Yibo menghentikan langkah dan menatap Zhan. "Bersenang-senang seperti yang kau inginkan. Apa kau tidak puas?"

Zhan mencoba mempelajari ekspresi datar Yibo tapi tidak mendapatkan perasaan apa pun di dalamnya. Ia harus memuji bahwa pamannya itu sungguh pandai menyembunyikan perasaan.

"Paman menciumku," ucapnya.

"Lalu?"

Zhan sungguh heran, dari mana pengendalian diri diperoleh Yibo. Ekspresinya tidak berubah sama sekali, kecuali saat ia marah di restoran tadi.

"Apa itu artinya Paman ingin berkencan denganku?" Demi mengatakan itu, Zhan harus menelan semua rasa malunya, dan baru menyesal setelah berpikir bagaimana kalau ternyata dia yang terlalu berlebihan dan terbawa perasaan.

Yibo menatapnya agak lama baru berkata, "Kalau aku melakukannya apa kau akan berhenti berkencan dengan yang lain?"

Kencan dengan Paman. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh Zhan sebelumnya. "Itu artinya aku hanya boleh bersama Paman?"

Yibo tidak menjawab dan hanya melemparkan tatapan sinis sebelum kembali melangkah menuju ke dalam rumah.

"Paman, tolong jawab aku!" Zhan mengikuti di belakangnya. "Paman selalu begitu ... memperlakukanku seperti anak kecil."

Kaki Yibo berhenti lalu berbalik menghadap Zhan. "Apa kau ingin protes?"

"Tidak," Zhan menjawab cepat. "Lagipula aku sudah menandatangani surat perjanjian yang Paman buat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THREE LITTLE WORDS [END PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang