Chaprer~9

1K 129 24
                                    

"Kau gila Jungkook!!." Na-yeon geram, ada semburat emosi dalam wajahnya, begitu juga dengan sorot matanya yang menunjukkan ketidak sukaan.

Na-yeon merasa tidak terima telah di hianati oleh suami sah nya secara hukum.

Na-yeon terlalu takut jika setelah Jungkook menemukan pendamping yang di inginkankannya. Maka~ dirinya sudah tak akan berguna lagi.

Cukup di akui Na-yeon memang, selama menjalin hidup bersama dengan Jungkook dalam ikatan pernikahan palsu itu, ternyata tidak lah buruk. Dan justru sungguh sangat menyenangkan. Ia merasa di Ratukan di beberapa kesempatan, menjadi perempuan yang paling dihormati setiap kali ada pertemuan keluarga besarnya maupun keluarga besar Jeon.

Hingga rasanya apapun akan perempuan sialan itu lakukan agar Jungkook tetap menjadi suami sahnya secara hukum tertulis. Sampai kapanpun, Na-yeon tidak akan pernah mau melepaskan Jungkook.

Akan tetapi~ sepertinya Na-yeon harus menghadapi sesuatu yang lain tentang apa itu sah secara hukum.

Jungkook mengirimkan surat perceraian untuk Na-yeon tanda tangani. Sejenak melupakan atau memang sengaja lupa, bahwa mereka tinggal satu atap meski sudah satu bulan penuh iris mereka hampir tidak pernah saling ber adu. Terakhir Jungkook pulang ketika membereskan berkas dokumennya yang tertinggal di rumah,  dan setelah itu Jungkook sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya di rumahnya sendiri.

Hingga pada pagi hari ini pun Hoseok harus rela untuk menjadi kurir pengantar ke rumah utama Jeon Jungkook. Dimana sang tuan rumah nya sudah tidak pernah menunjukkan batang hidung bangir nya di rumah besar itu.

Na-yeon hanya tersenyum menanggapi kertas yang kini telah ia remas tak berbentuk lagi. Meski sesaat lalu ia sempat mengumpat, tapi senyum licik nya kali ini cukup menandakan bahwa ada kelicikan di dalam otak Na-yeon.

Sambil bersenandung ia pun memilih setelan terbaiknya untuk di kenakan nya menemui suaminya pagi ini di kantor.

Ya~ suaminya Jeon Jungkook.

Na-yeon tidak akan pernah mau ber cerai dengan Jungkook apapun alasannya. Ia akan mempertahankan pernikahannya melebihi apapun.

Dan untuk sekarang ini, Na-yeon juga sangat menginginkan dan membutuhkan Jungkook lebih dari siapapun.

Karena Na-yeon tengah hamil.

Bahkan kalimat itu pun meluncur dengan mulus tanpa hambatan ketika dirinya sudah berada di dalam ruangan kerja Jungkook.

Dengan wajah angkuh penuh percaya dirinya, Na-yeon mengumandangkan kalimat sampahnya.

"Aku hamil Jungkook dan kau tak bisa menceraikan ku."

Na-yeon merobek kertas itu menjadi potongan-potongan kecil, mirip convert yang biasa di gunakan dalam suatu pertunjukan konser. Saling berhamburan memenuhi meja kerja Jungkook di iringi dengan suara cekikikannya yang mirip orang tidak waras sambil mengelus perutnya.

"Sperma milik siapa yang sudah mengisi lubang sialanmu." cibir Jungkook.

Karena sudah pasti dan juga tidak mungkin jika sperma nya lah yang tertampung dalam lubang kemaluan milik Na-yeon. Jangankan menyentuh atau memasukan penis kedalamnya, membayangkan bagaimana bentuknya saja Jungkook tidak pernah.

"Tidak perduli itu sperma siapa." angkuh Na-yeon. "Semua orang tahu kau adalah suami sah ku." Na-yeon tersenyum licik. "Jadi ini anakmu." final nya dengan penuh kepercayaan diri.

"Ohhh iya." Jungkook pun tak kalah tersenyum dengab licik juga dan Na-yeon benci melihatnya.

Na-yeon ber dandan cantik bukan untuk melihat senyum menjengkelkan Jungkook yang seolah mengejek nya itu. Tapi Na-yeon datang ke kantor Jungkook, berharap ia bisa melihat senyum kikuk dari Jungkook yang mendengar tentang ke hamilannya.

FAKE MARRIAGE [[ KookV ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang