Chapter ~3

1.4K 154 18
                                    

"Tuan." sesorang memanggil dan menghampiri Jungkook yang sedang duduk termenung karena telah kehilangan jejak satu-satunya temannya di club ini, Hoseok. Membuat Jungkook reflek berjengit terkejut.

Bagaimana Jungkook tidak terkejut~ jika tiba-tiba dalam duduknya yang sedang melamun ada dua gundukan besar yang hampir saja menampar mata indahnya.

Terkejutnya Jungkook sangat terlihat kentara sekali, hingga membuat perempuan bernama Sera itu meminta maaf sambil mencolek dagu Jungkook, membuat Jungkook kembali merinding dan rasanya ingin sekali bisa melakukan sulap menghilangkan diri sendiri dari tempat terkutuk ini.

"Maaf tuan Jeon sudah mengejutkan anda." Sera ber tutur sambil terkekeh, dia pikir jika seperti itu, maka akan membuatnya terlihat manis dan menggemaskan.

Padahal menggelikan.

"Tuan Jung meminta anda untuk datang ke kamar ini." perempuan bernama Sera itu pun menyodorkan kartu akses untuk masuk ke kamar VVIP dengan mata genitnya yang terus ber kedip kedip seperti orang cacingan.

"Humm~." Jungkook mengangguk dan menerima kartu akses itu tanpa menatap Sera, sekalipun hanya melirik Jungkook pun enggan. Menurutnya  Sera itu sungguh sangat mengerikan meski bukan maksut mengerikan yang sesungguhnya.  Sera cantik dan seksi, Jungkook pun juga tahu jika Sera adalah primadonanya disini dan juga kesayangannya Hoseok. Entah sudah berapa kali Sera di obok-obok oleh Hoseok.

Tubuhnya menjadi panas dingin tidak karuan dengan adanya Sera di dekatnya, di tambah dengan segala tingkah polah anehnya Sera, hingga Jungkook pun tak mau lagi berlama-lama duduk bodoh di kursi VVIP ini.

Dia pun melangkah ragu, pergi ketempat dimana kamar VVIP itu berada, dan setelah ia sampai di depan kamar, Jungkook hanya diam berdiri mematung di depan pintu.

Dia tidak tahu kenapa harus kekamar ini, dan juga kenapa ia mau saja tanpa berpikir dua kali untuk datang ke tempat ini. Ohhh~ hingga Jungkook pun mengangguk tanda telah menemukan jawabannya. Dia begitu ketakutan akan sosok Sera barusan.

"Kapan kita akan masuk kedalam tuan?."

Jungkook beku per sekian detik, tanpa menoleh ke sumber asal suara yang terdengar sangat familiar. Suara berat yang terdengar begitu basah dan seksi.

Dan ketika Jungkook mencoba untuk memberanikan dirinya untuk menoleh kearah sumber suara yang berada tepat di bekangnya, ternyata orang yang memiliki suara familiar itu memanglah sesuai dengan prediksinya semula.

Dia~ pemuda yang hampir sekarat di toilet dengan terus muntah setelah melakukan blow job.

Jungkook seperti orang yang terhipnotis. Tatapannya tak bisa beralih dari apapun dan hanya tertuju dan terpaku pada iris cokelat yang kenapa begitu sungguh sangat memikatnya. Membuat onyx hitam nya terkunci dalam-dalam pada dua iris dengan warna yang sudah jelas berbeda namun seakan mempunyai daya saling tarik-menarik seperti magnet.

"Ehem." Jungkook berdehem guna meluruhkan rasa gugup anehnya itu sendiri yang entah karena apa dan ia pun masuk kedalam kamar dengan menggunakan akses kartu VVIP yang ia dapatkan dari Sera tadi.

Pemuda itu pun mengikuti langkah Jungkook tanpa basa-basi dan tanpa perlu permisi terlebih dahulu, ia tidak sedang bertamu, jadi tak perlu untuknya mengucapkan salam.

Jungkook memasuki ruangan kamar yang terkesan mewah dan elite dengan beribu-ribu langkah ragunya. Ia tidak tahu kenapa ia harus masuk dalam kamar ini yang sudah jelas akan ada yang semakin tidak jelas disini. Di tambah lagi dengan langkahnya yang sudah diiringi oleh pemuda ramping yang kini ikut masuk dan berjalan di belakangnya.

Namun bukan Jeon Jungkook namanya, jika tidak bisa memanipulasi ekspresi wajahnya sendiri. Meski langkah nya penuh tanda tanya dan segala ketidak tahuannya tapi Jungkook cukup santai dalam menghadapi situasi anehnya saat ini, dan tetap terlihat tenang.

Ada yang tidak beres, dan ini semua pasti ulah Hoseok. Hanya itu yang bisa ia simpulkan untuk saat ini.

Jungkook duduk di tepi ranjang seraya bicara. "Apa seseorang menghubungi mu?." dia bertanya dan pemuda itupun menjawab dengan mengangguk.

Jungkook mendesah, ia melipat kedua lengannya lalu diletakkan diatas perut ratanya. "Apa kau di pesan atas nama Jeon Jungkook?." tanya nya lagi.

Seperti seorang guru dan murid yang sedang berada di ruangan konseling.

Dan makin ditanya pemuda itupun makin bingung, namun ia  tak mau ambil pusing. "Bisakah kita selesaikan sekarang tuan?."

Pemuda itu berlutut di depan Jungkook dan mulai mempersiapkan dirinya. "Sesuai perjanjian, tak lebih dari menghisap penis." tangan nya telah terulur hendak menarik turun resleting celana Jungkook.

Akan tetapi pemuda itu tiba-tiba berjengit, mata bulatya pun membelalak dan itu tertangkapsangat menggemaskan di mata Jungkook. Hingga hampir saja ia tak bisa menahan senyumannya sesaat lalu.

"Ada apa tuan?." mencoba ramah kepada pelanggan, meski jujur pemuda itu sangatlah kaget. Ekpresiya tak bisa dibohongi.

Tangannya di tahan oleh Jungkook, dan kini pergelangannya sedang berada pada telapak tangan besar milik Jeon Jungkook.

Jungkook lalu berdiri seraya menarik pemuda yang tengah berlutut di depannya untuk agar mengikuti nya berdiri juga. "Kau bisa pergi. Anggap tugasmu sudah selesai."

Jungkook tak mau terjebak lama-lama dalam segala keanehan yang ada sekarang, hingga menyuruh pemuda yang mempunyai kulit sedikit grla itu untuk segera pergi adalah solusi terbaik yang memang harus Jungkook gunakan.

Namun pemuda itu tampaknya merengut kecewa. "Apa aku tidak sesuai dengan keinginan tuan?." entahlah, harusnya pemuda senang karena telah mendapatkan bayaran tinggi, bahkan ber lipat-lipat dari yang biasanya ia dapatkan. Dan juga ia tidak harus menghisap penis yang selalu membuatnya tersedak dan berakhir muntah setelah melakukan kegiatan itu.

Tetapi di sini, pemuda itu seperti menginginkan penis milik tuan barunya yang bernama Jeon Jungkook untuk berada di dalam mulut jalangnya.

"Ti-dak." Jungkook tergagap. "Ada kesalah pahaman." dan ia kikuk__

__Dan pemuda itu semakin menginginkan penis pria tampan yang sedang berdiri dengan begitu gagahnya di depannya.

"Apa karena tuan melihat ku muntah di toilet setelah aku menghisap penis seseorang? Apa karena itu tuan menolak servic an blow job ku?."

"Bukan seperti itu." Jungkook bingung, dan selalu menghindari tatapan mata anak kucing itu.

Mata bulat dengan warna iris berwarna cokelat memikat itu begitu  sangat mirip seperti mata anak kucing yang minta di elus. Membuat Jungkook benar-benar ingin sekali menggerakkan tangannya dan mengusap pucuk kepala pemuda itu.

"Lalu kenapa tuan menolakku?."

Jungkook pun mengulas senyum tipis, dan kadar ketampanannya bertambah dua kali lipat hanya karena hal sekecil itu. "Kau gemar menggerutu ternyata." ucap Jungkook dan pipi pemuda itu mendadak menjadi merah bersemu.

Semenjak mereka ber dua memasuki kamar, hanya ada kalimat tanya yang saling mereka lemparkan. Sudah mirip di arena debat sebuah pengadilan. Dan Jungkook merasa ia harus segera mengakhiri semua ini tanpa ada maksud menyinggung kepada pemuda yang masih diam berdiri di tempatnya.

"Aku tidak tahu harus memulainya darimana." Jungkook menjeda ucapannya dan kembali duduk di tepi ranjang.

"Tapi bukan aku yang memesan dirimu." dan Jungkook sangat ber hati-hati di setiap kalimat akhirannya. "Dan tidak ada maksud menolak karena suatu alasan yang kamu bicarakan tadi."

Pemuda itu  kembali berlutut di depan Jungkook. "Tidak bisakah aku melakukan pekerjaan ku saja tuan." Tangannya terulur dan kali ini tak ada tangan yang mecekalnya lagi.

Terdengar suara gesekan dari resleting yang di buka. "Pekerjaan ku di pandang hina sebagian orang dan akan semakin menjadi hina jika aku menerima upah tanpa melakukan pekerjaan yang seharusnya aku lakukan."











TBC

Sering-seringlah berkunjung ke wall ku ya... Karena disana aku sering promosi PDF free maupun berbayar dan jangan lupa injek itu bintang hatiku.

Taiwan 6 Agustus 2022

FAKE MARRIAGE [[ KookV ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang