Meet the Jerk

854 50 11
                                    

"Vara, kamu mau kemana?" tanya Bang Zaki saat melihatku hendak keluar rumah.

"Vara mau main ke mall, bang.." jawabku sembari menyuguhkan senyuman terbaikku padanya.

"Ini kan hari minggu. Biasanya kan kamu main PS seharian di rumah. Tumben mau main keluar. Apalagi ke mall," ujar Bang Zaki sambil menghampiriku, dan mengacak-acak rambutku dengan gemas.

Kuhentikan gerakan tangan abangku itu dengan kedua tanganku, dan menaruh tangannya kembali ke tempatnya. "Yee.. Emang Vara gak boleh main ke mall? Lagian bosen sama game-game PS-nya. Ini juga sekalian mau beli yang baru di mall. Udah ah bang, mau pergi," aku segera beranjak dari tempatku, lalu membuka pintu. Namun langkahku berhenti sejenak, lalu menoleh ke belakang.

"Bang ... " seruku manja pada sosok tampan itu.

"Apa?" alis Bang Zaki berkerut.

"Suntikan dana dong," pintaku sambil menyunggingkan senyum termanis yang akan membuat seluruh teman kampusku pingsan karena tidak cocok dengan ketomboyanku.

Bang Zaki menggeleng pelan, lalu merogoh dompetnya yang tebal dari saku celananya. Tanganku sudah siap menerima lembaran-lembaran uang itu, sebelum abangku itu sedikit curiga dengan sikapku. "Kamu bikin masalah apa lagi?" tanyanya menginterogasi-ku.

"Vara gak ngapa-ngapain, kok!" bantahku tak suka.

"Jangan bohong. Kenapa kamu perlu minta uang dari abang? Kartu kredit mu unlimited, dan kartu debitmu juga selalu penuh," selidik Bang Zaki penuh perhitungan. "Apa yang kamu lakukan sampai papa dan mama nyabut kartu kredit dan debitmu?" sambungnya.

Aduh... Bang Zaki pinter banget sih. Kenapa gak pernah bisa dibohongin?

"Vara bakal ngasih tau, asal kakak ngasih uangnya dulu," bujukku.

Bang Zaki kembali menelusuri wajahku, mungkin sedikit tak percaya, tapi akhirnya keinginannku dipenuhinya. Tangannya sigap merogoh dompetnya, kemudian memberiku berlembar-lembar uang rupiah dengan nominal paling besar.

"Sip. Makasih bang," seruku sambil memasukkan uang-uang itu ke dalam dompet pribadi milikku.

"Sekarang cerita," tagihnya.

Akhirnya aku menceritakan semuanya. Tentang kecupan Tania yang sebenarnya berlabuh di sudut bibirku, sampai mama papa marah karena itu. Sengaja ku skip bagian rencana pertunangan yang dikemukakan papa. Males banget deh mikirin itu. Dan ceritanya berakhir saat mama mencabut kartu kredit dan debit-ku selama seminggu penuh.

"Udah ya bang, Vara pergi dulu.." seruku setelah mencium punggung tangannya, lalu segera berjalan keluar, dan menghampiri motor ninja warna hitamku yang sedari tadi kupanaskan di halaman rumah.

"Pak Didi, bukain gerbang dong.." seruku cukup keras kepada sosok satpam rumahku. Pak Didi segera menjalankan perintahku, dan membuka gerbang. Setelah mengenakan helm dan sarung tangan hitam, kunaiki motor ninjaku, dan dalam hitungan detik, aku sudah meluncur meninggalkan rumah.

***
Setelah menempuh waktu yang cukup lama karena macet, akhirnya aku sampai di mall terbesar di kotaku.

Kuparkirkan motorku di parkiran khusus motor yang berada di basement gedung. Parkiran hari ini cukup penuh. Hari minggu gitu..

Aku harus berjalan cukup jauh untuk mencapai lift atau pintu masuk mall, karena tempat parkirku yang berada di paling ujung. Saat berjalan di basement, tak kusangka aku mendengar suara pertengkaran dari arah parkir mobil yang cukup dekat dengan lokasiku sekarang. Ternyata yang berantem adalah sepasang kekasih. Tapi... Rasanya kenal sama yang cowoknya, deh.

"Aku gak mau pisah!" teriak si cewek.

"Gue gak peduli. Dari awal, udah gue bilang kalo gue emang cuman main-main sama lo. Gue kan udah pernah bilang!! Udah lo cari aja yang lain. Gue bosen sama lo," jawab si cowok dengan cuek. Dan si cewek langsyng termehek-mehek mendengarnya.

My Beautiful Handsome GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang